Tiara melihat paman Arif di bawa ke UGD dan diperiksa oleh Reno. Dia adalah Dokter yang bertanggung jawab atas pamannya.
Reno melakukan pemeriksaan menyeluruh pada Arif.
Di kantin. Tiara tampak menangis tersedu-sedu.
"Duduklah dulu Tiara, aku akan mengambil air untukmu," ucap Bima menyuruh wanita itu duduk.
Tiara mengangguk. Bima pergi membeli air. Mendadak Puput datang dan menghampirinya.
"Ra, kamu di sini," ucap wanita itu seraya duduk di samping Tiara.
"Puputttttt!" Tiara menangis sejadi-jadinya dan memeluk Puput temannya itu.
"Tenanglah, Dokter Reno pasti bisa menyembuhkan Pamanmu, udah jangan nangis gini ya," ucap Puput menenangkannya.
Tiara menggeleng.
"Pamanku tidak akan selamat Put," ucap Tiara.
"Maksud kamu apa?" tanya Puput.
"Asap hitam itu, aku melihatnya mengikuti Pamanku," isak Tiara lagi.
"Apaaa! jadi kamu masih bisa melihatnya, kukira selama ini kamu sudah tak bisa melihatnya," ujar Puput.
"Aku hanya jarang membahas tentang itu, tapi aku masih bisa melihatnya dengan jelas Put," bantah Tiara.
"Kamu tenang dulu ya, kita akan mencari solusinya."
Tanpa sengaja Bima mendengar ucapan mereka.
Di ruang diskusi utama. Beberapa Dokter sudah berkumpul. Reno yang memimpin rapat diskusi kali ini.
"Kalian lihat di layar ini, dia adalah pasien saya pagi ini, beliau sangatlah berharga bagi saya, saya ingin berbagi sedikit pengetahuan dan juga ingin meminta saran kepada kalian," ucap Reno pada mereka semua.
"Dengan pd-nya, dia ngambil hati Tiara lewat Pamannya, dasar nggak kreatif banget," gumam Bima lirih.
"Kamu ngomong apa sih Bim?" Intan mendengar ia bergumam.
"Enggak kok," bantahnya.
"Saya sudah melakukan X-Ray, dan ini hasilnya, terdapat tumor di tenggorokan pasien, dan ini tumor akut, dan masih bisa berkembang," ujar Reno menerangkan.
Semua orang berbicara satu sama lain.
"Jadi, apa ada yang punya saran atau pendapat tentang penyakit ini, silahkan angkat tangan," pinta Reno.
Bima mengangkat tangan.
"Apa Anda yakin, pasien hanya menderita tumor, apa Anda sudah mendengar dari istrinya bahwa pasien sering gatal-gatal dan timbul bintik biru di punggungnya," bantah Bima.
"Hah, itu nggak mungkin," gumam Tirta yang duduk di samping Tiara.
"Dokter Tirta, memangnya apa maksud dari ucapan Dokter Bima itu," tanya Tiara yang tak mengerti.
"Kalau benar ditemukan bintik biru, berarti pasien mengidap penyakit lain, tapi itu hanya bisa dilakukan setelah memberinya suntikan biotik," ujar Tirta.
"Apa Anda bercanda, saya tak menemukan bintik apapun di sekujur tubuhnya," bantah Reno.
"Tapi Anda kurang teliti, itu sudah menjadi bekas dan kadang terkelupas, kenapa Anda tidak menyuntikkan obat biotik saja dan kita akan tau hasilnya," usul Bima.
"Tidak bisa, jika kita menyuntikkan obat itu, tumor ini akan membesar dan pasien akan kesulitan bernafas, itu sama saja membunuhnya," ujar Reno.
Bima dan Reno saling berdebat.
"Obat itu akan bereaksi 10 jam setelah di lsuntikkan, dan kita bisa mendeteksi hasil dari obat itu dalam waktu 2 jam, jadi apa yang perlu ditakutkan, sebelum obat itu bereaksi, kita bisa segera mengoperasi pasien bukan," ujar Bima masih tetap kekeh pada pendiriannya.
"Hah." Reno tak bisa berkata apa-apa lagi.
"Tapi kita harus meminta persetujuan keluarga pasien untuk melakukan itu bukan?" timpal Aldi.
Reno mengangguk.
Rapat itu pun selesai.
Di ruangan UGD sesosok malaikat sedang berdiri di atas badan Arif. Satu malaikat lagi ikut datang.
"Jadi ini target selanjutnya?" Anji bertanya pada temannya itu.
"Iya, tapi aneh, di berkas tidak ditulis penyebab kematian orang ini," jawab Juna.
"Kok aneh sih, tapi kemaren juga aku ngalamin hal yang aneh, masak mendadak berkas yang aku bawa terbakar dengan sendirinya," ujarnya bercerita.
"Lalu target kamu gimana?"
"Dia masih hidup,dan nggak jadi mati," jawab Anji.
"Anehh, jangan sampai ketahuan pimpinan, bisa kena marah kamu," ancamnya.
"Iya-iya," jawab Anji.
Di sebuah ruangan.
"Aku tidak akan mengijinkan obat apapun itu disuntikkan ke suamiku, kalau dia celaka aku nggak akan memaafkan kalian semua," bentak Sari pada mereka semua.
"Bi, ini juga demi Paman, ini akan menyembuhkan Paman sekaligus Bi." Tiara memohon pada wanita itu.
"Aku bilang tidak ya tidak," bantah wanita itu tetap pada pendiriannya.
"Dokter Reno, aku mohon," pinta Tiara.
"Kemarilah sebentar." Reno mengajak Tiara menepi sebentar.
"Apa kamu percaya dengan perkataan Bima?" tanya Reno.
"Iya Dok, aku mohon tolong lakuin seperti yang dibilang Dokter Bima, aku mohon tolong yakinkan Bibiku, hanya perkataan Dokter yang ia percaya," pinta Tiara padanya.
Reno tampak berfikir. Sebenarnya ia juga merasa bahwa omongan Bima ada benarnya.
"Baiklah aku akan melakukannya," ucap Reno.
"Makasih Dok, makasih." Tiara tersenyum menatap pria itu.
Reno akhirnya menyakinkan Sari. Dan akan bertanggung jawab sepenuhnya.
Ia menyuntikkan cairan biotik ke infus Arif dan menunggu hasilnya.
Di ruang diskusi. Reno sudah mendapatkan hasilnya.
"Kalian lihat semua, seperti yang di katakan Dokter Bima sebelumnya, bahwa pasien dulu pernah mendapat bintik biru itu, dan kami menemukan penyakit lain yaitu penyumbatan usus besar, jadi akan ada dua operasi sekaligus di sini, tapi kemungkinan untuk selamat hanya 20%, siapa yang akan berpartisipasi untuk mengoperasi pasien ini, silahkan angkat tangan," ucap Reno.
Bima mengangkat tangan.
"Saya akan mengoperasinya," ucap Bima dengan lantang.
"Eh Bim, udah gila kamu ya, kemungkinan selamat cuman 20%, kalau sampai pasien itu mati, karirmu akan hancur," ucap Intan melarangnya.
Bima menatap Tiara yang masih sangat sedih.
(Aku nggak peduli apapun yang terjadi padaku, asalkan aku tak melihatmu menangis lagi) ucap Bima dalam hati.
395Please respect copyright.PENANAy86wTFWNxx
ns 15.158.61.6da2