x
"Mas, lepasin aku! Mas nyiksa aku tau nggak," kataku dengan muka lesu.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWVvFQ4CSo3
Akbar tak merespon sama sekali. Sekarang ia sedang duduk di atas ranjang di sampingku sambil menatap layar laptopnya.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5r0MLA94iV
"Mas, aku laper! Aku belum makan dari kemarin!" kataku sambil menggerak-gerakkan tangan kakiku yang terikat membentuk huruf X.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCCVtRl64Ma
"Sebentar lagi dateng... aku udah pesen online," kata Akbar masih dengan wajah dingin. Sesekali Akbar meneguk kopinya di dalam cangkir.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqHQBqmdg31
"Mas tega banget sama aku sih... Aku mau pipis, Mas..." kataku.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡP11mVk9wlm
"Diem!" Akbar berdiri untuk melepas ikatan tangan dan kakiku. Saat Akbar memapahku, kucoba untuk melepas pegangan tangan Akbar dari tubuhku.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwVWYBCyN98
"Aduh... " Aku terjatuh di atas lantai, dengan tubuh lemas dan kaki terasa lumpuh.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡS4Ds2AqjaA
"Hehe, makanya kamu nurut kalo dibantuin jalan! Nggak usah sok jaim gitu, sok mandiri..." kata Akbar dengan senyum menyebalkan.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSdAat1YH7e
Kupandang wajah Akbar dengan tatapan kesal. Andai saja tubuhku tak lemas, mungkin aku bisa kabur dari sini.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ69IhdbyJ84
"Nggak usah ngelihatin aku kayak gitu, Fa!" kata Akbar yang kembali memapahku.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCpqdGPKb1V
Kubuang mukaku saat Akbar memandangku dengan sinis. Sekarang aku berada di dalam kamar mandi, sedang jongkok, buang air kecil.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpHiejyqVW7
"Ngadep sana, kambing!"
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQpeJBKNinZ
"Hahaha, suami sendiri dikatain kambing. Udah buruan kencingnya! Abis ini kamu kudu mandi!" kata Akbar yang memegangi tubuhku karena kakiku terasa lumpuh.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2tDvfxiKCv
"Trus ngapaian kamu disini? Katanya nyuruh aku mandi?" tanyaku dengan jutek.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGNBkvILzpD
"Nggak usah sok kuat..." kata Akbar sambil melepas pegangannya pada tubuhku.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡODsDWDsBHR
"Aduh..." lagi-lagi aku terjatuh.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡa19o1MiBQq
"Kan udah aku bilang. Nggak usah jaim, sok kuat," kata Akbar meledekku.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbk0owcJZ57
Kutatap Akbar dengan mata melotot, "Ini kan gara-gara kamu... Orang jahat," kataku terisak sambil mengusap air mataku yang menetes.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyWJW1Zbiy4
Lalu Akbar jongkok di depanku sambil menangkupkan tangannya di kedua pipiku, "Kamu yang jahat... nympho."
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqhUahNh1pC
Kutepis tangan Akbar dari kedua pipiku, "Lepasin! Nggak usah ngatain aku!" kataku mulai emosi.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoCPEtzF0Dm
"Kenapa? Sakit hati? Bukannya kamu kayak gitu, Fa? Berapa kontol yang masuk ke dalam lubangmu?" tanya Akbar dengan tatapan yang menusuk.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLurYH4TnKs
"Bar.. kasiani aku! Tubuhku udah lemas banget," kataku mulai mengiba. Aku tak peduli Akbar meledekku dengan sebutan apa pun. Emosi hanya membuat tubuhku lemas.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡB9ondoYPxQ
"Hehe, sebenarnya aku kasian sama kamu, Fa. Nggak seharusnya aku menyiksa istriku sendiri," kata Akbar sambil melepas pakaianku. Lalu Akbar menggendongku ke dalam bathtub.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmHSRUmRh2r
Dalam hati, aku ingin memaki-maki Akbar karena sudah membuatku menderita.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcVgFdzWxVg
"Aku tungguin disini! Cepet mandinya!" kata Akbar yang duduk di dekat kamar mandi sambil menutup gorden yang memisahkan antara aku yang berada di dalam bathtub dan Akbar yang duduk menungguku.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXxpBNAjAng
"Nggak bisa... aku cewek. Nggak bisa cepet mandinya."
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqOeJaTZwHU
*******
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZdf6gyYNnO
Selesei aku mandi, Akbar menghanduki tubuhku. Tangannya yang sedang menghanduki tubuhku, tak bergeser dari dadaku. Yang tak berhenti mengelap lekukan dadaku. Naik ke atas sampai ke puting lalu berputar.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzSC0XVc1PS
"Cantik..." kata Akbar.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjqRiQS1mV6
"Nggak usah cabul!" kataku kesal.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPzgKKl95oi
"Haha, nggak ada yang salah, Fa. Suami muji tubuh istrinya sendiri," kata Akbar sambil tertawa.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwgZEqGR0OX
"Tapi aku nggak butuh..." kataku sambil membuang muka.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8KfIFIDU4E
Akbar masih mengusap tubuhku bagian dada dengan handuk berkali-kali.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqIiWKMvcnK
"Udah ah, aku kedinginan!" kataku jutek.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8lodML1BkZ
Akbar yang berada di belakangku mengambil kimono panjang dari capstok lalu membantuku memakainya. Dengan sedikit kasar, Akbar memutar tubuhku menghadap cermin.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmv74tZgRh6
"Lihat wajahmu!" kata Akbar.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡo67s3hk6u1
Wajahku pucat, dengan lingkaran hitam mengelilingi mataku. Menatap penampilanku di cermin, aku terisak.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLt0LKRwmoT
"Kenapa kamu nangis?" tanya Akbar sambil mengendus rambutku yang tergerai di punggungku.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCEaMxoq69e
Kuusap air mataku yang menetes di pipiku, "Kamu kejam!"
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyiegwshs22
"Aku nggak kejam, Fa. Nggak mungkin aku kejam sama istriku sendiri," kata Akbar yang tersenyum di belakangku tanpa rasa bersalah.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZ1o8FEJKs3
"Psikopat!" kataku dengan terisak.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLw8T9N7lyE
"Hahaha, aku itu sayang sama kamu, Fa. Kamu tau apa yang aku inginkan? Aku ingin mendidikmu menjadi perempuan baik-baik," kata Akbar dengan senyum mengerikan.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDdisoOFBpC
Bulu kudukku bergidik melihat Akbar. Jantungku pun mulai berdetak kencang, seakan-akan memberi peringatan bahwa ada ancaman besar yang mengintaiku.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQ2FClXdglf
Tangisku kembali meledak. Tubuhku pun tersentak-sentak karena tangisku tak bisa kubendung.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOWF0MVGKLO
"Aku bisa ngerasain apa yang kamu rasain, Fa," kata Akbar yang memelukku semakin erat dengan senyum menyeringai.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbZMi3zORvr
"Kenapa kamu siksa aku kayak gini? hiks hiks hiks" tanyaku terisak.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQ2juwHeDhE
"Karena aku sayang sama kamu, Fa," kata Akbar dengan senyum datar sambil menggendongku masuk ke dalam kamar.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdP29vw8KpW
Tubuhku kembali direbahkan di atas ranjang, lalu tangan dan kakiku kembali diikat.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVH5Bmi7sLP
"Aku nggak berangkat ke kantor dan memilih remote demi kamu," kata Akbar.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2eLSSR6250
"Demi nyiksa aku? hiks hiks."
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡz4ta5TZCSA
Kudengar bunyi bell dari depan gerbang. "Makananmu, udah dateng..." kata Akbar yang turun dari ranjang.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3BPc82G9wA
Setelah Akbar pergi, tangisku mulai mereda. Dan aku berpikir, tak ada gunanya terus-terusan bersedih. Tenagaku perlu diisi ulang, aku pun perlu makan juga.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡp5H4fw2YOQ
Akbar membuka pintu kamar, "Makan seadanya..." kata Akbar sambil menutup pintu kamar.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3uS61uK5SE
Ikatanku pun dilepas, namun hanya bagian tangan saja. Karena rasa lapar yang menderaku, aku tak lagi peduli dengan reputasiku. Lalu sebungkus nasi goreng yang masih dipegang Akbar kurebut, dengan buru-buru kumakan nasi goreng itu dengan lahapnya. Sesekali kulirik Akbar, kulihat Akbar menatapku.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtzMGB6eFpV
"Kenapa liatin aku?" tanyaku.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6Zbnejn5tr
"Nggak..." kata Akbar tersenyum.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxzcJY3S320
"Kamu mau juga? Jangan ya, aku laper banget," kataku.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTk8vLw7wgS
"Nggak, itu buat kamu aja, biar kenyang. Aku taruh sini ya botol air mineralnya," kata Akbar.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyyi6r3smtO
"Iya..." kataku sambil mengangguk-angguk.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSWiqTJCRmC
*****
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9YtJHh86Yz
Sekarang hari ketiga pernikahanku. Kondisiku masih seperti hari-hari sebelumnya, dalam kondisi terikat di atas ranjang. Aku tak lagi hanyut ke dalam kesedihan. Bahkan, mencoba memberontak pun aku enggan. Tubuhku sudah lelah, apalagi Akbar hanya memberiku makan sehari sekali.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡh15iBBhly6
Baru saja tiga hari, tubuhku semakin kurus. Pipiku yang orang-orang bilang chubby, kini menjadi tirus. Dan mataku cekung, menandakan aku sangat kelelahan. Penderitaan yang aku rasakan terasa seperti pil pahit yang kupaksa telan, agar aku sembuh dari siksaan yang kuhadapi.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAkFkUJVbpV
Dari semua kegilaan yang aku terima dari Akbar, ada keanehan yang membuatku mengernyitkan dahiku. Sampai detik ini, Akbar belum menyentuhku sama sekali. Entah apa alasannya, aku tak bisa menerka.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡydDL25nx2K
Tak hanya itu saja, aku juga memikirkan Mbok Darmi, Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman. Aku mengkhawatirkan mereka.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOq2Prnz5jF
"Sial!" kata Akbar masuk ke dalam kamar lalu membanting pintu kamar sampai aku tersentak kaget.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmheuHpyoL3
"Liat! Apa yang dilakuin pegawaimu!" kata Akbar sambil memegang mulutnya yang berdarah.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmjKF6csFqB
"Apa yang terjadi?" tanyaku.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCEOJXkfYal
"Aku dikeroyok Salim, Sukri sama Dirman, haha. Pegawai nggak tau diri dan ternyata mereka setia sama kamu!" kata Akbar yang kini membungkuk sambil memegang daguku.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjKJh7JCGfy
Tak kutanggapi pernyataan Akbar. Namun aku lega karena Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman baik-baik saja.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1wGDN0oYnz
"Kenapa? Kamu suka liat aku dipukulin?" tanya Akbar sambil menangkupkan tangannya di kedua pipiku.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ744qI6O1sV
"Lepasin, Mas! Sakit," kataku.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡX4Pddn2oYR
"Sakit ya? Kamu kasih apa mereka sampai mereka setia sama kamu?" tanya Akbar sambil mendengus.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzBdkAOKfG1
"Aku nggak kasih apa-apa..." kataku dengan suara lemah.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbP3UhhGGPZ
Lalu Akbar bangun dari ranjang, berdiri di samping ranjangku. "Baru kali ini aku dipukulin kayak gini. Berani-beraninya mereka mukul anak kyai," kata Akbar yang mulai sombong.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2FHf4pQ2m0
Pintu kamarku pun didobrak, Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman masuk ke dalam kamar.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4CXWC5jVuQ
"Ci..." kata Pak Dirman.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPkDMyfk6hW
"Bajingan..." Pak Salim memukul Akbar. Disusul oleh Pak Sukri yang menyasar ulu hatinya. Yang terakhir Pak Dirman yang memukul hidung Akbar sampai darahnya mengucur.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡL3bmrp6XOl
"Hahaha, ayo lawan aku, tua bangka!" kata Akbar.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡb4rXlq70WF
Satu pukulan mengenai Pak Salim, pukulan kedua mengenai Pak Sukri. Pukulan ketiga mengenai Pak Dirman.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfoPI6vVMnM
"Cih..." Akbar meludah ke tubuh Pak Salim yang mengegelepar di atas lantai.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAauoUcNSSD
Akbar tak henti-hentinya menginjak-injak kepala Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7fWBiqhAsj
"Udah, Mas! Udah! Hentikan!" kataku terisak.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡad2H1PNq9J
Kulihat ada lima orang berbadan besar masuk ke dalam kamar.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFZcw6fb06Z
"Bawa mereka keluar!" kata Akbar memberi instruksi pada lima orang berbadan besar itu.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOpPsz1hRiz
Kudengar suara lirih Pak Salim, "Maafin aku, Fa..."
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡn12MwcpQJT
Air mataku menetes, muncul perasaan bersalah karena menyeret Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman ke dalam masalahku.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkpcr641umt
"Aku nggak bakal mecat mereka... Aku pengen tau, seberapa setia mereka sama kamu," kata Akbar.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhTL3pMtQ4L
"Mas, kumohon! Jangan apa-apakan mereka lagi! Urusan Mas sama aku, Mas boleh ngelakuin apa aja ke aku!" kataku dengan terisak.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtjzn3k0pBD
Akbar pun naik ke atas ranjang, dengan sedikit membungkuk. Mendekatkan wajahnya ke wajahku.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ03c1MObbIX
"Gimana rasanya?" tanya Akbar sambil menangkupkan tangannya ke kedua pipiku.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡql6RF3wg7k
Lidahku terasa kelu. Bibirku pun sulit untuk mengucapkan satu patah kata. Namun, air mataku tak mampu kubendung, yang terus mengalir membasahi pipiku.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdYX1BeMH6M
"Jangan nangis, Sayang! Aku nggak berniat nyakitin kamu. Yang aku mau, kamu nurut sama aku..." kata Akbar.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡORtaUlSp7y
Dengan terisak aku membuka bibirku, "Aku nurut sama kamu, Mas."
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbSfqXR00sg
"Bagus..." kata Akbar dengan seringai menyeramkan.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiBh5QppyP9
"Apa yang harus aku lakuin?" tanyaku lemah.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡimJJlcga4Q
"Aku cuma mau, kamu jadi istri yang baik. Kamu nggak boleh melepas hijab cadarmu. Kamu harus tetap memakai celamis, handshock, kaos kaki kecuali di dalam kamar. Kamu nggak boleh memakai parfum, bahkan memoles wajahmu kecuali buat suamimu saja!"
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIP1c7zi57F
"Baik, aku patuh, Mas!" kataku pasrah.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrKajHprhQW
*********
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaRNSY1PpS1
Sekarang hari ke empat pernikahanku. Aku berubah, tak seperti sebelumnya. Setiap hari, aku berteriak-teriak histeris karena trauma yang kualami. Kadang aku menangis di pojokan dengan menutup telingaku.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMZ9iuktGyk
"Non..." kata Mbok Darmi sambil memeluk tubuhku.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7GNuJTXYc7
Tangisku terus terisak. Tubuhku pun terasa lumpuh.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRB47HJechC
"Mbok... Aku takut!" kataku sambil memeluk erat Mbok Darmi.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgt9fvKh0zY
"Maafin, Mbok ya Non. Mbok nggak bisa nolongin Non," kata Mbok Darmi ikut menangis sesenggukan.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡE0bJIPy7Dc
Mbok Darmi mengangkat tubuhku, memapahku ke kursi sofa ruang tamu.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYHc805zshP
Di ruang tamu, aku menunduk dengan perasaan cemas yang menyiksa. Sesekali aku merapikan penampilanku, agar auratku tak tersingkap.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3iDdk0ZMkT
Saat Pak Sukri mendekatiku lalu duduk di sampingku. Perasaan takutku mulai muncul, "Maaf, Pak... Permisi!" Aku pun berjalan ke depan meninggalkan Pak Sukri.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyHT5t6psjR
Saat aku duduk di lantai teras rumah, kulihat Pak Dirman menatapku dari jauh. Perasaan takutku kembali muncul dengan kutundukkan pandanganku.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHCGMeuHpO7
Pak Dirman mendekat, duduk di sampingku. "Cici nggak apa-apa kan?" tanya Pak Dirman.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoEbQwcI2Q0
"Aku takut, Pak..." kataku sendu.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvpaboPoU90
"Dek..." kudengar Akbar berada di belakangku. Tubuhku langsung menggigil seketika mendengar suara Akbar.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfMtMz01MH0
"Maaf Pak," kataku sambil meninggalkan Pak Dirman.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXYEPUPQdOa
Lalu aku berjalan ke arah Akbar. "Iya, Mas..." kataku menunduk dengan perasaan takut.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcQd3PZ1hYg
"Adek darimana aja tadi? Mas nyariin lho," kata Akbar dengan suara meninggi.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡME34VqKTJb
"A... dek di depan Mas... duduk di teras," kataku tergagap.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡREctQXGwQm
"Jangan bo'ong!" kata Akbar.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbPSoNTjbe5
Tangisku langsung meledak. Aku pun berlutut di depan Akbar. "Maafin, aku Mas!" kataku dengan terisak.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEIxS6xB3Vk
Lalu Akbar jongkok di depanku, sambil kedua tangannya masing-masing berada di kedua pundakku.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡq070nU12PA
"Emang barusan, ngapain?" tanya Akbar sambil mengangkat daguku agar menatapnya.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPKDjjxgT9E
"A... aku... "
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaaM1y0vvwE
"Ngapain? Nggak usah takut, Dek!" kata Akbar menyeringai.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7JMHgBWGHO
"Maafin aku, Mas! Jangan sakitin aku lagi, hiks hiks."
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBm7LTXtRpM
"Hahaha, nggak ada yang nyakitin kamu, Dek," kata Akbar sambil tertawa terbahak-bahak.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjlkgBV0IB7
Pandanganku tetap menunduk. Aku takut Akbar menyakiti Pak Sukri dan Pak Dirman.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUEN5t7jlnH
"Hmm? Adek tadi sama siapa di teras?" tanya Akbar mengintimidasiku.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjkvffqQsMq
Lagi-lagi aku berlutut di depan Akbar, "Jangan sakitin siapa pun, Mas! Ini semua kesalahanku..."
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsoqV2JSBmd
"Udah! Aku nggak marah. Sama siapa Dek?" tanya Akbar sambil mengangkat tubuhku.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKmiBrg27tT
"Sama Pak Dirman, hiks hiks," kataku sambil terisak-isak.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRLDl9W3xLF
"Aku nggak ngapa-ngapain, kamu Fa..." kata Akbar.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUozNcEOCht
Kutatap mata Akbar dengan mata berkaca-kaca.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2q5tYD2h1C
"Tapi kamu salah!!" kata Akbar berteriak.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKLCSdhRvZE
Plak!
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8dWc8ZCLsB
"Aduh..." aku terjatuh di lantai.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmPKJyAwx0S
Akbar menunduk, dengan wajah mendekat ke depan wajahku. "Jangan nangis, Dek! Mas sayang sama kamu," kata Akbar sambil mengusap air mataku.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡahV0zYtRmn
"Maafin aku, Mas! Jangan sakitin Pak Dirman!" tanyaku mengiba.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ00qEebhKGE
"Kenapa nggak boleh?" tanya Akbar.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQItr6jcOth
"Aku yang salah," kataku masih terisak.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxjeq9ugJ2d
"Oh, kamu mengakui kalo kamu salah? Kamu tau kan itu khalwat?" tanya Akbar dengan suara meninggi.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡl4Z78pSi7g
"Aku tau..." kataku terisak.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaISTI0ak6d
"Ya bagus kalo kamu tau kalo kamu salah!" kata Akbar berdiri dengan emosi yang meledak-ledak.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpHEHaWURJz
Pak Dirman berlari mendekatiku yang bersimpuh di atas lantai. "Cici nggak apa-apa?" tanya Pak Dirman.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡih40BEJmRR
"Heh, tua bangka... Menyingkir dari istriku!" kata Akbar dengan emosi.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsTCpdkNfnZ
"Jangan perlakukan Cici kayak gini Mas!" kata Pak Dirman berdiri sambil tangannya terkepal.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrC0pCQege3
"Oh mau babak belur kayak kemarin lagi?"
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡK3MSPdclKg
"Nggak masalah, saya babak belur. Saya yang salah, jadi hukum saya! Jangan Cici Farisha!" kata Pak Dirman.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUCYbT4Ridt
"Saya nggak mau mengotori tangan saya buat mukul orang rendahan kayak kalian..." kata Akbar mendengus kesal.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjH2AfFWHaZ
Pak Dirman memandang Akbar dengan mata berkaca-kaca.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqqw71daJa5
"Saya nggak masalah, Mas menghina saya. Tapi saya nggak rela Cici diperlakukan kasar," kata Pak Dirman.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3rCgBZiy6q
"Oh so sweet. Sebegitu setianyakah Pak Dirman sama istri saya? Pak Dirman dikasih apa sama istri saya?" tanya Akbar dengan nada mengejek.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOcHlPPki51
"Saya nggak dikasih apa-apa. Saya tulus, nggak mengharapkan apa-apa," kata Pak Dirman.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzRfVTwHJIM
"Hahaha, benarkah?" tanya Akbar sambil mendekat ke arah Pak Dirman lalu memukul perutnya.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡj6NvhhIkvC
Pak Dirman memegang perutnya karena kesakitan lalu tersungkur di atas lantai.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKT8pHvpvTq
"Hiks, Mas udah Mas!" kataku sambil berlutut memegang kaki Akbar yang menendang-nendang tubuh Pak Dirman.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡv2vDEPlUMq
Saat Akbar sedang menendang tubuh Pak Dirman. Pak Salim dan Pak Sukri datang mendekat.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4eR3DdkKoa
"Pak Dirman, nggak apa-apa Pak?" tanya Pak Salim.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrdJ3ps8jMz
"Saya nggak apa-apa. Yang penting Cici jangan sampe dipukulin lagi, Pak," kata Pak Dirman sambil memegang perutnya.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnpqGpKrf63
Melihat Pak Dirman kesakitan, aku tak tega. Aku tak peduli jika aku harus ditampar berkali-kali. Sekarang aku duduk di samping Pak Dirman sambil terisak-isak.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYsZszOr5zQ
"Dek, apa-apaan kamu Dek!" kata Akbar mendekatiku sambil menarik tubuhku sampai aku terjengkang ke belakang.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡP1Eg7vAlnR
"Aduh..."
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWIkvoWoiwE
Pak Salim dan Pak Sukri mendorong tubuh Akbar sampai terdorong mundur. Akbar mulai dipukuli, dari wajah sampai perutnya.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡl3sECaiA8v
"Hahaha, baru kali ini aku tau, babu setia sama majikannya," kata Akbar sambil tertawa.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNqHPoNDxwS
Lima orang bodyguard Akbar masuk ke dalam rumah, untuk membantu Akbar.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDskTonNgTQ
"Udah! Kalian nggak perlu bantuin aku!" kata Akbar.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCV7wJW5Q3p
Lalu Akbar mulai mendengus, Pak Salim ditonjoknya sampai sempoyongan. Setelah Pak Salim jatuh, giliran Pak Sukri dihajar habis-habisan. Mentalku yang rapuh, membuatku tak mampu berbuat apa-apa untuk menolong mereka.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyKONTGpvvS
"Udah Mas! Udah!" kataku sambil berlutut memegang kaki Akbar.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡojbAZaOmWY
"Udah kalian bubar!" kata Akbar berteriak.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzVA2fC134M
Pak Dirman bangun, dengan tangan memegang perutnya. Disusul Pak Salim dan Pak Sukri dengan tangan yang terkepal. Kelima bodyguard pun meninggalkan ruangan.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjdqw3M0we2
Sekarang aku diseret Akbar dengan memegang tanganku ke lantai atas. Saat Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman ingin mencegah Akbar, aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Mereka patuh padaku.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8avbtGemiJ
Kuucapkan kata-kata lirih ke mereka, "Terima kasih, Pak."
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmk5BvtjT3u
"Sama-sama," kata mereka lirih.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJPIB3IUspX
Sesampainya di lantai atas, pintu kamar ditutup dengan keras. Lalu tubuhku diempaskan ke atas ranjang.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQ5ROaOZrJB
"Udah waktunya, Dek," kata Akbar menyeringai sambil menelanjangi dirinya sendiri.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmsi6IMsQvV
"Mas!" Aku yang masih memakai outfit lengkap sedang ditindih Akbar.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxHvseT1bZM
Kulihat penis Akbar hampir seukuran penis Papa. Namun, nafsuku sama sekali tak terpicu, karena trauma yang kualami. Yang muncul justru perasaan takut, Akbar kembali memperlakukanku dengan kasar.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ23heffwQ05
"Kamu nggak perlu telanjang, Fa!" kata Akbar sambil tangannya menyibakkan dressku ke atas sampai ke perut lalu melepas celamisku dengan kasar.217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4Ig39qEuMm
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGqkyO9U1vI
Dengan satu tarikan, celana dalamku pun turun sampai sebatas lutut. Entah kenapa otakku terasa dihijack, saat Akbar mulai penetrasi tanpa foreplay. Aku hanya bisa pasrah tanpa mencegahnya karena tubuhku membeku.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ294YuMTkK9
Belum sempat penis Akbar masuk ke dalam lubang vaginaku, hanya sebatas menempel saja. Tiba-tiba Akbar mengejang. Lalu tubuhnya ambruk ke atas tubuhku.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYbrurH9KQP
"Siyal!" kata Akbar merutuki dirinya sendiri.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFtCauJ0NPC
"Ejakulasi dini?"
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡat40Fbv7DG
Ketakutanku yang awalnya membayangi pikiranku dengan awan gelap, mulai tersibak. Cahaya pun seakan memberiku ruang untuk bernafas. Bukankah ini sesuai rencanaku? Namun, aku tak pernah membayangkan akan mengalami siksaan fisik dan mental seperti ini. Meski mentalku terlanjur rusak, ada secercah harapan agar aku kembali ke sedia kala.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXhzNs65RCo
Sekarang Akbar berguling ke sampingku. Kutatap wajahnya, Akbar pun membuang mukanya ke samping. Lalu pandanganku mengarah ke arah kelaminnya yang mulai layu.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡj1dZwHhxqT
"Mas, kok si Johny layu sih?" tanyaku yang sekarang duduk sambil memegang penis Akbar. Kucoba mengocoknya, namun penis Akbar tak kunjung menegang.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEyADzhNSuS
"Hei, kamu nggak nafsu sama Meymey ya John?" tanyaku sambil mengocok penis Akbar lalu kumasukkan ke dalam mulutku. Lembek di lidah, sama sekali tak membuatku bergairah.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhcFIjGKWOm
"Udah Dek! Nggak usah dikulum!" kata Akbar mendorong kepalaku, sampai penisnya yang aku kulum terlepas.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrK80sDtoE3
"Kenapa, Mas?" tanyaku pura-pura polos.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrzlhpgd9Fj
"Nggak usah ya nggak usah!" kata Akbar membentakku.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkp7kRJ0fxH
"Ma'af!" kataku sambil menundukkan wajahku karena bentakan Akbar sempat membuatku down.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3DO1DrZVkG
Akbar kembali memakai pakaiannya, lalu keluar dari kamarku.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPak5YKJaBL
"Mas mau kemana?" tanyaku ke Akbar.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPOlLOwjvre
"Nggak usah bawel! Bukan urusanmu, aku bakal kemana!" kata Akbar dengan nada emosi.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7KFLCEjxgW
Dalam hati aku tersenyum. Ternyata temperamen Akbar tak sebanding dengan arogansinya. Personalitasnya minus, yang sering main tangan pada istrinya sendiri. Belum lagi lemah di atas ranjang. Apa yang dibanggakan suami seperti itu. Posisi tinggi di perusahaan pun, karena orang dalam. Begitu juga previllage di masyarakat, hanya karena ia anak seorang kyai.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbLaVIledUA
Entah kenapa mengulik keburukan Akbar membuatku ingin membandingkannya dengan Papa. Dari wajah, postur tubuh, kecerdasan, kesuksesan finansial dan cara memperlakukan lawan jenis. Papa tak pernah membatasi kebebasanku. Sedangkan Akbar hanya laki-laki patriarkis yang menganggapku seperti object yang tak memiliki perasaan. Yang bebas menyakitiku seenaknya.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLUdYnf2eAT
Maka, mulai detik ini kuputuskan bahwa aku harus pulih dari traumaku. Sudah cukup aku terpuruk berhari-hari. Lelahku harus terbayarkan dengan aku berusaha bangkit. Yang aku inginkan, aku lepas dari perasaan cemas dan takutku. Setelah ini aku harus kembali ceria. Dengan pulihnya mentalku, aku bisa melindungi diriku sendiri. Aku juga bisa melindungi orang-orang yang aku sayangi. Lalu apakah aku suka, mengungkap kelemahan Akbar? Ya meski mirip harapanku sebelum menikah. Namun apa gunanya? Mentalku sudah terlanjur hancur, begitu juga dengan orang-orang yang aku sayangi. Apa aku semakin benci dengan Akbar? Ya, tak bisa kupungkiri. Aku sangat membencinya.
.
Dan dibalik tubuhku yang lemah seperti sekarang, aku hanya bisa menggigil. Rinduku dengan papaku semakin menjadi-jadi.
217Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡR14f0IiYlC
