Rusia, 1860
Krasnoyarsk Krai
Russia
Dear My sister, Amber
Bagaimana kabarmu? Apa kamu bahagia? Aku harap begitu. Terakhir kali aku melihat senyum puasmu berangkat ke sebuah Negara. Kamu menjadi bangsawan kaya yang kamu inginkan. Aku bersyukur. Karena kamu, aku dapat menikmati kebebasan yang ku dambakan. Meski orang tua kita menuang harapan dan tanggung jawab besar di pundak mu. Kamu tidak ragu ataupun lari.
Aku sangat ingin bertemu denganmu. Meminta maaf atas perkataan burukku terhadapmu. Sekali lagi, aku berharap bisa bertemu denganmu.
Salam, adikmu yang tercinta
Ruby Godiva Psovky
244Please respect copyright.PENANAJxPJi1FFj4
244Please respect copyright.PENANA0ApIua0ALO
--------------------------------------------
Dalam perjalanan, roda kereta kuda Keluarga Winifred tersangkut saat berbelok ke jalan utama akibat tanah licin dan berlumpur. Hari pun semakin gelap, menambah rumit keadaan mereka. Sejak pagi hujan turun cukup deras hingga siang. Hampir jalan bertanah menjadi lumpur. Dengan keadaan kereta saat ini mereka bisa saja terlambat jika tidak mencari pertolongan. Bisa saja mereka jadi cemoohan orang-orang lagi. Contohnya kereta kuda ini yang sudah mengambil start lebih awal jadi bahan tertawaan. Untungnya anak tertua Winifred memahami keadaannya lalu bergegas turun dari kereta bersama Ibunya. Ia Mencoba mencari bantuan, memperhatikan simbol keluarga di setiap kereta yang lewat. Beberapa ada yang demikian, tetapi tidak satupun yang berhenti. Dari kejauhan ia mendapati kereta kuda dengan bendera Prancis di samping kusirnya. Tanpa berpikir panjang, Amber menghadang kereta tersebut. Ia memang nekad, menurutnya tidak ada jalan lain.
244Please respect copyright.PENANAo3V9bcQ7dd
Hasilnya sepadan. Kereta kuda itu akhirnya berhenti. "Hey! Apa kau sudah gila?!" teriak kusir dengan raut wajah penuh keheranan. Segera Amber mengetuk pintu kereta tanpa memperdulikan sang kusir. "Permisi, madam atau sir," sontak pemilik kereta membuka jendela, mencari tahu mengenai keretanya yang berhenti. Kusir pun menarik Amber untuk menjauh dari kereta. Melihat sang anak dengan sembarangan disentuh oleh orang lain, Countess menepuk pundak kusir, menunjukkan emblem keluarga Winifred. Kusir tersadar bahwa mereka tidak bisa berbuat apa-apa terhadap bangsawan. Ia pun membungkuk, meminta maaf.
Bangsawan yang melihat situasi di luar keretanya bergegas turun. Mencoba memahami kejadian di depan matanya. Lalu Ia bertanya, "Mohon maaf nona, kereta kami menabrak kereta Anda." Sambil membungkuk.
Amber agak keheranan dengan pernyataan bangsawan asing ini. Tetapi dengan cepat Amber mengikuti alur. Sang bangsawan bukan hanya memiliki gelar bangsawan, tetapi kepintaran bangsawan juga. Apalagi mereka sedang berada di dekat jalan utama. Tentu bangsawan akan melihat dan memperhatikan situasi mereka. Amber cukup terkejut dengan kebesaran hati bangsawan dari kerajaan lain. Menutupi keburukan Winifred dengan ketidaksengajaan. "Betul, Tuan. Saya jadi tidak dapat menghadiri pesta."
"Untuk memperbaikinya, mari ke pesta bersama," ujar bangsawan asing itu.
"Benarkah?"
"Tentu, lady."
Amber serta ibunya, Countess Godiva melanjutkan perjalanan mereka menaiki kereta kuda asing ke istana.
244Please respect copyright.PENANALAxQdK0FNn
Beruntung mereka tidak terlambat. Tiba dengan selamat tanpa kurang suatu apapun. Mereka pun berpisah sebelum memasuki pintu ballroom hall. Sebelum berpisah, bangsawan asing itu mencium tangan Amber sebagai tanda perkenalan tanpa menyebutkan namanya. Tidak juga Amber bertanya. Ia tidak peduli siapa bangsawan itu. Hari ini hanya sedang sial saja dan kebetulan bertemu keberuntungan.
244Please respect copyright.PENANApzr3KJKhCT
Setiap mata takjub dengan dekorasi istana kerajaan. Pola floral berwarna perak yang elegan bersamaan dengan warna bunga lily merah yang indah menghiasi tiap-tiap dinding. Tak luput dengan hadirnya bangsawan ketika masuk ke ballroom hall. Nama keluarga mereka akan disebut oleh herald kerajaan, dengan maksud untuk memberitahu bahwa mereka telah hadir. Kini giliran Amber dan ibunya yang memasuki ballroom hall. Tiap mata menuju ke arah Amber, menusuk seperti belati tajam. Mengoreksi tiap helai yang ada di tubuh Amber. "Abaikan mereka." Ucap countess. "Aku tahu, ibu." Kata-kata dari ibunya memberi keteguhan untuk seorang gadis yang baru saja memasuki dunia sosial.
244Please respect copyright.PENANAEJwytqq42e
Terompet berbunyi, setiap orang di ballroom hall istana menyambut dengan penuh hormat. Kedua herald menyebut nama sang penguasa kerajaan inggris raya beserta pendampingnya. Yang menarik adalah putri kelima mereka tidak tampak. Seorang putri penuh skandal, Sophia. Terakhir, gosip tentangnya ialah memiliki hubungan gelap dengan koki kerajaan. Bukankah itu memalukan sebagai seorang bangsawan?
244Please respect copyright.PENANAiqKHXmVtd0
Tanpa disangka, kejadian menarik menghampiri Amber. Mata seorang pangeran menuju ke arah Amber ketika semua orang memberi hormat kepada keluarga kerajaan. Memperhatikan cukup lama. Amber menyadari itu merasa biasa saja. Tidak ada arti apapun dari kejadian ini. Ia tidak berniat untuk berurusan dengan keluarga kerajaan kedepannya. Setelah kejadian itu semua yang hadir memperhatikan kata sambutan dari raja dan ratu. Tak terkecuali Amber.
244Please respect copyright.PENANAzl3bc8Wn2A
Kini giliran penyambutan debutante. Hanya Amber seorang, penyambutan debutante biasanya dilakukan bersamaan dengan kata sambutan. Tetapi karena hari ini ulang tahun kerajaan dan peserta debutante hanya satu orang, ratu secara pribadi meminta debutante diundur setelah penyambutan raja dan ratu.
244Please respect copyright.PENANA20SKfs2TRG
Dengan percaya diri, Amber dan Countess Godiva melangkah maju menghadap sang Raja dan Ratu. Countess Godiva memperkenalkan Amber sebagai anak tertua dari Keluarga Winifred. Dengan gaun abu-abu dan permata hitam yang dikenakannya, membuat Amber terlihat lebih dewasa.
"Hmm...permata hitam...sangat menarik" ujar sang ratu.
"Terima kasih, Yang Mulia Ratu."
"Selamat datang di masyarakat anakku"
"Semoga lady mendapatkan apa yang diinginkan di pesta ini."
"Terima kasih, Yang Mulia Raja dan Ratu."
Perlahan, mereka mundur, menandakan pesta dimulai.
244Please respect copyright.PENANAfCotfevzUd
Countess Godiva memperhatikan ekspresi wajah anak tersayangnya setelah kejadian yang tidak menyenangkan.
“Kamu tidak perlu memikirkan kata-kata mereka. Meski terlambat 2 tahun, kamu tumbuh menjadi wanita yang lebih matang ketimbang wanita lainnya.”
“Aku tahu, Ibu. Aku berusaha waras di tempat ini.”
Countess Godiva memperhatikan emosi yang dirasakan Amber, yang selalu menutupi perasaannya dengan raut wajah serius. Bagaimanapun, seorang ibu dapat membaca anaknya.
“Buktikan bahwa kamu adalah anakku.”
Amber tersenyum. “...baik, Ibu.”
244Please respect copyright.PENANAp3Vh0ZrpzC
Sebelum pesta dansa dimulai, seorang pangeran menghampiri ibu dan anak keluarga Winifred. Pangeran yang memperhatikan Amber sebelumnya, Pangeran Adolphus. Ia menawarkan diri menjadi yang pertama berdansa dengan Amber. Countess Godiva hampir tidak bisa menutupi ekspresinya ketika anak gadis tertuanya berdansa dengan pangeran pada debutante pertama, disaksikan oleh berbagai utusan kerajaan. Namun tidak demikian dengan ratu. Ia hampir saja bangkit dari singgasana untuk menghampiri anaknya yang polos. “Ratuku, lebih baik setelah penyambutan utusan” ujar raja, menghentikannya bangkit dari singgahsana. Ratu masih kesal dengan kelakuan putranya. Namun ia tidak bisa mengabaikan yang ada di depan matanya saat ini. Dua utusan dari Kerajaan Denmark menghampiri mereka untuk memberi hormat, menginformasikan kedatangan mereka.
244Please respect copyright.PENANAqKlIj5RYeP
“Salam, Raja dan Ratu Britania Raya.”
“Duke Cardin dan wakilnya, selamat datang di Kerajaan Britania Raya.”
“Terima kasih, Yang Mulia Raja.”
“Apa perjalananmu lancar, Cardin?”
“Ya, Yang Mulia Ratu.”
“Kenapa kamu formal sekali?”
Dengan senyum, “Saya memanggil sesuai tata krama, Yang Mulia.”
“Hoho... kamu selalu kaku seperti biasa. Aku khawatir kamu dan Sophia sama sekali tidak bicara saat pertemuan tadi.”
“Kami tidak bertemu, Yang mulia.”
"Apa maksudmu?"
244Please respect copyright.PENANA1N5pCldv5E
Raut wajah ratu berubah. Kedua anaknya sudah merusak suasana hatinya hari ini. Ratu sudah merencanakan pertemuan pertama mereka sebelum pesta. Sophia juga menyetujuinya. Apa dia kabur?
Dengan senyum yang terpaksa, “Sepertinya pertemuan hari ini tidak lancar ya.”
“Benar, Yang Mulia Ratu.”
"Lain kali aku akan merancang pertemuanmu dengan Sophia."
"Baik."
244Please respect copyright.PENANAteg3Vsxl9x
244Please respect copyright.PENANA5Ekmm4RD77
Di ballroom hall Amber segera menyelesaikan dansa layaknya sedang menyelesaikan tugas. Bagi ibunya, pertanda baik anaknya memiliki hubungan dengan keluarga kerajaan, tetapi tidak demikian bagi Amber. Ia lebih memilih menghadapi calon suami yang jauh lebih tua ketimbang keluarga kerajaan. Mereka ancaman bagi Amber. Bila mengharuskan ia menjadi ratu, bukan kerajaan ini yang ia pilih.
244Please respect copyright.PENANAPJKCJc11pG
Serendah mungkin Amber membungkuk, mengingatkan sang pangeran akan statusnya dan pergi meninggalkan Pangeran. Semua orang yang berada di acara menjadi saksi bahwa Pangeran Adolphus yang tampan, tanpa skandal, dan penuh nasionalisme, telah ditolak oleh seorang gadis bangsawan biasa. Tak ada keputus asaan tergambar di raut sang pangeran. Ia mulai tertarik dengan Lady Amber Winifred. Bukan hanya pangeran, beberapa bangsawan mulai melihat gadis baru itu. Gadis yang akan menjadi mangsa mereka.
244Please respect copyright.PENANAAF8AF4GRBt
Sejauh mungkin Amber menjauhi pangeran sambil mengambil camilan. Kaki mungilnya segera keluar menuju taman. Nafasnya agak sesak oleh kerumunan orang. Sambil berjalan Amber memikirkan kejadian bersama pangeran, ia yakin setelah pesta ini selesai banyak yang akan melamarnya. Amber menganggap, kejadian antara dirinya dan Pangeran hanya sebagai pembuka saja. Apapun yang terjadi Ia tetap dengan pendiriannya. Seorang bangsawan pria kaya bukan keluarga kerajaan.
244Please respect copyright.PENANADKjwIdaOvQ
Langkah kakinya membawa Amber semakin jauh dari pesta. Sambil membawa kue dan minuman, tanpa sadar ia sudah berada di taman ratu yang penuh bunga mawar ungu, bunga yang langka. Cahaya bulan masuk menembus lapisan atap rumah kaca, seolah malaikat siap turun di taman gelap itu. Selain mawar, tak disangka Amber menemukan sesuatu. Sehelai gaun seorang gadis bangsawan tergeletak di dekat semak. Rasa penasaran sekaligus keheranan bercampur aduk, dalam hati bertanya "mengapa ada baju disini?" Hal ini tidak masuk akal baginya. Amber memberanikan diri memeriksa alih-alih kabur takut sesuatu terjadi. Sedikit samar Amber melihat sepasang kekasih sedang melakukan hubungan intim di dekat semak-semak. Amber memahami bahwa ini bukanlah tontonan. Ia memutuskan mundur perlahan meninggalkan taman melewati semak bunga mawar ungu. Na'asnya tangan Amber tak sengaja tertusuk duri mawar "Aduh!" spontan suara Amber terdengar cukup keras, terkejut.
"Apa yang kamu lakukan di taman ini!?" ucap seorang lady dari arah semak-semak.
Amber mengenal suara itu, ia pernah mendengar suara ini sebelumnya. Dugaannya adalah wanita yang sudah berhubungan intim itu adalah Putri Sophia.
"hei! Tunggu!"
Amber berlari dengan kaki kecilnya yang mengenakan sepatu hak tinggi kulit yang sudah tua. Ia kesulitan namun tetap berlari jauh meski terus diteriaki. Sudah jelas bahwa wanita itu adalah Putri Sophia. Namun ia tidak peduli dan segera berlari ke arah ballroom hall.
244Please respect copyright.PENANAQIlD5Cr8qa
Cepat-cepat Amber membenahi dirinya yang terlihat cukup berantakan sebelum memasuki ballroom. Pikirannya sedikit terganggu setelah kejadian di taman. Tanpa berpikir panjang, Amber mencari ibunya di antara orang-orang. Ia memahami situasi saat ini, mungkin saja akan menimbulkan masalah di masa depan kalau ia tidak pergi saat ini juga. Selama putri belum mengenalinya, tidak akan menjadi masalah. Sebelum putri kembali ke pesta, ia harus kembali.
Setelah pencarian yang cukup lama, akhirnya Amber bertemu ibunya yang berada di ruang istirahat bersama teman-teman lamanya.
"Selamat malam, Madam Merry dan Madam Sarah."
"Halo Amber! Belum lama aku melihatmu baru bisa berjalan, sekarang sudah menjadi wanita cantik," ujar Madam Merry.
"Terima kasih, Madam. Mohon maaf atas kelancangan saya memotong pembicaraan Anda sekalian, tetapi saya memerlukan ibu saya. Bolehkah?"
"Kau pasti sudah tahu jawaban kami Nona Amber." cetus Madam Sarah.
Sambil membungkuk memberi hormat "Terima kasih atas pengertian madam semua."
Sambil tersenyum ia membawa ibunya keluar ke taman depan ballroom.
"Ibu, bisakah aku pulang?"
"Ada apa?"
"Aku lelah, Ibu."
Ekspresi ibu Amber sempat bahagia tetapi rautnya seketika berubah khawatir, Ia mencoba merapikan beberapa helai rambut Amber yang masih berantakan. "Baiklah....Ibu akan menyewakan kereta kuda untukmu."
"Tidak perlu, aku akan pulang sendiri, Ibu."
"Sapalah Pangeran Adolphus sebelum pulang."
Amber menghela nafas "Ibu..."
Dengan wajah tegas, ibunya memaksa Amber untuk menyetujuinya.
"Baiklah...."
Tergesa-gesa Amber mencari Pangeran Adolphus sebelum putri datang. Beruntungnya sang pangeran dari kejauhan terlihat bersama beberapa orang. Ia berjalan menghampiri pangeran. Ternyata keberuntungan tidak berpihak pada Amber. Salah satu di antara orang-orang tersebut adalah Putri Sophia. Sialnya, Amber terlihat oleh pangeran yang melambai ke arahnya. Ia tidak bisa mundur dan memutuskan untuk tetap maju.
244Please respect copyright.PENANAGkJh5kTlPU
"Oh...Hai, Lady Amber. Bagaimana pestanya?" ucap pangeran.
"Menyenangkan, pangeran," sambil tersenyum. Amber berusaha untuk tetap tenang meski rasa kalut menghampirinya.
Disisi lain Putri Sophia menatap Amber tajam, memperhatikan setiap jengkal perhiasan yang menempel di tubuh Amber. Pandanganya tertuju pada luka di tangan Amber.
"Apakah dia gadis yang Kakak bicarakan tadi? Ciri-cirinya sama seperti yang kakak ceritakan?" sambil bertanya Putri Sophia mengernyitkan dahi.
"Ke--kenapa keras-keras biacaranya sih!?" sang pangeran berbisik kecil ke arah putri sambil menahan malu.
Amber berfikir bahwa semua sudah terlambat. Sang putri sudah mengetahui siapa gadis di taman ratu.
"Pangeran Adolphus. Mohon maaf karena tidak bisa menikmati pesta sampai akhir" ujar Amber sambil memberi hormat.
"Apa? Tidakkah terlalu cepat?"
"Saya harus menyelesaikan urusan di rumah sakit, pangeran."
Pangeran Adolphus agak terdiam sejenak, mengingat ia pernah mendengar bahwa Kepala Keluarga Winifred jatuh sakit.
"Aku akan mengantarmu."
"Saya tidak ingin mengganggu suasana anda dan keluarga anda."
"Baiklah, setidaknya pulanglah dengan kereta kuda kerajaan."
"Saya ba—"
"Mau sampai kapan mau berdebat hal yang tidak berguna? Hei, Winifred, ambil kereta kudanya dan pulanglah!"
Suara sombong Putri Sophia yang memotong perkataan Amber terdengar menggema di telinga. Ia tahu bahwa Putri Sophia tidak menyukainya.
"Selamat malam, pangeran, putri, dan tuan-tuan" ujar Amber.
244Please respect copyright.PENANABmHOG56xB5
244Please respect copyright.PENANAuBGOcuOeLK
Dua minggu setelah debut, surat-surat menumpuk di meja Countess Godiva termasuk surat lamaran pertunangan dan pernikahan. Firasat Amber tepat, berdansa dengan pangeran menjadi stimulasi bagi bangsawan lainnya untuk melamar. Permulaan untuk jalan yang panjang dan berbatu. Sebuah surat tanpa pengirim telah mengganggu pikirannya pagi ini. Surat yang menghantar Amber kepada keputusan yang besar.
ns 15.158.61.20da2