Claura baru menyadari hal penting yang selama ini dia abaikan. Kesampingkan fakta bahwa dia harus menjalani kehidupan sebagai tokoh di dunia game ini sampai endingnya datang. Selama ini dia memastikan bahwa perasaan dan indra perasanya berjalan dengan baik. Rasanya mustahil kalau yang dia jalani ini sekadar permainan. Claura tahu dia sudah di tipu. Sekarang dia merasa ancaman yang lebih besar dari bahaya ending hidupnya di dunia ini.
Kalau dia tidak merawat kandungannya dengan teliti, dia juga akan berada dalam situasi yang berbahaya.
Claura menatap perutnya yang sedikit membulat, namun masih di nilai rata.
"Aku hamil. Apa artinya aku akan merasakan rasanya melahirkan?" Claura memegangi kepalanya frustasi. Dia, 28 tahun, patah hati, seorang pengangguran, tiba-tiba harus merasakan sakitnya melahirkan?
"..Argh, game biadab..." dengan sakit hati Claura memejamkan matanya, lalu menstabilkan emosinya. Sambil cemberut Claura membuka ponsel dan mencari rumah sakit terdekat.
Meskipun Claura sedih tak terkira dan membenci permainan ini, Claura tidak bisa abai dengan mahluk hidup yang kini tumbuh di perutnya.
"Ah, sial. Kenapa aku harus mengalami semua ini?" sekalipun bibirnya berkata demikian, Claura mencatat dengan telaten hal yang harus dia lakukan, hal yang harus dia hindari selama melahirkan. Catatan ini akan menjadi panduannya sampai dia mengkonsultasikan kesehatannya ke dokter/bidan.
Setelahnya Claura mempersiapkan dirinya untuk berangkat kerja hari itu. Jadwal shift-nya minggu ini siang, membaca catatan tadi, Claura harus berhati-hati untuk tidak terlalu kelelahan dan mendapatkan tidur yang cukup di malam hari. Claura juga mempersiapkan kantung kecil seukuran teh celup beraroma terapi, berhubung akhir-akhir ini dia mudah mual terhadap bau-bauan yang tajam. Dia mengeluarkan botol berisi potongan buah dari lemari penyimpanan, lalu membuat roti isi sederhana dengan selai strawberi dan telur orak-arik untuk makan siang. Rasa manis-asinnya cukup serasi dan dia tidak merasa mual. Sempurna.
Claura mengambil Rok warna cokelat kekuningan bepola kotak-kotak dan tunic sweater berwarna hitam. Claura menatap sedih pada jajaran make-up yang tidak bisa dia gunakan. Dengan muram dia mengambil sebuah botol pelembab dengan bahan dasar minyak paus yang tidak berbahaya untuk bayi atau pun ibu hamil. Tentu saja tidak murah, sebotol ini harganya hampir tiga kali lipat dari pelembab yang biasa dia gunakan. Dan Claura hanya bisa menggunakan benda ini untuk 6 bulan yang akan datang atau Claura bisa menyerah soal dandan.
Setelah wajahnya berkilau dari pelembab, Claura menepukkan setipis bedak di beberapa area masih dari merk yang sama, dan karena bibirnya sudah berwarna merah muda alami Claura hanya mengoleskan minyak zaitun. Riasannya kali ini terlihat sederhana namun hasilnya memuaskan. Di samping penggunaannya yang hanya menggunakan sedikit pelembab, rona wajahnya jadi terlihat lebih segar.
"..Ah aku seperti perawan. Ahem."
Claura mengalungkan syal dan memakai mantel panjangnya lalu berangkat.
Jalanan menuju tempat kerjanya hanya sepuluh menit dengan berjalan kaki. Tapi karena ini hari pertamanya bekerja Claura datang dua puluh menit lebih awal untuk beradaptasi.
Claura masuk lewat pintu belakang lalu menuju ruang ganti karyawan. Steve, manajer sekaligus pemilik kafe menyambut Claura dengan hangat sebelum menugaskan salah satu karyawan untuk mengarahkan Claura.
Sebenarnya menerima karyawan yang tidak pasti seperti Claura cukup merepotkan. Terutama bagi yang bertugas mengajarkan; dimana setiap orang baru harus di mulai dari awal. Tapi mau bagaimana lagi, saat ini mereka sedang kekurangan tenaga. Untungnya bekas pengalaman bekerjanya masih melekat. Meskipun bidangnya berbeda, Claura masih memegang etika yang sama. Dalam beberapa hari bekerja di kafe itu, statusnya berubah dari 'anak baru yang mesti di awasi' jadi 'anak kesayangan yang harus di jaga'.
Claura bukan yang paling muda, tapi dengan penampilannya yang mengagumkan serta sikapnya yang ramah (karena ini sifat asli Claura, bukan pemilik asli tubuh ini), semua orang memandang positif padanya.
Claura membuka ponselnya sepulang bekerja hari itu. Jam masih menunjukkan pukul 9 malam, meski pun Claura menetapkan dirinya untuk tidur yang cukup, Claura tidak lupa menghibur dirinya sendiri. Entah kenapa hari itu dia ingin makan sup tulang. Caura bertanya-tanya kenapa. Dia tidak suka makan tulang, oke? Enak sih enak, tapi dari tulang, apa yang di makan?
Claura duduk di salah satu meja di kedai makanan lokal yang menjual beragam sup dan nasi. Claura memesan nasi putih, semangkuk sup tulang, otak-otak. Dia hendak berhenti, namun begitu mencium aroma sate yang menggoda, dia memesan juga. Satu porti pakcoy pedas, tahu goreng krispi, sebungkus lalapan, satu jus alpukat dengan susu cokelat, serta puding.
Begitu makanan sampai, Claura sadar kalau dia memesan untuk lebih dari satu porsi. Herannya, hal itu hanya menambah nafsu makannya.
"..Hmm, kenapa sup tulang ini enak sekali?" Claura mendengus nikmat seraya mengambil sesendok nasi. Di tengah hidangannya, Claura sadar tahu pesanannya sudah habis. Tanpa pikir panjang, dia kembali memesan.
Belakangan ini, rasa mual yang dia rasakan setiap pagi sudah berkurang. Meski pun kadang dia tetap tidak kuat dengan bau-bauan tertentu, Claura tidak lagi merasa kesal dan jengkel di pagi hari.
Setelah selesai makan, Claura pulang tak lupa dengan membawa seporsi kerang hijau yang di jual di kedai yang sama.
"..Ini game kok makanannya enak-enak, ya?" gumam Claura sambil menyedot habis minumannya, sesekali mengunyah jelly yang terselip. "Wah, minuman ini enak juga. Kenapa di jual di pinggir jalan? Mereka harusnya buka kedai."
"Claura."
tiba-tiba suara seseorang menghelat langkahnya. Claura berbalik, melihat Shawnell dengan jas dan dasi yang longgar berjalan menghampirinya. Jalan yang tidak ramai dan kendaraan malam yang berlalu, membuat Shawnell terlihat asing. Seperti, kenapa pria sepertinya berjalan kaki? Mana mobilmu, tampan? Apa kau tersasar?
Hanya dengan melihat pakaian Shawnell, Claura sudah merasa dingin. Sudah jelas pria itu naik kendaraan dan sengaja turun. Mungkin untuk mendekatinya?138Please respect copyright.PENANAdGAfQ0JOkt
Tapi tentu saja Claura hanya mengatakan semuanya dalam hati.
ns 15.158.61.20da2