663Please respect copyright.PENANAzPkCa6QZia
Bram menyusul Putri yang duduk di teras.
"Udah ngobrolnya ama Donna, kok cepet banget?"
"Aku sama dia kan tiap hari ketemu di kampus, kapanpun kami bisa ngomong kok, lagian aku kesini mau nemuin kamu, bukan dia," ujar Bram terang-terangan.
"Makasih udah nolongin aku dua kali hari ini," ujar Putri.
"Iya nyantai aja."
Putri menceritakan kejadian di taman tadi pada Bram, dan juga sesosok wanita yang selalu berada di belakang Donna.
"Jadi kamu bilang, saat kamu megang tanganku, arwah-arwah itu mulai menjauh!" tanya Bram penasaran.
"Iya, aku juga nggak tau kenapa, jadi maaf ya," ujar Putri lirih.
"Kamu nggak perlu minta maaf kok, aku suka kalau bisa ngelindungin kamu," sahut Bram memandang Putri, ia pun ikut memandangnya.
"Bentar ya, nenek kamu ada disini, aku mau nanyain sesuatu sama beliau," ujar Putri.
Bram mengangguk.
"Nek, makasih tadi dah nolongin Putri, tapi wanita itu siapa Nek?" tanya Putri padanya.
"Itu Nyi Blorong Nak, dia yang menjaga Donna untuk saat ini," jawab nenek.
"Menjaga Donna, kok bisa Nek, tapi dulu Donna nggak ada yang jaga kok Nek, aneh!" ujar putri keheranan.
"Kalau orang jaman dulu menyebutnya, gembolan susuk Nak, jadi Donna sekarang memakai susuk, dan susuk itulah yang menjaga dia sekarang," sahut nenek menerangkan.
Putri terkejut, "apaaa! susuk, buat apa Donna memakainya Nek."
"Nak Putri, sepertinya Donna mengincar Bram, dan dia juga ingin mencelakaimu, waktu Nenek disini hanya tinggal beberapa hari lagi, Nenek tak bisa menjaga kalian selamanya, bisakah kalian pergi ke rumah pamanya Bram, Nenek rasa dia bisa membantu kalian," ujar nenek.
Putri menatap Bram.
"Kenapa Put? nenekku bilang apa?"
"Apa kamu merasa ada yang aneh dengan Donna?" tanya Putri.
"Bagiku sih nggak aneh, tapi kayaknya anak-anak lain makin tergila-gila sama Donna, entah kenapa," jawab Bram.
"Dia pakai susuk buat ngedapetin kamu Bram," ujar Putri tiba-tiba.
"Astagfirullah, nggak mungkin lah, nggak usah bercanda deh," sahut Bram tak percaya sama sekali.
"Yang dorong aku dari tangga tadi susuknya Donna, dia nggak suka ngeliat kamu terlalu deket sama aku," ujar Putri.
"Serius kamu, apa itu tadi juga nenekku, yang bisikin suruh cepet-cepet nolongin kamu?" tanya Bram lagi.
Nenek Bram mengangguk.
"Iya itu nenekmu," sahut Putri.
"Waktu nenekmu di dunia ini tinggal beberapa hari lagi, beliau nggak bisa menjaga kita selamanya, beliau menyuruh kita pergi kerumah pamanmu," ujar Putri.
"Oh paman Tirto, Nenekku bilang gitu ya,"
Putri mengangguk.
"Baiklah minggu ini aku jemput kamu ya, kita kesana bareng-bareng,"ajak Bram.
"Iya," sahut Putri.
***
Malam itu Bram tak bisa tidur di kamarnya. Ia memikirkan tentang semua kejadian hari ini, membuatnya bingung. Ia pun teringat semua perkataan Putri. Lalu ia membuka laptopnya dan mencari informasi tentang susuk.
Keesokan harinya di kampus. Ia sengaja mengajak teman-temanya makan, dan juga ada Donna di sana.
"Tumben banget Bram, ngajakin kita makan, ada angin apa gerangan?" ujar Clara.
"Iya nih kayak happy banget tu anak," sahut Ridwan.
"Nah kawan-kawan pesananya sudah datang," ujar Bram sambil menurunkan beberapa piring sate.
Donna terperanjat, "apa nggak ada menu lain ya?" tanya Donna yang menghindari makan sate.
"Kenapa Don, bukanya kamu suka banget makan sate," ujar Clara teman baiknya.
"Hem, aku lagi diet nih," ujar Donna beralasan.
"Sate ini kan di bakar Don, bukan di goreng, di jamin nggak bikin gemuk kok, yuk dimakan," sahut Bram kekeh menawarinya.
Dengan wajah yang lesu Donna pun memakan sate itu, dia menurunkan semua daging sate itu ke piring menggunakan garfu.
"Kok nggak dimakan dari tusuknya Don, rasanya beda ntar," ujar Ridwan yang masih sibuk mengunyah daging di mulutnya.
"Ehmm, aku suka makan kayak gini kok, udah jangan peduliin aku, lanjut aja makanya," sahut Donna.
Dari situ Bram tau kalau Donna tidak bisa makan sate dari tusuknya. Sama seperti yang tertulis di artikel.
Besok malamnya, Bram dan ayahnya di undang makan ke rumah Donna.
Di meja makan.
"Om, Tante, ini ada oleh-oleh sedikit," Bram memberikan sekeranjang buah berisi pisang raja.
"Nggak usah repot repot Nak Bram," sahut ibunya Donna terkejut melihat pisang raja itu.
"Nggak kok Tante, biasa aja," ujar Bram tersenyum.
"Bram sudah dewasa ya, sudah punya pacar belum Nak?" tanya Krisna ayahnya Donna.
"Saya suka sama seorang wanita Om, tapi kayaknya wanita itu masih menutup hatinya," sahut Bram.
"Yang semangat, kamu kan cowok, harus pantang menyerah," ujar Krisna.
"Iya Om makasih," sahut Bram dan melirik Putri yang duduk di depannya.
Putri yang merasa di lirik pun diam saja.
"Donna juga makin cantik ya, udah dewasa dan persis mamanya," puji Wahyu ayahnya Bram.
"Ahh Om bisa aja," sahut Donna dengan malu.
"Kalian berdua pacaran ya? kok jadi malu-malu gini," ujar Bagas.
"Nggak kok kak, kami kan cuman temenan," sahut Bram menanggapi dan melirik ke Putri lagi.
Donna merasa kecewa mendengar perkataan Bram.
"Tapi kalau kalian berdua memang pacaran, Tante sama Om setuju-setuju aja kok," sahut ibunya Donna.
"Sebenarnya wanita yang saya suka itu ...." Perkataan Bram terhenti.
Tiba-tiba Putri seraya di cekik hingga tak bisa bernafas. Ia sulit mengucapkan kata-kata, semua orang pun berkerumun menolongnya.
"Putri kamu kenapa Put?" tanya Bram dengan cemas.
Tak berapa lama Putri segera di larikan kerumah sakit.
Dokter mengatakan putri baik-baik saja, mungkin ia hanya kesulitan bernafas.
Di sebuah kamar, Putri terbaring dan menangis sendirian. Bram datang menghampirinya.
"Putri kok kamu nangis?" tanya Bram heran.
Putri beranjak dari tempat tidurnya, dan duduk.
"Aku salah apa sama mereka, aku nggak pernah sekalipun ganggu mereka," sahut Putri sambil terus menangis.
Bram mendekat dan perlahan memeluknya. Ia menepuk-nepuk bahunya agar tenang.
"Besok aku akan membawamu ke rumah pamanku, aku ingin semua ini segera berakir, kamu yang sabar ya, bertahan sebentar lagi," sahut Bram.
Dari luar jendela tampak Krisna sedang melihat mereka. Ia tau bahwa Bram berusaha melindungi Putri. Ia mengurutkan niatnya untuk masuk ke dalam.
***
Keesokan harinya Putri sudah bisa pulang ke rumah, padahal keadaan Putri tidak begitu baik, tapi Dokter tidak bisa mengobatinya lagi.
Dan hari itu Bram meminta ijin pada pamanya Putri untuk membawanya ke suatu tempat. Ia berkata walau Putri terlihat sehat ia tidak seperti orang sehat lainnya, akhirnya Krisna mengijinkan mereka.
Di dalam mobil. Putri terbaring lemas, dan tubuhnya berkeringat dingin.
"Putri, bertahan sebentar lagi ya," ujar Bram cemas sambil menggenggam tangan Putri.
Bram melihat di leher Putri ada tanda bekas cekikan. Dan tanda itu makin lama makin menghitam, ia tak tau apa penyebabnya. Ia melihat Putri begitu kesakitan. Ia lalu menelpon pamanya.
"Om bagaimana ini? Putri tampak kesakitan Om, dia terus merintih," ujar Bram bingung.
Sebelumnya Bram sudah menceritakan tentang Putri pada pamannya dan juga memberitahukan tentang kedatanganya hari ini.
"Apa ada tanda yang lebih jelas Bram?" tanya paman Tirto.
"Itu om dilehernya putri ada bekas cekikan,dan makin lama makin menghitam,padahal kemaren tanda itu nggak ada"ujar bram
"bram apa kamu membawa Al-Qur'an atau tasbih di mobil kamu,kalau ada taruh itu di badan putri,itu akan mengurangi rasa sakitnya"ujar pamanya
"Oh iya Om, Bram coba cari dulu!" Ia menutup telponya dan mencari cari Al-Qur'an.
Dia ingat pernah membawanya sesekali, dan akhirnya menemukanya.
"Putri pegang ini erat-erat, bentar lagi kita sampai," ujar Bram sambil meletakkan Al-Qur'an itu di tangan wanita yang ia sukai.
Putri hanya mengangguk tak mampu lagi berbicara.
Sesampainya di rumah Tirto pamannya. Bram langsung membopong Putri. Tirto sudah menyiapkan bak besar berisikan air yang di taburi beberapa bunga diatasnya.
"Masukkan dia kedalam air ini Bram," pinta Tirto.
"Baik Om," ujar Bram dan memasukkan tubuh Putri ke dalam bak air itu.
Paman Tirto membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an, sembari mengitari bak air itu. Sesekali ia mengguyur tubuh Putri dan terakhir ia mencelupkan kepala Putri kedalam air itu agar semua terbasahi.
Lalu Putri muncul lagi dengan matanya yang bersinar dan menghitam. paman Tirto mngambil dua daun kelor dan mengusapkan ke mata Putri. tiba-tiba saja ia langsung pingsan.
"Bram panggilkan Tantemu!" pinta Tirto.
Bram pun memanggil Tantenya untuk masuk ke kamar.
"Bu tolong bantu Putri ganti baju ya," ujar suaminya.
"Iya Yah," sahut istrinya.
Tantenya Bram membantu Putri berganti pakaian, dan menidurkan Putri di ranjang.
"Om gimana keadaan Putri?" tanya Bram yang masih cemas.
"Om sudah mengembalikan susuk kiriman itu. Mungkin sekarang susuk itu menyerang pemiliknya. Dan Om juga sudah menutup mata batinnya Putri, dia tidak akan bisa melihat arwah-arwah lagi," ujar Tirto.
"Terima kasih ya Om," sahut Bram merasa puas.
663Please respect copyright.PENANA1wuloLCwN2
ns 15.158.61.20da2