Rusia, 1861
Krasnoyarsk Krai
Russia
Dear My sister, Amber
Kakak, bagaimana pesta tahun baru di Denmark? Apakah menyenangkan seperti disini?
Sebelum tahun baru, aku pulang ke London. Ayah dan Ibu terlihat begitu rentan. Tapi mereka masih sehat seperti terakhir kali kamu meninggalkan kami. Terutama ibu. Ia sering menanyakan kabarmu kepadaku. Cobalah untuk mengunjunginya.
Aku rindu padamu. Aku harap kamu bisa mengunjungiku sebelum anak pertamaku menikah. Aku akan membiarkan kamu mendandaniku seperti masa kecil kita dulu. Aku selalu berdoa akan kesehatanmu.
Salam, adikmu yang tercinta
Ruby Godiva Psovky
126Please respect copyright.PENANA38cih7kZHA
126Please respect copyright.PENANAi4Ii9SX0P9
126Please respect copyright.PENANAEnlZtmZZlN
Baru-baru ini beredar gosip aneh tentang ku. Semua sudah tahu kondisi Winifred, tapi bukan soal keluargaku. Dua minggu setelah surat-surat berserakan di kamar, banyak yang telah terjadi. Orang-orang datang melamar. Duke Delamo, Baron Eldon, atau Sir Wilson… yang tidak bisa kusebutkan satu per satu. Hanya dua minggu. Selama dua minggu saja. Setelah gosip menyebar, mereka mulai mundur satu per satu. Aku mencoba memikirkan penyebab dari masalah ini, tapi tidak ketemu. Dari segala kecemasanku, aku berharap ada satu orang yang akan bertahan. Bahkan aku pun turun dari kamar untuk bersiap karena ibu menyuruhku. Ibu percaya akan ada keberuntungan pagi ini.
126Please respect copyright.PENANAVTWdNplU6p
Itu yang kukatakan tadi, bukan? Tepatnya ibuku. Keberuntungan tak terduga benar-benar datang. Sambil menuruni tangga, aku melihat ibu sibuk mempersiapkan perlengkapan untuk menyambut calon suamiku. Setelah beres, aku mengajak ibu untuk menyambut seseorang yang ada di balik pintu ruang tamu.
"Selamat datang di kediaman kami, Lord Gent, the Earl of Harding."
"Selamat siang, madam." sambil mencium tangan ibuku.
"Ini putri tertua saya, Amber."
"Saya yakin tuan sudah melihatnya di pesta ulang tahun kerajaan." Ia menghampiriku, dan mencium tanganku. Saat-saat agak menggelikan menurutku.
"Salam, Tuan Harding. Mari duduk,"
Dengan cepat, ibu meminta pelayan untuk mengambil kue dan teh.
Tidak sia-sia sejak pagi kami mempersiapkan kedatangan calon suamiku yang belum diketahui ini. Meski di tengah-tengah gosip, ibu percaya bahwa pria yang benar-benar mencintaiku tidak mungkin terpengaruh gosip murahan seperti itu. Aku justru berpikir sebaliknya. Kesempatan ini menjadi seleksi alami untuk memperoleh tujuan utamaku. Tak peduli soal cinta, asal bisa membantuku dan keluargaku sudah lebih dari cukup.
Aku dan Earl Harding duduk di ruang tamu utama. Tanpa adanya perbincangan, ia hanya menatapku. "Tuan Harding, maukah jalan-jalan ke taman?" tanyaku untuk memecah keheningan. "...Baiklah, nona," sambil berjalan ke arahku dan mengulurkan tangannya. Kami pun berjalan sambil berbincang-bincang ringan.
126Please respect copyright.PENANAnxxYc7SGYh
Esoknya Tuan Harding mengirim utusan. Ia menyampaikan bahwa Tuan Harding membatalkan janji temu. Aku dan ibu hanya bisa saling menatap satu sama lain, memikirkan hal yang sama. Ah… gosip itu. Setelah itu, kami bergegas merapikan semua dekorasi yang kami siapkan sejak pagi.
"Sepertinya ada yang mengacaukan rencanamu, Kak," ucap adik kecilku yang baru saja turun dari kamarnya.
"Mengapa kamu tidak membantu ibu?"
"Ada pelayan."
Aku hanya memandang kesal keheranan dengan jawaban yang dilontarkan adikku. Betapa menyebalkannya dia. Lebih baik aku memilih untuk melanjutkan merapikan dekorasi ini lalu berangkat ke perkebunan milik kami.
"Ibu akan ke pelabuhan, memeriksa barang ekspor hari ini. Semoga ada kemajuan sebelum musim dingin."
Bergegas jalan mengenakan topi dan mengambil payung.
"Ruby, ikutlah dengan ibu,"
"…Aku masih ngantuk…" Ia langsung kembali ke atas.
"Setidaknya kamu perhatikan makan siang dan sore ayah!" teriakku jengkel.
"Amber" Ibu memegangi pundakku, menepuk untuk meredakan emosiku.
Aku tidak bisa menahan emosi akibat gosip yang beredar. Biasanya aku dapat mengendalikan ekspresiku bahkan di rumah sekalipun. Untuk berjaga-jaga. Mungkin saja kabar dari mansion ini telah menyebar keluar melalui para pelayan. Kami miskin, kalau lawan mengajak pertarungan emas, kami kalah. Contohnya seperti gosip mengenai diriku, yang membuatku sulit mengontrol emosi dan sedikit curiga dengan pelayan-pelayan. Aku harus memutar otakku untuk bekerja maksimal. Karena sudah tidak ada yang akan melamar lagi, kami berdua secepatnya berangkat ke tujuan kami masing-masing.
126Please respect copyright.PENANA2TidIYHVPe
126Please respect copyright.PENANAyqdsFg6nch
Dari kejauhan orang-orang terlihat memperhatikan kereta kudaku yang menuju ke arah mereka. Kebun anggur yang tadinya jauh sudah makin dekat. Aku turun dari sana dengan mengenakan gaun sutra biru laut yang kubeli di butik bangsawan menengah. Terik matahari benar-benar menyengat. Sambil berjalan aku membuka payung untuk melindungiku. Aku menghampiri penanggung jawab kebun, Berbincang-bincang mengenai projek baru. Kini waktunya untuk mencicipi anggur milik keluarga Winifred.
126Please respect copyright.PENANAazf25HhJeh
"Nona!" seorang pria paruh baya, melambaikan tangannya menuju ke arahku. Menarik seseorang yang membawa keranjang penuh dengan hasil panen.
"Halo... Tuan Jenkin,"
Kedua tangan pak Jenkin dipenuhi tanah, tanpa peduli, ia tetap mengambil anggur dari keranjang pria yang bersamanya. Mengelap anggur dengan kain miliknya, lalu memberikan kepada diriku. "Nona, maukah Anda mencicipi anggur ini?" ucapnya.
Aku merasa geli, tapi ayah pernah mengatakan padaku 'Selama orang itu tidak ada maksud jahat, perlakukan mereka dengan baik'. Mereka tak jahat, hanya tak mengerti saja. Aku memasang jurus pamungkasku, memasang wajah tersenyum manis layaknya boneka. Aku bersihkan sedikit debu yang menempel di buah anggur, "Terima kasih, Tuan Jenkin. Ini manis,"
Aku melanjutkan perbincangan dengan penanggung jawab kebun. Ia melaporkan seorang bangsawan dermawan membeli begitu banyak anggur pagi ini. Bangsawan itu juga membeli satu tong alkohol terbaik dari perkebunanku. "Siapa nama bangsawan itu?" Aku penasaran siapa bangsawan itu tetapi ia tidak menyebutkan nama bahkan gelar saat melakukan transaksi. "bisakah aku melihat surat transaksinya?" Ketika kami menuju bagian transaksi, penanggung jawab mengatakan banyak hal aneh mengenai bangsawan ini. Seperti berbicara bahasa prancis, orangnya ramah, tinggi dan cukup tampan. Mungkin saja ia memang pendatang, secara kebetulan melihat kebun anggurku lalu mencicipinya. Tidak disangka ia menyukainya dan membeli begitu banyak anggur. "mengapa anda ingin sekali mengetahui bangsawan ini nona?" tanyanya sambil mencari bukti transaksi. "Aku ingin bekerja sama. Siapa tahu ia mau jadi investor." betul, ini kesempatan yang langka. Seorang bangsawan asing menyukai anggurku dan membelinya begitu banyak. Siapa tahu ia bisa lebih dermawan lagi?
"Ini nona," penanggung jawab memberikan kertas bukti. "Mqs. pierre" hanya ini yang tertera di bukti transaksi. Biasanya dicantumkan nama lengkapnya, tetapi bangsawan itu tidak melakukannya. harusnya tidak boleh begini. Aku langsung menegur penanggung jawab atas kelalaian ini. Bukti transaksi harus jelas, nama seseorang harus lengkap. Aku melakukan itu untuk mengumpulkan data pembeli dan mengevaluasi setiap bulan.
Dengan semua kemisteriusan yang terjadi, aku memutuskan untuk pulang.
126Please respect copyright.PENANA3HHw8NAMVS
Sampainya di mansion, aku segera menuju ke kamar namun pelayan menghampiriku, memberikan surat. Ada lambang tidak biasa di amplopnya, lambang yang tidak asing bagiku. Kertasnya bermotif harum bunga mawar. Apa aku pernah menerima surat yang sama? Tanpa nama pengirim, tanpa informasi apa pun. "Siapa yang mengirimkannya?"
"Saya tidak tahu, nona. Saya hanya menerima dari pengantar surat biasa."
"Pengantar biasa?"
Dalam kerajaan ini, pengantar dibagi menjadi dua. Yang pertama pengantar untuk rakyat biasa dan kedua pengantar antar para bangsawan. Surat yang ku terima tidak mungkin dari rakyat biasa, bahan kertas ini sangat mahal untuk kalangan biasa. Butuh lima botol alkohol tua untuk bisa dapat kertas ini. Tunggu, sepertinya aku ingat surat ini. Cepat-cepat aku menuju kamar, mengambil surat-surat milikku. Aku mencari surat dengan bahan yang sama. Ternyata benar, aku pernah mendapat surat yang sama. Sebuah surat dengan ciri yang persis. Tanpa berpikir panjang, segera ku buka surat baru tersebut.
126Please respect copyright.PENANAzftPedEonS
"Apa kamu menikmatinya?"
126Please respect copyright.PENANArXw1LTiOMK
Sudah jelas orang yang mengirim surat ini dalang dari gosip gilaku. Kata 'menikmati' dalam surat ini maksudnya mengacu pada keadaanku bukan? Setelah membacanya, pikiranku hanya mengacu pada satu hal yaitu gosip. Oke, mari cari cara menemukan si pelaku. Langkah pertama yaitu datang ke pesta para bangsawan. Aku mengambil beberapa surat dari tumpukan yang sudah berserakan. Di sana terdapat surat undangan pesta teh Lady Miranda, pesta ulang tahun Lady Berlyn, dan pesta penyambutan Sir Corney. Pesta yang sebentar lagi diadakan adalah perayaan Sir Corney sebagai bangsawan baru. Tiga bulan lagi. Segera kubalas semua surat-surat, menginformasikan kehadiranku di pesta-pesta itu.
126Please respect copyright.PENANA8hbnHouhNm
Selama tiga bulan ini, surat tanpa nama itu terus berdatangan. Memang tidak sering, namun cukup mengganggu. Kesempatan bagiku untuk mengumpulkan bukti surat-surat yang terus berdatangan. Meminta pelayan untuk mengikuti pembawa pesan dan membayar orang untuk menyelidiki simbol ini. Tetapi tidak satupun ditemukan jejak pelaku. Selalu buntu di suatu tempat, tepatnya di Covent Garden. Hingga datang hari di mana pesta penyambutan Sir Corney dimulai.
126Please respect copyright.PENANAewjfCGlETb
-----------------------------------------------------------------------------
126Please respect copyright.PENANAPYcq3f2n1h
Pagi ini, begitu tenang. Rasanya seperti berada di mansion biasa, bukan istana konyol yang penuh aturan. Karena tidak ada jadwal berlatih pedang hari ini, akan bagus kalau ke taman dan membawa beberapa buku untuk dibaca. Tunggu? Bukankah itu Phia? Tumben sekali. Biasanya dia menyamar jadi pelayan atau gadis biasa terus kabur ke kota. Akan kususul anak itu dan bertanya.
"Apa kau sakit?"
"Apa maksudnya itu?" wajahnya terlihat dongkol,mungkin ia berfikir kalau aku akan mengganggunya.
"Mengapa kau tidak mengenakan pakaian pelayanmu dan bermain keluar istana?"
sungguh kurang ajar, Ia tidak menjawab pertanyaanku dan hanya sibuk dengan karyanya yang aneh.
"Hmm... Hey! Apa kamu tidak mencoba melamar putri dari Count Winifred? Katanya dia masih lajang lho."
Akhirnya, kata-kata konyol keluar dari mulutnya. Tapi tunggu dulu. Apa katanya tadi? Winifred? Apa maksudnya?
Seketika pikiranku mengarah pada gosip yang terjadi dengan Lady Amber.
"Gosip itu, darimu? Kenapa kamu melakukan itu? Apa masalahmu?!"
"Aku membuka jalan untukmu!"
"Apa?! Tidak masuk akal! Mengapa kau berpikir begi--"
"Hanya orang idiot yang tidak tahu." Ia bangun dari tempat duduknya meninggalkanku.
Apa yang membuatnya melakukan hal itu kepada Lady Amber? Apa karena aku? Apa suruhan ibu?
Sepertinya aku harus menghadiri pesta penyambutan Sir Corney untuk bertemu dengan Lady Amber. Sekaligus, meminta maaf atas nama adikku kepadanya. Aku harap ia hadir.
126Please respect copyright.PENANATSYsgmVtUl
----------------------------------------------------------------
126Please respect copyright.PENANAbqpXadTAtG
Tiba di kediaman Sir Corney, Aku mengambil napas panjang sebelum memasuki ballroom hall. Bersiap untuk "berperang" dengan musuh yang tak terlihat. Sebenarnya, aku sudah memiliki kandidat musuh yang teridentifikasi. Siapa lagi kalau bukan Putri Sophia? Aku bukan gadis sosialita jadi sulit memiliki musuh pribadi. Jadi, pesta yang kudatangi hanya saat debutante saja. Sejak kecil aku selalu di rumah, belajar untuk mengurus kewajiban keluarga, tidak sempat memiliki teman. Kesimpulan dari semua itu hanya mengarah ke putri dan Lady Brenda. Tapi aku masih tidak yakin, bisa saja musuh keluargaku. Atau mungkin saja pria yang bersama Putri Sophia. Atau kakaknya si putri Pangeran Adolphus?
126Please respect copyright.PENANAdH1AQnAv41
Setiap mata menuju ke arahku, entah karena terpukau dengan penampilanku atau gosip yang beredar saat ini. Berbeda dengan mataku yang mencari keberadaan putri sambil berjalan ke arah Sir Corney untuk memberi ucapan selamat kepadanya.
"Mengapa sendirian lady?"
"Countess tidak bisa hadir, Sir"
Tak lama setelah perbincangan tanpa artiku dengan sir, aku pergi mengambil kue cokelat dengan toping anggur di atasnya. Seketika aku teringat bukti transaksi atas nama Sir. Corney yang tidak sengaja aku temukan saat mencari bangsawan dermawan beberapa bulan lalu.
Tidak lama Pangeran Adolphus datang dengan saudaranya, Pangeran Wales. Matanya dengan cepat menemukan diriku berada. Ketika mata kami bertemu, ia langsung berjalan ke arah ku yang sibuk mencicipi berbagai dessert dan memium wine.
"Malam, lady."
"Selamat malam, Your Grace."
"Lady... Sebentar lagi dansa akan dimulai. Apa masih ada ruang kosong di kartumu?"
"Masih, Your Grace."
Sepertinya pangeran mau menyelamatkan wajahku. Tapi sudah terlambat pangeran. Kamu bukan yang aku mau dan tindakanmu saat ini tidak ada artinya. Hanya buat salah paham saja. Tidak ada cara lain juga, karena ada yang mau kutanyakan padanya. Informasi yang baru saja diberikan oleh mata-mata setelah kamu meninggalkanku dan sibuk dengan teman-temanmu.
126Please respect copyright.PENANApS1RpS3djH
Tibalah acara berdansa dimulai, orang-orang yang berdansa membentuk barisan sesuai dengan posisinya termasuk aku dan pangeran. Kami berdansa dengan tarian yang sedang populer belakangan ini, yaitu tarian Minuet. Selama tarian berlangsung, Ia melakukan dengan menyesuaikan tempo tarianku. Ia juga memperhatikan dan menjagaku supaya aku tidak jatuh karena gaun. Aku cukup terkejut bahwa seorang pangeran bisa mengalah pada hal kecil seperti ini. Ketika dansa berakhir pangeran memegang tanganku dan menarik keluar dari barisan menuju balcony hallway. Aku memang terkejut dengan sikap pangeran, tetapi itu semua hanya perangkap. Aku sengaja menari dengan pangeran lalu ingin bicara dengannya. Siapa sangka, pangeran duluan yang memulai. Baiklah, mari kita cari tahu dari dirinya terlebih dahulu.
"Lady, sebelumnya saya minta maaf karena mendadak membawa anda ke sini. Ada sesuatu yang ingin saya katakan"
"Pangeran, saya tidak suka basa-basi. Kebetulan saya juga ingin bertanya kepada anda. Boleh saya bertanya lebih dulu?"
Pangeran sejenak terdiam. "Oke... baiklah."
"Mengapa adik anda menyebarkan gosip tentang saya?"
Pangeran tertegun, ia agak terkejut dengan pertanyaan dariku.
"Saya meminta maaf atas sikap adik saya. Tapi saya juga tidak tahu pasti apa penyebabnya."
Bingo! Jadi benar si putri. Bahkan kakaknya sendiri pun tidak menutupi kesalahan adiknya. Padalah niatku hanya menguji apakah dugaanku tepat. ternyata, orang suruhanku tidak berbohong. Untung saja ia tepat waktu dalam memberi informasi sebelum pesta benar-benar berakhir. Sampai ia menyamar menjadi bangsawan. Ia mengatakan bahwa simbol itu berasal dari suatu komunitas sosial di daerah terpencil di dalam kota London. Tepatnya dekat dengan Covent Garden. Daerah kecil itu sering dikunjungi oleh Putri Sophia. Oke! Sekarang musuhnya sudah terlihat jelas. Tinggal mengatur beberapa rencana lagi.
"Terima kasih atas pengakuan anda, pangeran. Saya permisi."
Ketika aku pergi, pangeran menahanku dengan memegang tanganku. "Tunggu."
Aku tidak nyaman dengan perlakuan seperti ini, seakan dia memiliki kuasa untuk memegang tangan orang sesukanya. Aku tepis tangannya sambil berkata "Satu hal lagi, pangeran. Saya tidak tertarik dengan apa pun yang menyangkut keluarga kerajaan. Permisi."
Aku langsung pergi meninggalkan pangeran seorang diri. Tanpa menoleh kebelakang. Aku tidak peduli dengan ekspresi yang dibuat pangeran setelah mendengar ucapanku.
126Please respect copyright.PENANAG50GWe89kJ
126Please respect copyright.PENANA9EI8QP1gF9
Esoknya, sebelum berangkat ke perkebunan, Aku menulis surat untuk Putri Sophia. Kira-kira pembukaan seperti apa yang cocok dengannya? Mungkin tulisan seperti ini "Dengan meningkatnya kejahatan belakangan ini perlu adanya tambahan sebuah kamar mewah di penjara, apalagi bila penjahatnya seorang bangsawan. Benar kan putri?" Amber bertekad untuk berusaha meluluhkan hati Putri Sophia. Setidaknya, hanya itu satu-satunya jalan yang dipikirkan olehnya.
ns 15.158.61.48da2