Rusia, 1864
38Please respect copyright.PENANAJl5nh0uWV6
Krasnoyarsk Krai
Russia
38Please respect copyright.PENANAdSqKgjqxCt
Dear My sister, Amber
Halo Kakak, bagaimana kabarmu? Apa semua kegiatanmu di tahun ini lancar sebagai duchess?
cucu keduaku baru saja lahir. Seorang anak berjenis kelamin perempuan. Kakak tahu kan aku sangat ingin punya anak perempuan, mengingat ketiga anakku laki-laki. Kini menjadi kenyataan. Aku senang keturunan ke-2 ku adalah perempuan. Kakak, kemarin ibu datang ke rumah. Keadaan yang sangat langka bukan?
Ia meminta saran padaku untuk menjual semua yang ada di London dan tinggal di Rusia. Ia mau menjaga cucu baruku. Bagaimana menurut kakak?
38Please respect copyright.PENANAdiwgtnzSlZ
Kakak, cucu perempuanku mirip kakak lho, ia cantik dan pendiam. Semoga keberuntungannya seperti aku. Sebentar lagi musim dingin, aku harap kamu mengenakan sesuatu yang hangat dan sehat selalu.
38Please respect copyright.PENANAGVKjNaJO8W
Salam penuh cinta dariku,
Ruby Godiva Psovky
38Please respect copyright.PENANAUUzHDpCOTw
38Please respect copyright.PENANAkjzbpIvNJ2
38Please respect copyright.PENANAVg0JJLBYbc
----------------------------------------------------------------------------------
38Please respect copyright.PENANAb6oAF7GJCV
38Please respect copyright.PENANAHiN4wUjfME
Dingin mulai menyelimuti kota di malam hari. Lampu-lampu di jalan terlihat begitu hangat. Dengan cahayanya, menerangi malam yang sunyi bagi Putri Sophia. Ia akan kehilangan satu-satunya lentera di dunia yang penuh kebohongan ini. Padalah, ia hanya membutuhkan tempat untuk bernapas. Kini Tempat itu akan menjadi milik orang lain. Dengan selimutnya yang tebal, ia tertelungkup menutupi kesedihannya. Bantalnya penuh dengan air mata setelah mendengar kabar menyedihkan. Semua keheningan pecah ketika seseorang mengetuk pintu kamar sang putri.
38Please respect copyright.PENANAsL6zKBoRCA
"Putri, ada surat untuk putri."
38Please respect copyright.PENANAJzlAHfGXSq
Tak satu pun suara menggema dari dalam kamar. Meski sang pelayan terus mengatakan hal yang sama. Meski pelayan itu adalah pelayan pribadi putri.
38Please respect copyright.PENANAg8OeIRVqZk
"Tuan Putri? Sepertinya ini penting."
"...."
"Bolehkah saya masuk dan meletakan di meja?"
Tampak jelas sang putri mengabaikan pertanyaan pelayan. Dengan nekad pelayan itu membuka pintu perlahan lalu meletakan surat-surat di meja rias milik putri. Keheningan terasa menyelimuti kamar sang putri. Tanpa adanya kehidupan. Raut sedih mulai tergambar di wajah pelayan sederhana itu, ia merasa putri sangat berubah sejak kemarin malam. Melihat keadaan kamar yang berantakan dan lembab, membuat tangan kasar pelayan gatal untuk merapikannya. Namun ia memutuskan untuk tidak melakukannya, ia menghargai putri lebih dari apapun dan memilih untuk meninggalkan kamar yang begitu mengenaskanm sampai sang putri mengizinkannya untuk membenahi ruangan kamar yang mengerikan itu.
38Please respect copyright.PENANAIcIizmIBAd
Empat hari putri tidak keluar dari kamar. Ia sama sekali tidak mengizinkan siapapun masuk dan hanya berbaring di kamar yang mengenaskan itu. Terkadang merasa lelah tanpa aktivitas apapun. Ia mencoba keluar dari sarang kesedihan dan membereskan dirinya. Mengenakan pakaian terbaik seperti biasa dan merias diri di meja rias. Ketika mengambil sisir, tak sengaja sang putri mengenai surat-surat yang menumpuk di meja hingga terjatuh. Dari sekian banyak surat, ia menemukan sebuah surat yang membuat hatinya tertekan. Amplop hijau dengan lambang keluarga bangsawan. Raut wajahnya berubah penuh amarah. Hatinya getir ketika ia megetahui siapa pengirim surat tersebut.
38Please respect copyright.PENANAuubmWLHQY5
"Amber sialan...."
Sambil menggerutu ia hampir merobek surat beramplop hijau di tangannya.
38Please respect copyright.PENANAWgTW1bu5Sv
"Kita lihat trik apa kali ini."
mata putri yang berkaca-kaca hampir meneteskan air mata lagi, membuka surat perlahan. Tangannya hampir meremas surat itu.
38Please respect copyright.PENANAbFq6Bk6ac5
"Salam Putri Sophia, Semoga Anda diberikan kesehatan selalu. Khususnya di saat-saat ini.
Saya tidak perlu memperkenalkan diri lagi bukan? Saya memahami situasi putri. Untuk itu, saya mengajukan pertemuan besok. Saya harap kali ini putri akan mengabulkan keinginan saya. Temui saya di restoran Covent Garden."
38Please respect copyright.PENANA56Ohs26KEU
Saat ini putri dalam keadaan tidak dapat menolak permintaan Nona Amber. Kini kita semua tahu siapa yang memegang kendali, tidak ada hak baginya untuk menolak. Untuk pertama kalinya putri membalas surat Nona Amber. Ia mengambil pena, menulis di kertas khusus miliknya untuk dikirim malam ini.
38Please respect copyright.PENANAVA3csAfON0
Tidak lama selang waktu berlalu, Ratu berjalan ke arah istana bagian timur tempat kamar putrinya berada. Ratu sudah lama mempersiapkan pertemuannya dengan duke muda dari Denmark. Kesempatan pertama hangus karena putri kabur dari kamar dan sekarang tidak boleh gagal lagi.
Ketika ratu membuka kamar putri, ia kaget setengah mati. "Apa-apaan kamar ini??!" Ia berteriak kencang sampai beberapa pelayan berdatangan ke arah suara ratu berada.
38Please respect copyright.PENANA1HH7xgQiKE
"I...ibu!" Sambil menyembunyikan surat ke belakang tubuhnya.
Tergambar kebingungan di wajah sang putri. Ia seperti tidak menyangka ibunya akan berkunjung. Biasanya ia diminta untuk berkunjung ke istana ratu.
38Please respect copyright.PENANAJPv6Wlg8MC
"Tiada habisnya kamu selalu mengagetkan ibu! Apa-apaan kamarmu!"
38Please respect copyright.PENANAwKRGcnzpDv
Para pelayan yang berdatangan mulai merapikan kamar mengerikan itu.
38Please respect copyright.PENANA6HuQqwu0sw
"Ke..kenapa ibu di sini?" Perlahan putri berjalan mundur mendekati meja rias yang berada di belakangnya, menyembunyikan surat tersebut di balik bedak.
38Please respect copyright.PENANA9DnInNcf28
Mata ratu seolah mengikuti gerik putrinya. Menyadari sesuatu telah dirahasiakan.
"Sophi, apa yang mau coba kamu sembunyikan dariku?"
38Please respect copyright.PENANAmqPwLRhvDM
38Please respect copyright.PENANAyPk5hYOu64
"An..anting saya ibu..."
Mengeluarkan anting yang di ambil dari meja rias di belakang tubuhnya dan mengangkat tinggi-tinggi. "Lihat!"
38Please respect copyright.PENANAIw4JGGtwwh
38Please respect copyright.PENANAybGCVYSSbz
Ratu hanya memandang sang putri dengan keheranan.
"Besok kamu harus bertemu duke muda."
38Please respect copyright.PENANAbobXAHHCpt
"Apa?! Ibu!!" nadanya memelas seperti seorang yang terjepit pintu.
"Tidak ada penolakan kali ini Sophia, Jika kamu melakukan sesuatu yang aneh lagi biara akan menanti kedatanganmu."
"Ini tidak adil ibu! Saya cuma mau kebahagian--"
"Jangan bicara yang tidak masuk akal," dengan nada jengkel ratu tak habis-habisnya menegaskan sesuatu melalui kata-katanya.
"Viscount Carlie!! Saya mencintainya!!"
"...." Ratu terdiam sejenak mendengar ucapan dari putri tercintanya.
"Semua keluar!" Tegas ratu.
Hampir Sophia meneteskan air mata. Mengingat, laki-laki yang dicintainya akan segera bertunganan.
"Viscount Carlie akan segera bertunangan, Putri Sophia. Sebaiknya kamu jernihkan pikiranmu dan lupakan soal pria itu."
"Ibu!!"
"Kamu adalah seorang putri kejaraan!" Akhirnya, sang ratu melontarkan maksud dari segala perkataannya dan tindakannya.
"...." Sophia hanya terdiam mendengar perkataan ibunya. Ia paham mengenai statusnya.
"Bersiaplah besok pagi putri."
Ratu perlahan menuju pintu kamar putri dan meninggalkannya sendirian.
38Please respect copyright.PENANADSQ35rA3BS
38Please respect copyright.PENANAbaTiTnb5Bx
Pagi buta, putri meminta pelayan untuk memanggil wanita dari rumah bordil secepat mungkin mengingat keterbatasan waktu sebelum pertemuan dengan duke hari ini. Putri meminta agar wanita itu didandani persis seperti dirinya. Putri berencana untuk menemui seseorang yang telah merebut kekasihnya di sebuah restoran tepatnya di daerah Covent Garden. Restoran memang banyak di Covent Garden, namun ia tahu restoran mana yang dimaksud tanpa diberitahu detailnya. Ia juga belum tahu reaksi apa yang akan ditunjukan ketika bertemu. Hanya amarah yang saat ini menguasai dirinya. Bergegas putri pun pergi meninggalkan istana dengan mengenakan gaun sederhana melewati pintu rahasia menuju tempat persembunyiannya di Covent Garden. Jaraknya tidak jauh dari tempat pertemuan. Hanya saja, terlalu pagi ia datang. Ia memutuskan untuk menunggu di persembunyian itu.
38Please respect copyright.PENANAVPO5nJ2Y5l
38Please respect copyright.PENANAfQahDebLLE
Seorang pelayan mendatangi sebuah rumah bordil di jalan Convent Garden pagi buta atas permintaan sang putri. Ia meminta seorang wanita yang dapat berperan layaknya bangsawan. Memiliki ciri rambut bergelombang cokelat, mata biru dan tubuh langsing mirip Putri Sophia.
"Aku bisa melakukannya. Aku sering ke tempat bangsawan." Ucap wanita cantik dengan perawakan yang sama, hanya saja warna rambutnya bukan cokelat. Kuning keemasan dengan mata biru mirip Putri Sophia.
Tidak ada lagi wanita yang persis seperti putri dan waktu mereka sangatlah terbatas. Sehingga pelayan itu memutuskan dengan segera tanpa memikirkan konsekuensinya.
"Rambutnya bisa di cat. Oke mari berangkat."
Segera mereka bergegas berangkat ke istana.
38Please respect copyright.PENANAX1lzR3D8kn
38Please respect copyright.PENANA6q2kiivcpi
Jalan di Convent Garden memang indah. Penuh dengan bunga aster putih dan toko-toko bunga menghiasi setiap inci jalan. Restoran yang dihiasi warna pastel menambah keindahan jalan ini. Kini Amber mengerti mengapa putri selalu kesini. Selain bertemu Viscount Carlie, ia memiliki bisnis restoran yang unik. Kebanyakan para pegawainya berkebutuhan khusus.
"Sungguh, seorang putri sejati." Amber duduk menikmati teh yang disajikan sambil menunggu kedatangan Viscount Carlie.
Sebelum bertemu dengan putri, Amber menyempatkan diri untuk berbincang dengan mantan kekasih sang putri.
"Apa maumu sekarang?" Ucap viscount muda itu tanpa sempat untuk duduk. Berdiri di belakang Amber.
"Mari duduk tuan."
"Hah! Ini hanya intrik bukan?" Ucapnya tegas.
Dari belakang viscount mendekati Amber, merundukan kepala. Kedua tangannya memegang lengan kursi Amber. Dengan wajah penuh amarah ia mendekat ke telinga Amber dan berbisik "Kau memang wanita menyeramkan."
"Kau benar." Mata mereka bertemu bukan karena saling jatuh cinta, tetapi permusuhan.
Viscount memutuskan untuk mengalah dan duduk mengikuti kehendak Amber.
"Aku akan membatalkan pertunangan kita sampai putri mau membersihkan namaku."
"Itu...cukup sulit."
"Kenapa?" Tanya Amber heran.
"Bukan hanya putri yang terlibat."
"Jadi?"
"Seseorang bangsawan yang sangat membenci keluargamu."
Sudah pasti hal ini akan terjadi. Air jernih yang terkontaminasi akan sulit murni seperti semula. Amber sudah memperkirakan hal ini. Jadi, ia akan meminta pertanggung jawaban putri apapun caranya agar nama Amber Winifred kembali seperti semula.
38Please respect copyright.PENANAbUazllDkyc
Putri berangkat menuju tempat pertemuannya dengan Amber. Mengenakan baju sederhana layaknya gadis biasa. Rambut cokelat miliknya dibiarkan tergerai panjang. Tempatnya tidak begitu jauh sehingga putri memutuskan untuk berjalan kaki.
38Please respect copyright.PENANAgvOmAFtx9n
Dari kejauhan sudah terlihat sosok Amber yang duduk di dekat jendela. Gaun ungu gelap yang dikenakan, menampakan kulit putihnya dengan jelas. Cocok dengan rambut hitam legam yang dihiasi bunga violet putih. Warna matanya aneh, persis dengan nama pemiliknya.
"Aku akui dia memang cantik." Gumam putri. Menghentikan langkahnya sementara.
Sang putri kebingunan dengan permainan ini. Ia tahu yang memulai duluan adalah dirinya. Semua kesalahan yang diperbuatnya mengalir di dalam pikirannya, memenuhi benaknya. Ia menarik nafas dalam dan melanjutkan langkah kakinya.
38Please respect copyright.PENANA8sc6SNL1d3
38Please respect copyright.PENANAwjkUCDfY7J
"Halo nona" Ucap putri.
"Ah...Tuan Putri. Salam."
Putri duduk berhadapan dengan Amber. Awalnya ingin menampar wanita ini. Namun ia mengurungkan niatnya setelah apa yang dilakukan terhadap Amber.
"Pertama, aku minta maaf untuk yang terjadi."
Amber hanya tersenyum lucu, ia mengira bahwa sang putri akan secermat dirinya. Ternyata hanya gadis manja kerajaan biasa "Sepertinya putri sudah mengetahui kondisi saya ya."
"Tapi bukan dengan cara licik begini nona." sambil mengepal tangan, sang putri menatap tajam.
"Saya hanya sedang bertahan putri,"
"Apa kau tidak tahu konsekuensi mengusik keluarga kerajaan?"
Amber tersenyum dan menjawab "Siapa yang ku usik, putri?"
"...." Putri terdiam, menatap kebingungan ke arah Amber. Entah bagaimana semua yang terjadi dalam hidupnya memenuhi pikiran. Tentang visinya, carlie, perjodohan, tempat bisnisnya, sampai komunitas yang dimiliki sang putri. "Sampai sejauh mana kamu mengetahuinya?"
"Hmm...yang tidak bisa anda bayangkan putri."
Dengan senyum jengkel putri menjawab "ternyata kamu hitam dari dalam nona."
"Saya bisa menjadi apapun bila diperlukan."
Sejenak, putri memikirkan cara untuk bernegosiasi. Mustahil bila putri menghilangkan seluruh gosip. Bisa saja, tetapi "orang itu" beserta kubunya tidak akan tinggal diam. Sang putri hanya bisa membuat gosip baru yang positif, menutupi gosip lama. Ada satu tawaran di benak putri yang mungkin saja berhasil.
"Bagaimana dengan posisi duchess?" spontan kata itu keluar dari bibir merah putri.
Amber mencoba mencerna tawaran yang lontarkan oleh putri.
"Jadilah duchess Nona."
"Apa yang mau coba anda tawarkan putri?"
"Posisi duchess."
"Aku tidak memahami perkataan anda putri, bis--"
"Aku akan perkenalkan kau dengan seorang duke."
38Please respect copyright.PENANAFoQudzbIAl
Setelah percakapan panjang dan begitu melelahkan, akhirnya mereka menemukan titik tengah dari permasalah masing-masing, meski Amber masih ragu.
"Bagaimana? Kamu setuju?" Ucap putri. "Kamu menginginkan kejayaan untuk keluargamu bukan?"
"....Baiklah. Sesuai dengan rencana putri."
38Please respect copyright.PENANAnBCVdF3eEg
Pagi-pagi sekali ratu dengan cepat berjalan ke istana bagian timur. Dengan penuh kemarahan membuka pintu kamar anak perempuan yang paling ia manjakan. Semua kata-kata makian dan kekecewaan terlontar begitu saja tanpa menyadari sikap anaknya yang begitu tenang duduk di balkon, menikmati secangkir teh dengan gaun merah renda miliknya. Ratu cukup terkejut putrinya sudah rapi di pagi hari.
Dengan suara lembut dan tegas ia berkata "Ibu...selama ini mungkin aku terlihat seperti anak yang manja."
Sambil berjalan ke arah ratu "Aku sering melanggar tata krama kerajaan, bahkan merusak perjodohan."
"Maafkan aku, ibu."
Ratu tidak dapat berkata-kata. Ia hanya tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Seorang putri manja yang kasar bertingkah seperti putri sesungguhnya.
38Please respect copyright.PENANAENGTsgefiY
Perlahan langkah putri kian mendekat. Menggenggam kedua tangan ibunya yang sudah termakan usia. Ia mencium tangan itu dengan lembut sambil berkata berkata "Maukah ibu mengabulkan Permintaan terakhirku?"
38Please respect copyright.PENANA6Y2n3LgatW
"Aku akan menikahi Viscount Carlie."
Ratu tertegun, memandang keteguhan yang tergambar di mata putrinya. Ia tersadar bahwa putrinya sudah dewasa. Tanpa bisa berkata apapun, ia menyetujuinya.
38Please respect copyright.PENANAWhBxB3BtG8
"Baiklah, tapi kau yang harus membatalkan dengan mulutmu sendiri. Duke Cardin bukanlah orang yang mudah."
38Please respect copyright.PENANAApjif7hbkR
"Aku sudah punya rencana ibu."
38Please respect copyright.PENANALqC8d3bwNb
Musim dingin mulai menyelimuti kota London layaknya bubuk gula yang manis. Setiap sudut jalan menampilkan cahaya kemilau berhias merah dan hijau pernik natal. Terkadang kota londong terlihat manis kadang juga terlihat anggun seperti saat ini. Layaknya wanita menawan yang akan segera menikah. Suara tawa terdengar disetiap sela jalan kota. Terdengar pula dari mansion tua keluarga Winifred. Meja makan penuh dengan berbagai macam olahan daging serta buah-buahan. Jarang sekali mereka makan layak seperti bangsawan pada umumnya. Hanya hari tertentu saja mereka dapat merasakan daging. Khususnya hari ini dimana anak tertua Winifred menjadi anak angkat Ratu Charlotte.
38Please respect copyright.PENANAhGIlU6I2ea
38Please respect copyright.PENANAoUadLVxaWA
38Please respect copyright.PENANApWZ5SCIunF
38Please respect copyright.PENANA1pKZQRS8zE