Shawnell tidak hanya sekedar mengantar Claura ke rumah sakit. Dia membiarkan Claura duduk dan mengambil nomor antrian. Selain registrasi, Shawnell jugalah yang membawakannya resep dari dokter.
Claura tidak tahan lagi dan bertanya, "Apa yang kau lakukan?"
"Apa yang apa?"
"Kau cukup mengantarku, tidak perlu melakukan semua hal ini."
"Kenapa? Aku sedang mengagumi keponakanku." di tangannya Shawnell memegang sebuah gambar USG. Di dalamnya janin berusia 4 bulan terlihat, sehat dan kuat.
"Jangan bicara sembarangan."162Please respect copyright.PENANA2nf5n4o7sd
Shawnell menatap Claura dengan pasrah. Sejak awal niatnya memang tidak murni, tapi melihat Claura melakukan semuanya sendirian, Shawnell tidak bisa duduk diam. Dia bukan gentleman, katakanlah semua ini adalah usahanya untuk menjalin hubungan yang lebih bersahabat dengan Claura.
Dia tahu pasti karena perasaan Claura terhadap Aciel, Claura tidak akan memiliki motif ketika berdekatan dengannya. Di satu sisi, Shawnell tidak masalah untuk memperhatikan Claura. Karena, tidak ada yang bisa menolak perempuan semanis dan secantik dirinya.
Tentu saja, Shawnell sudah menghapus niatnya untuk mendekati Claura setelah mengetahui keadaan yang sebenarnya.
Keduanya berjalan menuju mobil. Shawnell membuka pintu untuk Claura yang di balas dengan tatapan datar.
Shawnell menyalakan mesin dan melajukannya, dia bertanya, "Kapan kau akan ke rumah sakit lagi?"
Perempuan di sisinya yang tengah melamun, kini semakin merasa ngeri dengan pertanyaan Shawnell. "...Saat melahirkan?" kenapa kau bertanya? Kau mau mengantarku lagi?
Mendengar itu, Shawnell menepikan mobilnya yang baru melaju sesaat.162Please respect copyright.PENANAt1JBHNGeag
"Maksudmu kau tidak akan pergi untuk pemeriksaan lagi?"
"Ah? Selama tidak ada hal yang salah...,"
Shawnell beralih lalu kembali melaju. "Aku tidak berhak untuk memberitahumu. Selain aku tidak bisa hamil dan tidak tahu rasanya, aku tahu itu tidak mudah. Dan kurasa menunggu pemeriksaan selanjutnya saat persalinan bukan hal yang bijaksana. Maksudku, bukankah lebih baik mengambil tindakan pencegahan?"
"..." Claura ingin protes tapi dia tidak tahu harus berkata apa. Dia sudah bilang dia tidak berhak untuk memberitahu Claura, tapi isi kalimatnya sungguh melukai kesadaran Claura. Dia merasa baik-baik saja, dan dia sudah di periksa, tentu saja dia merasa tidak perlu untuk cek lagi?162Please respect copyright.PENANAqg2wx5fTla
"Kau tidak perlu khawatir."
"Aku tetanggamu. Kalau kau di temukan tidak sadarkan diri di kamar sebelah, aku tidak bisa tidur."
Perlu beberapa saat sebelum Claura menangkap kalimat itu. "...Apa kau mendoakanku?"
"Hey, tentu saja tidak. Maksudku kau tinggal sendiri. Apa yang akan kau lakukan begitu kandunganmu membesar? Kau dengar sendiri kata dokter, akan sulit melakukan aktivitas saat itu. Dokter itu memintaku khusus untuk tidak meninggalkanmu."162Please respect copyright.PENANAqP3GjKWe2F
Mendengar kalimat terakhir yang Shawnell ucapkan, Claura tergagap. "Dokter berkata seperti karena dia mengira kau... maksudku, dia tidak tahu kau orang lain."
"Bukan itu poinnya."
Claura tidak mengerti lagi kenapa pria di sisinya begitu kukuh. "Tapi itu juga penting. Pokoknya, kau tidak perlu menemaniku. Begitu kandungannya membesar, ibuku akan datang kemari."
"..Hm.."
"Apa?"
Shawnell menyerahkan ponselnya tanpa mengalihkan dari jalanan. Wajahnya tanpa ekspresi tapi dari gerak-geriknya dia menunjukkan tanda tidak akan berhenti kecuali Claura mengikuti keinginannya.
"Berikan nomor ponsel ibumu. Untuk berjaga-jaga."
Sebelum Claura menolak, Shawnell sudah menyela. "Ibumu tinggal di kota lain. Ini hanya untuk keadaan darurat karena aku yang tinggal paling dekat denganmu. Oh, ada satu tetangga lain, tapi kalian baru bertemu satu kali kan?"
Karena mereka hidup bertetangga, dan Shawnell yang pergi mengantarnya sudah dinilai sebagai hubungan yang 'melebihi-kenalan-biasa', Claura tidak bisa menolak.
"Apa ada yang mau kau beli? Di depan ada supermarket."
"Apa? Tidak, aku ingin pulang saja.." Claura memikirkan hubungannya dengan Shawnell yang malah semakin dekat namun terhenti. "Ayo masuk." mata Claura bersinar saat melihat tanda diskon besar di luar supermarket. 162Please respect copyright.PENANAze66e41DqR
"Baiklah."
Shawnell dengan penuh perhatian memarkirkan mobilnya dan membukakan pintu. Dia berjalan di samping Claura menuju pintu masuk. Tubuhnya sedikit condong keluar, memberi jalan untuk Claura di tengah keramaian. Begitu masuk, orang-orang mulai berpencar dan keduanya kembali ada ruang untuk bernapas. Shawnell membawakannya troli tapi tidak menyerahkannya pada Claura.
"Aku bisa membawanya sendiri."
"Tidak enak kalau orang lain lihat aku bersamamu tapi membiarkanmu membawa trolinya."162Please respect copyright.PENANAUf95NOjPV7
Claura mengedipkan matanya. "Tapi perutku masih rata, mereka tidak tahu aku sedang hamil."
"Tapi aku tahu yang sebenarnya." Shawnell tersenyum dan tidak menunggu Claura untuk menyanggahnya. Dia berjalan di depan jajaran rak pampers.
"Apa kau perlu satu?" Shawnell bertanya tapi tangannya sudah mengambil satu dan meletakkannya di troli, membuat Claura terkejut dan segera menyusulnya.
"Bayinya bahkan belum lahir." Claura meletakkan kembali pampers di rak. Beberapa pengunjung yang berdiri di dekat keduanya melirik diam-diam dan tersenyum melihat iteraksi 'pasangan-muda' ini.162Please respect copyright.PENANASChRUngl5O
"Kau.. ikuti aku." Claura kehabisan kata-kata dan akhirnya menyerah.
"Tidakkah kau semestinya senang aku ikut denganmu? Aku bisa membawakan belanjaanmu."
Ya, tentu saja. Seandainya Claura tidak ingat soal Venus, dia akan dengan senang hati bersama Shawnell. Tapi kemudian Claura membuang pikiran itu. Mungkin selama dia tidak merusak hubungan Aciel dan Venus, yang lain tidak apa?162Please respect copyright.PENANAb4QDlWCARA
"Kau mau ambil itu?" tanya Shawnell membuyarkan pikirannya. Di depan Claura produk jamu kuat berbaris rapi.162Please respect copyright.PENANAam9cJitbxB
"...."
"Aku mau ambil ini."
Kali ini Shawnell yang tidak sanggup membalas. Tangan Claura terulur dan... mengambil botol di bawah obat kuat.
Shawnell memeriksa botol suplemen itu kemudian menerimanya setelah yakin kandungannya aman bagi ibu hamil.
"...." Claura menatap dalam diam. Dia berpikir keras, kenapa seseorang yang tidak ada hubungan apa pun dengannya begitu perhatian? Mungkin kasihan? Selain alasan itu Claura tidak ada ide lain.162Please respect copyright.PENANAGM09EY3JvE
Keduanya kembali melanjutkan aktivitas mereka. Claura akan mengisi troli untuk keperluan sehari-harinya, dan Shawnell sesekali memasukkan keperluannya selain memeriksa produk yang di pakai Claura. Kadang pria itu sengaja browsing hanya untuk menemukan efek samping dari produk tertentu. Empat dari tujuh produk yang Claura pakai harus di ganti karenanya.
Kalau Shawnell jadi seorang ayah, dia pasti bisa melakukannya dengan baik. Membantu, tapi agak merepotkan juga.
Claura tidak tahu harus menangis atau tertawa.
"Sudah semuanya?" Shawnell membawa belanjaan mereka menuju ke kasir. Keduanya masih saling berbalas sarkas. Claura menyerang, Shawnell bertahan.
"Kubilang produk itu berbahaya. Sekarang tidak ada efeknya tapi siapa tahu kalau sudah lahir bayinya?" kata Shawnell tetap dengan alasannya.
"..Bayi?" saat itu suara perempuan terdengar. Keduanya berhenti bicara dan melihat sepasang pria dan wanita berdiri di depan mereka dengan troli juga seperti mereka.
"..Venus?"
"Uncle Shawnell." Venus tersenyum, ujung matanya diam-diam memperhatikan gerak gerik Aciel yang kini berdiri kaku di sampingnya.
"Kau bilang bayi? Apa... kau membeli barang untuk seseorang?" mata Venus secara alami jatuh ke belanjaan dalam troli yang dibawa Shawnell. Sungguh mengejutkan melihat pamannya begitu perhatian. Venus yakin susu untuk ibu mengandung itu bukan untuk pamannya. Tapi dia juga tahu pamannya bukan seseorang yang bersedia untuk melakukan hal yang merepotkan, dan setahunya, pamannya tidak memiliki kenalan yang sedang hamil. Beragam spekulasi berputar di kepala Venus. Matanya berpindah ke Claura dengan tertarik.
Claura pikir ini saat yang tepat untuk mendeklarasikan keberadaan bayi di kandungannya. Tapi begitu melihat Aciel, ingin rasanya Claura menyangkal semua itu...
Shawnell tahu pasti niat Claura saat ini, karena wajah perempuan disisinya sedikit blank begitu melihat keberadaan Aciel.
"Kenapa kalian disini?" tapi mengatakan yang sebenarnya bukan haknya. Dia mungkin bukan pria baik, tapi dia bukan bajingan yang menindas seorang perempuan yang sedang hamil.
"Aku dan Aciel habis dari pembukaan produk baru tak jauh dari sini dan kami memutuskan untuk belanja sebentar." Venus menatap Claura. "Kau pindah tiba-tiba, agak mengejutkan."
Claura berkedip lalu mengalihkan tatapannya. "Banyak yang terjadi."162Please respect copyright.PENANAJbDR1jphDP
"Tentu saja," Venus menggangguk paham, matanya menatap Shawnell dan Claura penuh makna. Namun dia tidak memiliki keberanian untuk menantang Shawnell. Dia hanya bertukar beberapa kata lalu pergi bersama Aciel yang masih dalam keadaan shock.
ns 15.158.61.8da2