"Apa kabar?" Shawnell tersenyum kecil.
"Baik, kau?" Claura berhenti sejenak, menunggu Shawnell secara otomatis. Berhubung mereka tetangga, tidak mungkin Claura jalan begitu saja hanya karena dia berpikir pria ini sedang 'mendekatinya'.140Please respect copyright.PENANAj5ahyyZBAu
"Yah, cukup baik." Shawnell tertawa kecil. "Omong-omong ini sudah hampir setengah sebelas. Apa kau besok tidak bekerja?"
"Em, tidak." Claura menggeleng, masih dengan sedotan yang menggantung di bibirnya. "Aku libur."
"Oh? Kalau begitu apa kegiatanmu besok?"
"Hm... hanya menjalani aktivitas seperti biasa." seketika Claura teringat dengan hal penting yang harus dia lakukan.
Shawnell memperhatikan dari samping. Bahkan ekspresi perempuan ini saat kebingungan pun terlihat manis.
"Kalau begitu, bagaimana kalau berjalan-jalan?"
"Apa?"
"Bukankah kau masih baru disini? Aku akan menunjukkanmu tempat menarik di wilayah ini."
"Ah? Um, kurasa lain kali."
"Kenapa? Apa kau punya janji?"
"Tidak. Kenapa kau berpikir demikian? Kubilang aku melakukan aktivitasku seperti biasa."
"Yah, kau menyukai Aciel, kan? Siapa tahu."
Claura berhenti melangkah, lalu menatap Shawnell dengan mencibir. "Apa maumu? Tidak perlu membawa-bawa nama Aciel, Pamannya Venus."
"Hei, jangan seperti itu. Tidak ada salahnya menyukai seseorang."
Claura tidak mendengarkan omong kosong laki-laki itu lagi dan berjalan mendahuluinya.
Tapi Shawnell terlihat tidak merasa bersalah atau malu karena membuat percakapan mereka jadi canggung.
"Aku sudah mendengar tentangmu dan Aciel dari Venus." Shawnell mengabaikan Claura yang kini mengeluarkan aura jangan-dekati-aku, dan terus saja mengoceh. "Kau pasti kaget mengetahui Aciel menikah begitu pulang?"140Please respect copyright.PENANALbAPTQuncf
"..."
"Padahal tidak mustahil menjaga komunikasi. Sekarang kan bukan zaman purba."
"Kau banyak bicara, rupanya. Tidak seperti penampilanmu." gumam Claura kecil. Tapi meskipun kendaraan beralu, Shawnell masih mendengarnya karena perhatiannya tidak pernah berpaling dari Claura.140Please respect copyright.PENANA8IClyI1YGn
"Hahaha, memang menurutmu aku orang yang bagaimana?"
"Egois, dingin, sesuka hati."
Mendengarnya, Shawnell tidak marah dan hanya tertawa. "Tapi bukankah bagus aku banyak bicara? Aku ingin di anggap sebagai orang yang ramah."
"Um..," yeah, benar.
Keduanya masuk gedung dan menaiki lift. Karena lantai apartemen mereka sama, secara alami mereka naik dan keluar bersamaan. Claura rasa dia bisa menahan diri mendengarkan ocehan Shawnell, setidaknya sampai dia tiba di apartemennya.
"Tapi kau tahu kan, Aciel menikah dengan Venus?"
Ini lagi.140Please respect copyright.PENANAIETkRlPW3r
"Mau kuberitahu hal yang menarik? Aciel sebenarnya menikah dengan Venus bukan karena cinta."
Kalimat itu keluar dari mulut Shawnell bersamaan dengan denting lift yang berbunyi. CLaura merasa otaknya berhenti sesaat, namun dia tetap berjalan. Apa yang Shawnell lontarkan setelahnya, Claura tidak bisa mendengarnya.
Tapi sebelum dia melewati pintu apartemen Shawnell, Claura berhenti.
"Shawnell."
Shawnell menyipitkan matanya seirama dengan senyum yang terulas di wajahnya. "Ya?"
"Apa kau sedang mendekatiku?"
Shawnell masih tersenyum namun tidak membenarkan atau pun menyangkal. Dia hanya memiringkan kepalanya, menunggu kata-kata selanjutnya.
Bagus, kalau begitu. Biar kau tahu siapa sebenarnya yang sedang kau dekati ini.
"Kalau begitu kau bisa ikut denganku besok?"140Please respect copyright.PENANAsR1iCNKo3R
"Oh?" sebelum Shawnell membalas, Claura menjatuhkan bom.
"Aku mau ke rumah sakit. Kau mau ikut?"
"Apa?" Shawnell menatap skeptis. "Apa ini caramu menolak seseorang?"
"Apa maksudmu menolak? Bukankah aku sedang mengajakmu?"
"...Apa kau sakit?"
Claura mengedip lalu menggeleng. Dengan penuh makna Claura mengusap perutnya. "Aku mau periksa kandungan. Bagaimana menurutmu? Apa kau bisa?"140Please respect copyright.PENANAnAIiBObZk6
Untuk waktu yang lama, Shawnell tidak menjawab. Dia hanya menatap Claura dengan tatapan bingung, tidak pasti, dan ragu-ragu.
"....Anakmu?"
"H-mm." Claura tersenyum manis, puas melihat ekspresi Shawnell.
"Dengan Aciel?"
Senyum Claura luntur.
"..Tidak, tunggu. Itu tidak mungkin."
Apa maksudnya tidak mungkin? Si brengsek ini...140Please respect copyright.PENANAdyIVEfC1NA
"Tapi, bukankah kau menyukai Aciel?"140Please respect copyright.PENANAeyV8b8X2yO
"...Lalu?"
Shawnell membuka mulutnya lalu menutupnya lagi, dahinya berkerut keras. Shawnell berpikir mungkin seperti apa Claura yang sebenarnya. Bagaimana bisa dia hamil saat menyukai pria lain? Claura hampir bisa menebak isi pikiran Shawnell tapi dia tidak begitu peduli soal image dan semacamnya. Setidaknya dengan pria di depannya.
"Kau tahu sekarang, jadi berhenti bilang 'Aciel ini Aciel itu', kau membuat bayiku marah, tahu?" tanpa menunggu balasan Shawnell, Claura berbalik dan kembali ke apartemennya.
"Mulai sekarang aku tidak perlu khawatir soal pamannya Venus." gumam Claura dalam hati. Dengan ini dia tidak memiliki hubungan dengan siapa pun yang berkaitan dengan Venus.
Sejujurnya Claura kaget dengan kata-kata Shawnell soal pernikahan Aciel. Tapi dia tidak bisa percaya begitu saja. Di tambah, apa yang berubah? Claura tidak bisa menjamin keselamatannya sekali pun Aciel berpisah dengan damai atau tidak pada akhirnya, misalnya. 140Please respect copyright.PENANAMYuQA7ZufK
"Tapi bukannya si brengsek itu mau mendekatiku? Kenapa mengatakan soal Aciel padaku....," Claura menggantung mantelnya sambil berpikir. Karena cinta tunggalnya yang setia, Claura tidak pernah mengalami yang namanya membuat frustasi-orang-yang-kau-suka.
Di samping itu, strategi demikian hanya di lakukan oleh orang yang bosan dan berniat untuk bermain-main. Sekali pun Claura mengetahuinya, dia hanya akan mengabaikannya.
Pagi itu Claura sarapan dua buah pisang, semangkuk risotto dan segelas susu kambing. Claura memakai sweater hitam berleher rendah dan rok midi berwarna abu. Dengan stoking hitam, kali ini Claura memakai boots diatas mata kaki karena kakinya terlalu dingin kalau menggunakan sepatu biasa. Claura menggerai rambutnya seperti biasa, memakai syal ccokelat kayu kekuningan, lalu mengenakan mantelnya sebelum keluar.
Siapa sangka, Shawnell berdiri di luar pintu apartemennya dengan mantel hitam kasual panjang. Pria itu menaikkan kerah sweaternya ke dagu sebelum melirik saat menyadari Claura keluar dari apartemennya.
"Kau sedang apa?" Claura hampir kehilangan kata-kata. Ingatannya otomatis berputar ke kejadian semalam. Wah, laki-laki ini sungguh berkulit tebal. Tidak tahu apa artinya aku-tidak-menyukaimu-berhenti-mendekatiku.140Please respect copyright.PENANAvKuQvNDonj
"Bukankah kau mengajakku ke rumah sakit?"
"Apa?"
"Ayo, aku antar."
"Apa? Hei."
Shawnell mengabaikan Claura dan berjalan lebih dulu menuju lift. Diam-diam Claura menatap pintu tangga darurat. Tapi memikirkan lantai tempatnya berdiri dan keadaannya yang sedang hamil, yeah, tidak.
Claura memperlambat langkahnya guna membiarkan Shawnell sampai di bawah lebih dulu. Tapi pria itu selain menyebalkan juga gentleman, dengan sabar menahan tombol pintu untuknya.
"Gentleman sekali anda." cetus Claura memikirkan soal ejekan saat dia masih bekerja di kantor dulu.
"Hahaha. Jangan memikirkannya."
Claura menatap Shawnell jengkel. Entah kenapa hari ini Shawnell terlihat lembut? Mungkinkah mata Claura rusak?
"Apa? Kau tidak perlu bersikap istimewa hanya karena aku mengandung,"
Mendengarnya Shawnell hanya tersenyum.
Laki-laki aneh.140Please respect copyright.PENANAXkSSadcFI2
ns 15.158.61.20da2