Di tempat tidur. Tampak Tiara bergulingan ke sana ke mari.
"Haduh mulutku ini, apa yang aku bilang tadi, aku akan kembali ke sisimu Dok, haestttt! malu banget aku." Tiara bergumam di dalam selimut.
Di tengah malam Tiara bermimpi buruk. Arif datang dan ingin membawanya pergi.
"Ini semua salahmu Tiara, Paman akan membawamu," bentak pria itu.
Tiara berkeringat dingin, dan terus berteriak.
"Tidak Paman, tidakkk, tidaaakk!!!" teriak wanita itu dengan keras.
Bima mendengar teriakan Tiara dan bergegas ke kamar wanita itu. Bima membuka pintu kamar Tiara dan menyalakan lampu. Ia melihat Tiara duduk tersungkur di lantai dan menangis.
"Tiara ada apa? kenapa kamu menangis?" tanya Bima cemas.
Tiara yang tau itu Bima langsung memeluk tubuh pria itu.
"Tenanglah aku ada di sini, jangan menangis lagi," ucap Bima seraya mengusap rambut wanita itu.
Beberapa saat kemudian, Tiara sudah mulai tenang.
"Ada apa sebenarnya?"
"Aku bermimpi Pamanku datang, ia tampak marah dan ingin membawaku pergi bersamanya," isak Tiara dan masih menangis.
Bima memegang tangan wanita itu.
"Tenanglah, itu hanya mimpi buruk."
Tiara mengangguk. Bima memegang dahi wanita berambut panjang itu.
"Kenapa badan kamu panas gini Ra!" Bima cemas karena wanita itu terkena demam.
Untung Bima mempunyai peralatan dokter di rumah. Ia segera menginfus Tiara dan memberinya obat.
"Obat ini akan bereaksi dalam beberapa jam, tidurlah aku akan menjagamu," ucap pria itu dengan tulus.
"Makasih Dok," ucap Tiara kembali masuk ke dalam selimut.
Saat pagi hari. Tiara mengubah posisi tidurnya. Ia membuka mata sipitnya dan kaget melihat Bima duduk tertidur di samping ranjang. Tiara menatap wajah pria itu. Bima masih terlihat tampan walaupun sedang tidur.
Bima akhirnya terbangun. Dan Tiara pura-pura tidur lagi.
"Ohhh, sudah pagi rupanya," gumam pria itu seraya meregangkan otot.
Bima melihat Tiara masih tertidur. Ia memegang dahi wanita itu.
"Syukurlah demamnya sudah berangsur turun," gumam pria itu.
Ia mengambil ponsel dan menelpon Puput.
"Put, tolong lihat jadwalku hari ini?" pintanya.
"Sebentar Dok," sahut Puput seraya membuka beberapa berkas di meja.
"Hari ini hanya beberapa pasien Dok, dan beberapa konsultasi," ucap Puput.
"Kalau gitu, batalkan semua jadwalku hari ini," pinta Bima.
"Loh Dok, memangnya kenapa?" tanya Puput.
"Ada pasien di rumahku, dan aku ingin menjaga dia sampai sembuh dulu," sahut Bima seraya menatap ke arah Tiara.
"Baiklah kalau begitu Dok, aku akan mengurusnya," ujar Puput dan mengakhiri panggilan itu
Tiara tersenyum mendengar ucapan Bima. Pria itu menyadari bahwa Tiara sudah bangun.
"Mau sampai kapan kamu pura-pura tidur!" celetuk Bima mengagetkan wanita itu
Tiara membuka matanya perlahan dan merasa malu.
"Pagi Dok," ucapnya nyengir tanpa rasa berdosa sama sekali.
Bima menggeleng.
"Ayo ke luar, aku akan membuatkan sarapan untukmu," ajak pria itu seraya berjalan keluar.
"Iya Dok."
Bima membuat bubur ayam yang di taburi bawang goreng di atasnya untuk Tiara.
Tiara keluar kamar setelah membersihkan diri.
"Hemmm, baunya enak banget, nggak nyangka ya Dokter pintar masak juga," puji Tiara seraya melongok ingin tahu apa yang di masak pria itu.
"Itu sudah kewajiban karena aku tinggal sendiri," jawab Bima seraya memberikan semangkok bubur di atas meja.
"Orang tua Dokter ke mana?"
"Orang tuaku sudah meninggal."
"Oh, maaf Dokter," ujar Tiara seraya meniupi bubur yang masih panas itu.
"Iya nyantai aja."
"Kenapa Dokter nggak kerja aja, aku bisa jaga diriku sendiri kok," ucap Tiara.
"Kamu itu pasien aku sekarang, aku akan menjagamu sampai kamu sembuh," sahut Bima seraya menatap wanita yang sedang memyendoki bubur buatannya.
"Hemm gitu." Tiara tersipu malu sambil terus makan.
Setelah makan Bima mengantar Tiara untuk beristirahat lagi.
"Istirahatlah, supaya demammu segera hilang," pinta pria itu.
Tiara duduk di ranjang dan menyelimuti kakinya.
"Dokterrrr," panggil wanita itu lirih.
"Iya," ucap Bima seraya menatap wanita itu, seperti ada sesuatu yang ingin ia katakan.
"Kenapa Dokter begitu baik padaku, padahal aku selalu menyakiti Dokter," ucap Tiara yang juga menatap pria itu
Bima duduk di depan wanita itu.
"Apa kamu belum sadar juga, kenapa aku melakukan semua itu?"
"Maksudnya Dok?" wanita itu masih bingung.
"Itu karena aku menyukaimu," ucap Bima dengan tegas.
Tiara tak bisa berkata-kata lagi.
"Apa yang Dokter sukai dariku?" tanyanya lirih.
"Semuanya, semua tentangmu," ujar Bima membelai rambut wanita itu.
"Aku suka rambutmu, matamu dan juga bibirmu," suara Bima terdengar sangat hangat.
Tiara menelah ludah seraya menggigit bibir bawahnya. Ia tampak gugup dan jantungnya terus berdetak kencang. Tiba-tiba pria itu beranjak mendekat dan langsung mengecup bibir Tiara yang mungil. Tiara memejamkan mata. Ia merasakan bibir Bima yang manis.
Wanita itupun melingkarkan tangannya ke leher Bima dan ikut mencium. Dan saat ia sadar, ia mendorong Bima hingga jatuh ke lantai.
"Ouchhhh! Tiaraaa!" ujar Bima kesakitan dan mengusap pantat.
"Maaf Dok aku ngantuk, aku mau istirahat," ucap Tiara dan segera masuk ke dalam selimut lalu membelakangi pria itu.
"Achhh, bener-bener kamu ya," rintih Bima.
Tiara sangat malu dan tak tau harus berbuat apa. Tapi ia juga senang karena ternyata Bima juga menyukainya.
Di rumah sakit. Reno mencari Tiara kemana-mana. Tapi ia tak menemukan wanita itu di manapun. Ia pergi ke ruangan Bima.
"Ia Dokter Reno, ada yang bisa ku bantu?" tanya Puput.
"Apa kamu melihat Tiara?" sahut Reno.
"Sepertinya aku belum melihat Tiara hari ini, kenapa Dok?"
"Lalu Bima ke mana?"
"Oh, Dokter Bima libur hari ini, dia bilang ada pasien yang harus di rawat di rumahnya," sahut Puput.
"Oh begitu ya," ucap Reno merasa putus asa.
Di sore hari. Tiara merasa badannya sudah fit. Ia mengubah posisi tidurnya, dan mendapati Bima sedang duduk di kursi depan ranjang. Pria itu sedang sibuk mengetik dengan laptop. Bima duduk bersila dengan memakai kaca mata putih. Ia terlihat tampan, apa lagi saat pria itu menyeka rambut. Tiara tersenyum seraya membayangkan.
"Apa sudah puas kamu senyum-senyum," ujar pria itu yang sadar ia sedang di amati.
Tiara kaget karena Bima tau ia menatapnya.
"Ayo bangun, dan ikut aku, kamu harus mendapatkan udara segar," ucap pria itu.
"Emangnya kita mau ke mana Dok?"
"Udah ikut aja," pinta Bima.
Tiara berganti pakaian dan mengikuti pria itu.
Di pusat perbelanjaan.
"Dokter, ngapain sih kita ke sini?" tanya Tiara.
"Aku ingin membeli beberapa perlengkapan untukmu," sahut Bima.
"Untuk ku Dok!" ucap wanita itu seraya tak percaya.
"Dan satu lagi! bisakah kamu memanggil namaku, ini bukan di rumah sakit!" pinta Bima.
"Tapi aku belum terbiasa Dok," bantah Tiara.
"Cobalah."
"Iya Bima," ucap wanita itu dengan lirih.
"Ohhh, manisnya, aku suka itu." Bima mencubit kedua pipi Tiara.
"Apa an sih, bikin malu aja, huh!" Tiara pergi meninggalkan pria itu seraya menahan malu.
"Apa itu tadi, jantungku mau copot, kenapa dia selalu membuatku deg-deg an, achhh!!" gerutu Tiara.
Bima tersenyum melihat ulah wanita yang di sukainya itu.
Setelah berbelanja mereka mampir untuk makan malam.
"Jadi, apa jawabanmu?" Bima tiba-tiba bertanya pada wanita yang sedang menyendok nasi di piring itu.
Tiara bingung.
"Jawaban apa maksudnya?"
"Bukankah tadi pagi aku bilang, aku menyukaimu, lalu jawabanmu?" tanya Bima mengulangi pertanyaannya.
"Haruskah aku menjawab itu, bukankah kamu sudah tau jawabannya," jawab Tiara sedikit gugup.
"Belum! aku ingin dengar sendiri dari mulutmu," ujar Bima seraya menatap wanita itu.
"Hemmm, iya, iya, aku juga menyukaimu, puas kamu," sahut Tiara.
"Belum."
"Apa lagi mau kamu?" tanya Tiara.
"Panggil namaku lagi," pinta Bima dengan manja.
"Kenapa sih, kamu suka banget waktu aku panggil nama kamu!"
"Karna itu terdengar manis, ayo cepetan panggil," rengek pria itu.
"Iya Bima sayang, udahkan," ucap Tiara seraya meletakkan sendok karena selesai makan.
"Ohhhhhh, aku pengen banget mencium bibirmu sekarang," ucap Bima tanpa basa-basi.
"Bimaaaa!! ini di tempat umum," bentak Tiara.
Bima cemberut karena tak mendapatkan apa yang dia mau.
Setelah sampai di rumah. Ia segera menganti baju dan menghampiri Tiara. Ia memeluk wanita itu dan membaringkan tubuhnya di ranjang.
"Bima! mau ngapain kamu?" Tiara menahan pria itu.
"Kamu bilang tadi kita di tempat umum, jadi aku nggak boleh nyium kamu, sekarangkan kita udah di rumah, jadi aku bebas buat nyium kamu," ucap pria itu memaksa.
Bima langsung mengecup bibir Tiara tanpa persetujuan wanita itu.
"Eh, kamu ini ya, nggak sabaran amat," ucap Tiara mengelak.
"Biarin." Bima masih sibuk mencium bibir wanita yang kini menjadi pacarnya itu.
ns 15.158.61.6da2