Rusia, 1863
Krasnoyarsk Krai
Russia
Dear My sister, Amber
Apa kabar kakak? Apa kamu masih mengingat adikmu ini?
Maaf aku tidak bisa mengirim surat tahun lalu. Ayah baru saja...tutup usia. Kemarin semua terlihat kelabu sampai aku tidak sanggup menulis surat padamu. Aku menemani ibu selama satu bulan di London. Ia masih tidak percaya bahwa ayah telah tiada. Anakku yang pertama sudah menikah ka, tepat dua hari sebelum ayah tiada. Setelah mendengar kabar kami langsung menuju London. Kakak, bisakah kamu pulang? Setidaknya kunjungi ibu. Aku harap kakak dapat membalas surat ini.
Semoga kakak sehat selalu.
Salam, adikmu yang tercinta
Ruby Godiva Psovky
61Please respect copyright.PENANAdd7ETlNrOk
61Please respect copyright.PENANAFLj9BIwbO8
---------------------------------------------------------------------------------------------------
61Please respect copyright.PENANAPVMePKOukw
Sebelum pulang dari Kent, Amber mengirim surat melalui orang kepercayaannya kepada Madam Sarah. Memberitahukan ibunya mengenai kedatangan madam tetapi tidak dengan rencananya. Kejadian bersama pangeran di Kent mendorong Amber untuk cepat mengakhiri gosip bodoh ini. Sebelum berangkat Ia menempatkan mata-mata di tempat yang sering dikunjungi Putri Sophia untuk mengawasi. Awalnya demikian. Percakapan Amber dan pangeran membuat Amber mengerti. Ada sesuatu yang tidak ia miliki dalam diri pangeran. Itulah mengapa Amber terpicu untuk melakukan sesuatu yang akan megertakan gigi mereka.
61Please respect copyright.PENANAlXKwO5lT8I
Ada sesuatu yang menarik yang dilaporkan oleh mata-mata itu. Membuka jalan untuk rencana Amber ke depannya. Seorang pria mondar-mandir melewati Covent Garden. Seorang bangsawan yang sudah tak terhitung jumlahnya datang ke tempat itu selama sehari. Firasat Amber mengatakan bahwa orang itu mungkin saja pria malam milik putri. Amber memerintahkan untuk memata-matainya.
61Please respect copyright.PENANAOfn87mT3aC
Tebakannya benar. Pria itu adalah kekasih gelap sang putri. Umpan yang mahal untuk ikan hias. Amber bisa melakukan apa saja sekarang, bisa saja menyebarkan gosip atau mendorong putri untuk membersihkan namanya. Tetapi ada cara lebih efektif untuk mengeluarkan putri dari kandang emasnya.
Amber mencari tahu latar belakang mengenai pria muda itu. Ternyata apa yang di dapat Amber adalah suatu kebetulan yang menguntungkan. Bukankah hidup memang penuh kebetulan?
61Please respect copyright.PENANAjsks7GbT7l
"Apa sekarang Keberuntungan sekarang memihakku?"
Amber dengan senyum diwajahnya telah membayangkan kemenangan.
Tak sabar ia segera menyelesaikan semua pekerjaan yang ada disini lalu pulang untuk menyusun rencana.
61Please respect copyright.PENANAzHX23TsFrx
61Please respect copyright.PENANAJkXeKEaMDy
Duke dan Pangeran Adolphus kembali lebih awal dari rencana mereka. Semua observasi mereka lakukan dengan cepat. Dikarenakan ada keperluan dari pihak duke. Tanpa istirahat, duke kembali ke kota London meninggalkan pangeran yang masih beristirahat di desa dekat kota. sampai di kerajaanpun ia segera menyelesaikan urusan politik yang tidak perlu dijelaskan karena begitu kompleks hubungan Denmark dan Inggris pada abad-17 akhir ini. Selesai dari pertemuan, duke menerima sebuah surat dari kerajaan Denmark. Menegaskan bahwa ia harus segera menikah dan ikut berperang. Tepat disaat ratu melintas melewati gedung utusan kerajaan. Terlepas dari ia sengaja atau tidak, duke hanya berfikir kesempatan baik untuk membereskan satu masalahnya.
61Please respect copyright.PENANAGul7Xd0Nud
"Duke, bagaimana perjalanamu?"
"Sangat menyegarkan, Yang Mulia."
"Duke, kau tau bukan mengapa aku melewati tempat yang seharusnya tidak mungkin kulewati?"
Sesaat duke terdiam. "Kapan pertemuan itu dilaksanakan? Saya akan hadir secepatnya."
"Hmm...coba kita lihat." ratu memahami keadaan sang duke yang lelah akibat perjalanan dan lansung menghadiri pertemuan. Pasti menguras fisiknya. "Bagaimana, kalau minggu depan?"
"Saya setuju."
Setelah mereka menyelesaikan percakapan, duke segera kembali ke ruangannya.
61Please respect copyright.PENANAJAkrXzWPCn
Dalam perjalanan pulang, Amber bertukar pesan dengan Madam Sarah. Menanyakan rencana pertemuan dengan viscount. Ia merancang sedemikian rupa agar terlihat natural. Putri bukanlah orang bodoh seperti saudara laki-lakinya. Putri sangat cerdik sehingga Amber harus merencanakan dengan matang.
"Kak, lihat para prajurit itu. Sepertinya jumlah mereka bertambah."
Amber yang asik dengan surat-surat, tidak mempedulikan sama sekali apa yang dikatakan adiknya.
"Apa akan ada perang?"
Sontak Amber yang mendengar pertanyaan dari ayahnya, kaget. "Apa?!" melihat keluar jendela kereta kuda. Memastikan sendiri apa yang terjadi.
"Mereka hanya prajurit penjaga. Mungkin tidak seperti yang dibayangkan ayah."
"Sebentar lagi pergantian abad. Seharusnya orang-orang melupakan perang bukan?"
"Ayah" ucap Amber dengan lembut namun tegas. "Tidak akan ada perang, aku jamin itu."
Ke khawatiran mulai muncul di benak Amber. Banyak pertanyaan yang bermunculan di kepalanya. Mengingatkan ia kepada urusannya yang belum selesai. Ambisinya belum tercapai.
Amber mencoba untuk menenangkan diri agar tak terpengaruh dengan pikirannya. Ia harus fokus dengan keadaan sekarang, bukan nanti. Tidak akan ada kata nanti bila saat ini diabaikan.
61Please respect copyright.PENANA7A6JHM0ty7
--------------------------------------------------------------------------------------
61Please respect copyright.PENANAgocnGrwxnv
Tehku sudah mulai dingin. Semua gosip begitu membosankan. Nama itu lagi yang mereka bertiga bicarakan. Apa mereka tidak tahu kalau aku yang menyebarkannya?
"Apa kalian tahu, ada kabar terbaru lagi mengenai Lady Amber!"
Sungguh memuakan. Sambil melepas kebosanan, aku memainkan kue yang ada di depanku.
"Katanya ada laki-laki yang mendekatinya?"
"Laki-laki yang malang. Mungkin ia tidak tahu siapa Lady Amber sebenarnya"
"Bukankah ia beruntung?" Ucapku
"Ah...Putri, tidak mungkin laki-laki itu beruntung..."
"Kenapa? Bukankah enak minum alkohol dan makan anggur setiap hari?" Sindirku.
Mereka semua terdiam, seolah mencerna apa yang kukatakan dan berhati-hati dalam menjawab. Mereka benar-benar lamban, tidak seperti Lady Amber. Aku memang membencinya. Tetapi Lady Amber memang cerdas. Dari surat yang ia tulis sangat menghibur. Wajar saja dia bisa menjalankan bisnis minuman alkohol. Perlu keterampilan untuk memasarkan di negara ini, mengimbangi anggur impor dari negara mediterania.
"Be..benar putri. Viscount Carlie memang sangat beruntung."
Sejenak kepalaku kosong. Tidak percaya tentang apa yang baru saja kudengar.
"Apa? Viscount siapa?"
"Viscount Carlie putri, yang memiliki bisnis kuda. Tampan, baik, da--"
Badanku tiba-tiba lemas "Ladies, saya undur diri. Permisi."
Semua wajah melihatku kebingungan. Di situasi saat ini aku tidak bisa berfikir jernih. Jadi ku abaikan saja apa yang mereka pikirkan. Dengan penuh amarah saat ini aku langsung mengunjungi rumah Lady Amber. Memastikan dengan mataku sendiri. Bila perlu akan kutanyakan langsung padanya.
61Please respect copyright.PENANArHUnTBstsS
Sampai di gerbang keluarga Winifred, amarahku semakin memuncak. Ditambah dengan melihat gerbang kuno ini. Dari semua pria kenapa harus alie? Membuat ku bertanya-tanya apa dia tahu alie pada saat ia melihatku dengan alie di taman ratu? Dasar rubah!
61Please respect copyright.PENANAZ4Yb7spKPW
"Selamat datang, Putri Sophia. Sungguh senang kami bisa menyambut anda. Saya kepala pelayan rumah ini."
"Dimana Lady Amber!?" Mengapa pelayannya berbaris rapi, seakan sudah tahu siapa yang datang?
"Sayangnya, saat ini lady tidak ada di kediamannya putri."
Darahku mendidih, seolah-olah ingin mencabiknya. Aku menerobos masuk ke rumah itu dan duduk di sofa cokelat dengan motif tua ruang tamu. "Aku akan tunggu disini."
"Putri, bila berkenan, anda bisa menunggu di kamar lady."
"Tidak! Aku tunggu disini!"
Para pelayan terdiam keheranan dengan sikapku, aku tahu apa yang kalian pikirkan. Tapi aku tidak peduli. Aku harus mendapat jawaban secepat mungkin.
61Please respect copyright.PENANAc0Le4Sqf8P
---------------------------------------------------------------------------------------
61Please respect copyright.PENANAIDvL6KJODz
"Lady Amber, silahkan duduk" ucap manager bank di Lombard Street pusat kota London.
"Terima kasih"
Sambil membalikkan tiap lembar dokumen "Dokumen yang anda berikan sangat menarik lady. Kami tahu anda akan mampu, tapi kami belum bisa memberikan pinjaman."
"Anda tahu saya nasabah yang loyal bukan?"
"Itu benar. Tapi--"
Amber berdiri, membetulkan rok dan mengambil payungnya. "Terima kasih atas kerja samanya selama ini. Saya permisi." perlahan Amber berjalan keluar dari ruangan.
"tu--tunggu lady! Ba-baiklah. Saya akan memprosesnya. Tapi untuk nominal sebesar ini, agak..." meski tersenyum, ia memberikan tatapan keraguan.
"Apa saya harus ke kompetitor anda?"
"Oke, baiklah. Kita sepakat."
Amber tersenyum. Merayakan sedikit kemenangan kecilnya. Amber kembali duduk, langsung menandatangani surat perjanjian pinjaman dan meninggalkan bank.
Taktik Amber sangat efektif. Ia sudah merencanakan ini selama 5 tahun ketika ia masih berusia 14 tahun. Amber melunasi semua hutang usaha ayahnya dan memiliki tabungan dengan jumlah yang cukup besar. Memang tidak sebanyak bangsawan lain, tetapi hanya Amber yang memiliki uang bersih di bank. Tanpa ada piutang dari bank. Alasan kedua karena bisnis 2 tahun lalu telah untung dengan baik dan melunasi pinjaman modal di bank. Itulah mengapa bank sangat menyukai Amber. Ia konsisten. Sulit untuk mencari nasabah seperti Amber.
61Please respect copyright.PENANANFi2TuU8Rf
Urusan bisnisnya sudah selesai, kini ia perlu bertemu dengan Madam Sarah untuk membahas pertunangan. Dua hari ini cukup untuk menyebarkan gosip. Gosip yang paling cepat memang dari pelayan. Hari ini langsung menjadi topik utama sampai-sampai Amber diundang kembali oleh Madam Sarah.
61Please respect copyright.PENANAHNyvywo2XE
61Please respect copyright.PENANAvhQDoUqWg6
----------------------------------------------------------------
61Please respect copyright.PENANAK2noNoOjGt
Kereta kudaku bergerak ke arah restoran tempat kami bertemu. Sebelumnya aku dan Viscount Carlie saling bertemu. Tepatnya tiga hari yang lalu. Aku sengaja agar para pelayan dirumah melihat dan secepatnya tersebar kabar tentangku. Aku juga meminta mata-mata menyebarkan rumor mengenai kami, memastikan bahwa rumor tersampaikan dengan baik. Dan hasilnya seperti yang terjadi sekarang, meski viscount terlihat tidak nyaman waktu itu. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa, dia tidak mungkin melawan ibu baptis sekaligus bibi jauhnya. Madam Sarah bukanlah orang sembarang. Ia panutan setiap lady, mendidik mereka sebagai bangsawan. Salah satu guru dari Putri Elizabeth yang sekarang berada di jerman. Jadi, bidak tidak akan bisa bersuara, sekalipun ia ingin.
61Please respect copyright.PENANAwl4HQsqi9a
Ketika restoran terlihat, aku bergegas turun menemui Madam Sarah. Aku melihat madam duduk di dekat jendela, membaca buku dengan anggunnya. Meski terlihat tua, ia masih terlihat cantik.
"Selamat siang madam."
"Lady Amber, mari duduk."
kami berbincang mengenai hal-hal sepele hingga sampai pada topik utamanya.
"Lusa saya akan mengatur pertemuan kedua anda lady."
"Terima kasih madam."
"Saya senang lady meminta bantuanku."
"Terima kasih, saya sangat tertolong madam."
Setelah percakapan selesai, aku mengantar madam sampai menaiki kereta kudanya dan pergi. Aku pun juga harus pulang. Harusnya demikian, tetapi seorang pria menatapku dari jauh dan berjalan ke arahku. Ah....Aku mengenalinya, bangsawan baik hati yang menolongku pada pesta ulang tahun kerajaan. Kami pun berbincang sedikit. Tanpa diduga ia mengajakku berjalan-jalan di kota.
61Please respect copyright.PENANARJxZuwNKeR
"Tuan, maaf. Bukan maksud menolak, tetapi saya akan segera bertunangan."
"Artinya lady tidak menolak kan? Lagi pula ini untuk pertama dan terakhir kalinya."
Hatiku agak tergerak olehnya. Aku memang tidak berniat menolak. Aku ingin tahu tentang pria ini, setidaknya gelar atau sekedar nama. bangsawan ini terlalu misterius dengan kebaikan yang dimilikinya. Aku sedikit ragu menjawab. Dalam benak apakah ada akibatnya? "Baiklah...Sebentar saja."
Terlihat jelas raut wajahnya yang senang dengan jawabanku. "oke, lady. Mari!"
Kami berjalan, menelusuri bangunan-bangunan indah di kota. Ia bercerita banyak hal tentang kampung halamannya yang indah tetapi tidak menceritakan dirinya. Aku mendengarkan dengan seksama.
"Tuan, karena ini moment terakhir kita, bisakah anda mengabulkan permintaanku?"
"Hmm...baiklah, selama aku mampu."
"Siapa nama anda?"
"hmmm....ison"
Aku hanya mengeritkan dahi. Tidak ada petunjuk pada nama itu. Hanya negaranya saja yang aku tahu. Prancis. Tunggu...dia utusan negara...
"Apa tuan sepupu jauh keluarga kerajaan? Anda marquis muda?"
ia terdiam dengan pertanyaan yang kuberikan dan hanya tersenyum padaku.
"Sudah kuduga."
Kesimpulanku tepat. Sebab, utusan negara yang ku tahu belakangan ini hanya marquis muda yang sedang mengungsi ke Inggris ketika revolusi prancis sebulan yang lalu.
"Mengapa tidak katakan saja?"
"Aku hanya...ingin membuat penasaran."
Aku hanya senyum keheranan. Dari percakapan kami, yang bisa kusimpulkan adalah dia pria perayu. Seketika ketertarikanku menghilang. Tapi aku tidak benci.
Aku menghentikan langkahku di depan sebuah kebun kota. "Mau kemana kita?"
"Ke tempat rahasia ku."
"Mengapa kesana?!" Seketika aku memasang wajah curiga.
"Tidak seperti yang lady pikirkan. Kita tidak berdua saja, lihat? banyak yang baru saja turun."
Dengan ragu aku menjawab "....baiklah."
Ia menuntunku dengan baik yang kesulitan melangkah. Aku agak kesal karena sepatuku untuk berjalan di kota bukan untuk di tanah seperti ini. Gaunku juga demikian. Meski butuh tenaga untuk sampai ke atas. Aku tidak menyesali, karena sepadan dengan keindahannya. Di atas bukit gedung-gedung tinggi terlihat pendek. Demikian orang-orang terlihat kecil seperti semut. Aku tidak menyangka ada pemandangan seperti ini. Selama ini aku berada di tempat itu.
Wajar banyak yang susah-susah datang kemari untuk keindahannya.
"Ketika masih anak-anak aku sering kesini. Setiap kali ibu pulang, aku akan ke bukit."
Ia mengeluarkan sarung tangan bertuliskan A dengan motif bunga aster.
"Maaf aku terlambat." dengan wajah sedih.
Aku kebingunan dengan apa yang ia bicarakan.
"Sarung tangan ini....milik ku. Kenapa ada di--"
"Aku sering mengirim surat padamu. Tapi tidak pernah sampai."
Aku masih kebingungan, mencerna semua kata-katanya. Dari mana ia dapat sapu tanganku? Hadiah dari ayahku waktu ia masih sehat. Karena dari kain sutra mahal buatan persia pada masa itu. Aku kehilangan sapu tangan itu dirumah saat bermain boneka sampai aku menangis histeris.
"Kenapa ada pada anda?" Tanyaku masih penasaran. Apa sapu tangan ini terbang atau bagaimana?
"Lady meninggalkan di bukit ini. Apa tidak ingat?"
"Aku baru pertama kali kesini, tuan."
Percakapan kami semakin tidak nyambung sejak menaiki bukit. Aku rasa ia sedang shock mengenai kabar kampung halamannya yang tidak baik-baik saja.
"Apa...kita turun saja, marquis?" Aku tidak paham dengan percakapannya. Jadi memutuskan menyudahi hari ini. Wajahnya terlihat sedih mengetahui aku yang tidak ingat sama sekali kejadian itu. Aku bukannya tidak ingat, memang tidak pernah ke bukit ini waktu kecil.
61Please respect copyright.PENANA586Hfmk9qC
Hari mulai gelap, kami memutuskan menuruni bukit. Ia menawarkan diri untuk mengantar pulang, tetapi aku menolak. Semakin sedih raut wajah yang dibuatnya. Aku pun tertawa dengan tingkahnya sejak di bukit. Mungkin saja itu teman imajinasinya walau sarung tangan itu masih jadi misteri.
61Please respect copyright.PENANAfB36YXP2lO
Sampai di mansion kepala pelayan menghampiriku, ia menyampaikan bahwa Putri Sophia datang mencariku. Dalam hati aku meneriakan kemenangan. Tunggu, keinginanku tercapai. Aku juga memikirkan kemungkinan apa yang akan ia lakukan. Jadi aku tunda dulu kemenangan kecil ini. Ia mungkin saja menyerangku lagi, tetapi tidak hanya aku yang terkena dampaknya, kekasih simpanannya juga. Ia adalah tameng berharga.
61Please respect copyright.PENANAu1snHPLChI
"Terima kasih atas informasinya."
Aku bergegas menaiki tangga menuju kamar, menulis surat untuk putri. Tidak sabar akan reaksinya saat ini. Aku menulis surat dan mengirimnya hari ini.
61Please respect copyright.PENANAJ4JIUgnhBd
----------------------------------------------------------------------------------------
61Please respect copyright.PENANAS4LlYlaUJO
Satu jam telah berlalu semenjak duke menunggu putri sophia di restoran pilihan calon mertuanya. Tidak hanya ada duke yang berada di restoran, ratu dan dayang ratu pun ikut memantau pertemuan mereka dengan menyamar menjadi bangsawan biasa. Sayangnya pelayan yang mengetahui bangsawan itu adalah ratu tidak di ajak bekerja sama sehingga ia menyebut Yang Mulia pada saat menawarkan menu. Duke sudah tahu bahwa ratu berada di sana sejak awal, ia hanya memilih untuk tidak memperdulikannya.
61Please respect copyright.PENANAOuYBCMxGSa
Ratu yang sudah tertangkap penyamarannya perlahan keluar dari restoran. Bersamaan dengan seorang gadis berpakaian sama dengan putri melewati mereka berjalan menuju tempat duke. Raut wajah ratu seketika berubah keheranan, ia memutuskan untuk kembali ke meja melanjutkan pantauan mereka. Ratu memperhatikan gadis itu dengan seksama, ia menyadari kalau gadis itu bukan Putri Sophia. Hampir saja ratu keluar dari persembunyian dengan segudang amarah di wajahnya. Dayangnya, countess merry mencegah ratu. Ia menenangkan ratu dan memberi saran untuk tidak keluar saat ini juga.
61Please respect copyright.PENANAlacJ8AhznE
"Halo, duke." sapa si gadis misterius itu.
".....kau bukan Sophia." duke berdiri meninggalkan meja dan berjalan ke arah ratu.
61Please respect copyright.PENANASwLE2VmkKR
"Tampaknya Putri Sophia sangat memperhatikan kebutuhan biologisku."
61Please respect copyright.PENANA13jC6Lfpwh
"Maa...maafkan saya duke. Saya yang seharusnya memperhatikan putri." Ucap dayang ratu.
"Duke, mungki kita bisa berbicara sebentar tentang masalah pertunangan." ucap ratu.
"Saya...akan menantikan."
Duke pun pergi meninggalkan ratu.
61Please respect copyright.PENANAyeichIulwJ
Ratu menghampiri gadis itu dan menyiramnya lalu menjambaknya. Beberapa pelayan mencoba menghentika tetapi tenaga ratu begitu kuat. Countess Merry mengenal gadis itu, ia adalah wanita malam Pangeran Wales. Seorang dari rumah bordil di pinggir Covent Garden.
ns 15.158.61.20da2