Tiara berbaring di pelukan Bima. Pria itu mencium kening Tiara beberapa kali.
"Bim, aku masih bingung saat kamu bilang punya telepati denganku, apa sebelumnya kita pernah bertemu?" tanya Tiara.
"Aku akan menceritakan sesuatu, tapi maukah kamu percaya padaku," pinta Bima.
"Tentu."
"Jauh sebelum kita bertemu, aku sudah mengenalmu di dalam pikiranku," ucap Bima.
"Maksudnya?"
"Setelah aku bangun dari koma selama setahun, aku bisa melihat masa depan, tapi anehnya, yang kulihat di masa depan hanya berhubungan denganmu," ujarnya bercerita.
"Jadi, kamu juga pernah koma Bim? dan kamu mendapatkan kekuatan itu setelah bangun?" tanya Tiara.
"Iya."
"Aku juga Bim, aku pernah koma selama setahun dan setelah aku bangun, aku bisa melihat asap hitam itu," pungkas Tiara.
"Ah benarkah, apa karena itu kita sekarang berjodoh." Mendadak jantung Bima terasa sakit.
"Ouchhhhh," rintih pria itu.
"Bim, kamu nggak papa kan?" ujar Tiara cemas melihat pria itu kesakitan.
"Oh nggak papa kok, entah kenapa tiba-tiba dadaku sakit, mungkin karena terlalu banyak menggaulimu," ejek pria itu, dan Tiara malah memukulnya.
"Apaan sih kamu, masih aja becanda, lakukanlah pemeriksaan, walau kamu Dokter, bukan berarti kamu tidak pernah sakit," perintah Tiara.
"Iya Sayang, aku tau, udah bobok lagi sini." Bima memeluk wanita itu untuk tidur lagi.
***
Di koridor rumah sakit Bima dan tiara berjalan. Mereka tersenyum satu sama lain. Tiba-tiba Intan datang dan merangkul pundak Bima.
"Hayooo, jadi ini alasan kamu nggak nemuin aku lagi ha! Suster kesayanganmu udah kembali ke sisimu ya," cibir Intan.
"Apaan sih Tan, jangan berisik ge," bantah Bima seraya melepaskan tangan Intan.
Tiara merubah mimik wajahnya.
"Pagi dokter Intan," sapa Tiara.
"Pagi juga, oh ya Bim, ingat ya minggu ini, kita ada reuni SMA lo ya, awas kamu nggak datang," ancam Intan.
"Oh iya aku lupa, kalau aku nggak dateng gimana?"
"Kubunuh kamu! udah, jemput aku jam 10 pagi ya," ucap Intan dan berlalu pergi.
"Iya-iya." Bima menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Tiara langsung pergi meninggalkan pria itu.
"Ra, tungguin geh," sahut Bima dan mengejar wanita itu.
Di rumah Bima. Tiara duduk kesal di kamar. Bibirnya udah persis kayak bebek, manyun seharian.
"Sayang, kamu nggak mau makan? aku dah masakin sesuatu yang enak buat kamu," ujar Bima merayu wanita yang sedang merajuk itu.
"Enggak ah, aku nggak lapar!" jawabnya datar.
"Yakin nih, kalau nggak mau makan, mending aku yang makan kamu aja," ucap Bima seraya mendekat dan ingin memeluk wanita itu. Tapi tiara langsung menghindar.
"Ya udah aku makan aja," bantah Tiara dan pergi keluar.
Di meja makan.
"Sayang, jangan cemberut gitu napa, aku kan cuman ketemu teman reuni, nggak akan terjadi apa-apa kok," bujuk Bima yang melihat kekasihnya masih murung.
"Hemm iya, bersenang-senanglah," ucap Tiara yang masih sibuk menyendok nasi goreng buatan kekasihnya.
"Udah dong ngambeknya." Bima merangkul pundak wanita itu dan mencium pipinya yang mungil.
"Awas aja kamu, kalau macem-macem," ancam Tiara seraya melayangkan sendok.
"Iya, janji Sayang," ucap Bima tersenyum.
"Memangnya di mana acara itu di adakan?" tanya Tiara.
"Bentar, aku lihat undangannya dulu, nih di sini," sahut Bima seraya menyodorkan sebuah photo undangan di dalam ponsel.
Tiara menghafal alamat itu.
***
Hari minggu. Pagi-pagi Bima sudah berdandan rapi. Ia mencari-cari sesuatu di lemari bajunya.
"Di mana benda itu ya, aku harus menemukannya," gumamnya dan masih terus mencari sebuah cincin yang dulu pernah ia beli.
"Aha! di sini kamu ternyata, hari ini aku akan memakaimu," ujarnya lalu menyematkan cincin itu di jarinya.
Bima mendekati Tiara yang masih terlelap tidur. Ia mengecup kening wanita itu.
"Aku berangkat dulu ya Sayang," ucapnya lirih tanpa ingin membangunkan Tiara.
Bima keluar dan menjemput Intan.
Tiara membuka selimutnya.
"Hahh dasar, bilangnya pertemuan nggak penting, tapi pakai parfum segala sampai sebotol, menyebalkan! aku nggak akan ngebiarin kamu bersenang-senang," ucap Tiara sinis. Dan segera bergegas ganti baju dan menyusul Bima.
***
Di restoran tempat reuni. Mereka semua bertukar kabar seperti biasa. Ada satu wanita yang berpakaian sexy mendekati Bima.
"Bim, masih ingat aku nggak?" tanya wanita bergaun selutut itu tapi di pinggirnya ada sobekan sampai ke paha.
"Ehmm, siapa ya?" Bima mencoba mengingat.
"Ini aku, Lala Bim," ujar wanita itu.
"Oh iya Lala, aku baru ingat, kamu banyak berubah, dulu kecil, item, kucel gitu!" ucap Bima menjelaskan sampai detail.
"Bim, nggak usah di jelasin napa!" pinta wanita itu.
"Eh, iya maaf," ujar pria itu sambil nyengir.
"Kamu juga makin tampan Bim, aku dengar kamu menjadi Dokter," ujar Lala sembari menggerayai dada pria yang kekar itu.
Tiara yang melihat dari arah lain merasa geram.
"Haesstt! siapa sih tu cewek! pengen kugampar deh!!" Tiara sudah siap mengepalkan tangan.
Bima memegang tangan Lala dan menaruhnya di meja. Lalu menunjuk ke arah jari manis pria itu.
"Maaf ya, aku sudah bertunangan," sahut Bima terang-terangan.
"Apaa!! kamu sudah bertunangan Bim?" teriak lala sambil berdiri.
Bima mengangguk. Intan menutup muka karena malu dengan ulah temannya itu.
"Haestt tu orang!" gumam Intan.
Tiara tersenyum puas. Melihat kekasihnya menolak wanita itu.
"Ternyata Bima pintar juga, kurasa aku nggak perlu khawatir lagi," gumam Tiara.
Tiara berjalan keluar dari tempat itu. Mendadak Bima menghadang wanita itu.
"Mau ke mana kamu?" tanya Bima mengagetkan Tiara.
"Bimaa!!!" Tiara bingung membuat alasan.
"Ketahuan ya, pasti buntutin aku, ya kan?" desak pria itu.
"Nggak kok, siapa juga," bantah Tiara.
"Hayo, udah mulai bohong lagi kan!"
"Ehmm, iya-iya, padahal aku dah nyamar, kok masih ketahuan juga sih," ucap wanita itu heran.
"Mau nyamar kayak apapun, aku tuh bakal tau kalau itu kamu, aku kan bisa mencium keberadaanmu," sahut Bima.
"Hah! emangnya kamu kucing," bantah Tiara.
"Iya, kucingnya kamu, meow," ucap pria itu menirukan suara kucing.
Tiara tertawa terbahak-bahak.
"Mumpung kamu ada di sini,ayo ikut aku," ujar Bima seraya menarik tangan wanita itu.
"Mau ke mana Bim?"
"Ada deh ikut aja."
"Terus reuni kamu gimana?"
"Males ah, aku dah sms Intan tadi, aku pamit pulang duluan," ujar pria itu yang masih menarik tangan Tiara.
"Dasar kamu Bim."
Di dalam restoran. Intan mendapatkan pesan.
(Tan, perutku tiba-tiba sakit, aku langsung pulang ya, salamin aja sama yang lain, sampai ketemu di tahun depan, makasih) tulis pria itu.
"Wahh! gila ni anak, minta dihajar ya," gumam Intan merasa geram.
Bima mengajak Tiara berkeliling. Melihat pameran bunga, makan gulali, dan juga membelikan boneka. Mereka bersenang-senang. Lalu mereka mengambil beberapa photo dan menyimpannya untuk kenangan.
***
Di sisi lain. Reno baru saja memarkirkan mobil. Ia berjalan mendatangi tempat kontrakan yang ditinggali Tiara. Ia bertanya pada pemilik kontrakan di sana, tapi tidak ada dari mereka semua yang bernama Tiara.
Reno tampak bingung. Ia jelas-jelas melihat Tiara masuk ke gedung itu.
***
Di bawah jembatan. Tiara dan Bima duduk berdua.
"Apa kamu masih ingat tempat ini?" tanya Tiara.
"Pasti lah, di sini tempatku menemukanmu," jawab Bima.
"Dan di sinilah aku memutuskan untuk melupakan segalanya dan membuka hatiku untukmu," pungkas Tiara.
"Benarkah itu!"
Tiara mengangguk. Bima meyuruh wanita itu bersandar di bahunya.
"Makasih karena sudah mencintaiku, aku belum pernah sebahagia ini," ucap Tiara seraya mengelus rambut pria itu.
Bima menatap Tiara.
"Aku akan terus membuatmu bahagia, dan aku akan selalu berada di sisimu," ujar Bima.
Tiara mengangguk.
Mereka saling berpandangan. Bima menatap bibir Tiara yang begitu manis. Itu sangat menggodanya, ia menarik leher Tiara dan mencium bibir wanita itu dengan mesra. Tiara merangkul pinggang Bima dan ikut menciumnya.
Intan baru saja sampai di rumah Bima. Ia ingin mengembalikan tas pria itu yang ketinggalan.
"Dasar tu orang, katanya di rumah, tapi nyatanya nggak ada, haestt ke mana sih dia!" umpat Intan.
Tak berapa lama mobil Bima baru saja terparkir. Dan ia keluar bersama Tiara seraya bergandengan.
Intan berdiri terpaku melihat mereka. Ia kaget dengan apa yang dilihat dan menjatuh kan tas yang ia bawa.
"Intan!!" Bima memanggil nama wanita yang sedang terkejut itu.
Tiara tampak cemas.
Di dalam rumah. Intan masih menatap mereka berdua dengan tatapan tajam.
"Haestt Tan, udahlah, kenapa kamu natap kita kayak mau nerkam aja sih," ucap Bima memecah keheningan.
"Sejak kapan kalian berkencan?" tanya Intan.
"Sudah beberapa minggu ini," jawab Bima.
"Apaa!! jadi kamu nggak akan cerita ke aku Bim, kamu anggap aku ini apa ha!!" bentak Intan padanya.
"Tiara bilang ingin merahasiakannya dulu, jadi aku menghormati keputusan itu," bantah Bima.
"Tapi setidaknya, kamu kasih tau akulah, jadi aku bisa tau bagaimana aku bersikap, jangan bikin aku malu kayak gini," ujar Intan seraya merunduk.
"Iya-iya, aku minta maaf deh."
Intan pun menerima keputusan mereka.
372Please respect copyright.PENANAfR4H9a4MjG