Saat pulang bekerja dari rumah sakit. Reno sudah menunggu di luar bangunan itu. Ia ingin tau sebenarnya di mana Tiara tinggal. Saat Tiara masuk ke mobil Bima. Reno langsung mengikuti mereka.
Mereka turun dari mobil dan berpegangan tangan.
Reno sangat marah. Saat tau Bima dan Tiara sepertinya sudah berkencan. Ia bergegas masuk dan menyusul Bima.
Reno membunyikan bel rumah pria itu.
"Siapa ya, jam segini datang?" Bima bergumam lalu membuka pintu itu.
Betapa kagetnya dia, melihat itu adalah Reno.
"Sialan kamu Bim!" Reno langsung melayangkan pukulan ke muka pria itu
"Ouchhhhh!" Bima terjungkal ke lantai.
"Apa-apaan kamu, Reno!" Tiara datang ingin membantu Bima. Tapi Reno menarik tangan wanita itu dengan paksa.
"Kamu harus ikut aku, Tiara!" bentak Reno.
Bima tak terima Tiara dibawa pergi. Ia segera menyusul mereka.
"Berani-beraninya kamu sentuh Tiara!" Bima melayangkan pukulan balik ke Reno. Pria itu pun terpental.
Bima segera membawa Tiara balik ke rumah.
"Sialannn! arcccchhh!!" Reno berteriak.
Di kamar Bima. Tiara mengambil kotak obat dan mengobati luka pria itu.
"Sakit ya?" tanya Tiara.
"Apa sih, maunya tu cowok, datang-datang langsung mukul!" umpat Bima yang masih kesal.
"Maafin aku ya, kurasa Reno sudah tau kalau aku membohonginya tentang kontrakan itu," ujar Tiara.
"Hahh! tapi tidak seharusnya dia sekasar itu kan! dasar psikopat!" bentak Bima.
Tiara meneteskan air mata.
"Sayang, kok kamu nangis sih, aku kan cuman luka dikit nih," ujar Bima menurunkan nada suaranya.
"Aku nggak suka ngelihat kamu terluka, rasanya hatiku ikut sakit," isaknya.
"Udah kok Sayang, nggak papa, udah jangan nangis gitu." Bima memeluk wanita itu dengan erat.
***
Di rumah Reno. Ia sangat marah dan memecahkan beberapa vas bunga di rumah itu.
"Keparat kamu Bima, aku nggak akan tinggal diam, aku akan membalasmu, lihat aja!" bentak pria itu dengan penuh emosi.
***
Di tempat lain. Sebuah berkas muncul di atas meja yang disinari oleh lampu yang terang. Juna datang melihat berkas itu. Ia melihat nama di berkas itu, Bima Saputra. Juna seperti mengenal nama itu.
"Ini target kamu selanjutnya, Jun? sebab kematiannya apa ini, hahh! dibunuh, yang bener aja!" Anji ikut membaca berkas itu juga.
"Nji, apa kamu ingat kecelakaan pesawat terbang 15 tahun yang lalu?" tanya Juna.
"Tentu ingat dong, itu kecelakaan yang menggemparkan dunia akhirat, pasalnya semua malaikat maut kewalahan karena banyaknya korban pada saat itu," terang Anji.
Alur mundur.
15 tahun yang lalu.
Kecelakaan pesawat terbang telah menewaskan banyak orang. Setiap malaikat diberikan empat sampai lima berkas sekaligus.
Berkas yang sudah diterima oleh malaikat tidak boleh jatuh ke dunia manusia. Karena ketika berkas itu jatuh, maka seorang manusia bisa melihatnya.
Saat itu, karena saking banyaknya arwah yang berdesak-desakan. Juna tak sengaja menjatuhkan satu berkas dari tangannya. Ia hanya melihat nama depan di berkas itu adalah Bima. Saat berkas itu jatuh ke lantai, seorang gadis kecil berumur 10 tahunan tak sengaja menginjak berkas itu.
Lalu ia mengambil berkas itu untuk mengipasi asap yang sedang berkabut di dalam pesawat. Gadis itu melihat seorang anak lelaki menangis dan menggoyangkan tubuh kedua orangtuanya yang sudah tak bernyawa.
"Kemarilah, kita harus pergi," pinta gadis itu pada anak lelaki yang ia temui.
"Aku tak ingin pergi, aku ingin bersama kedua orang tuaku," bantah anak kecil itu seraya menangis.
"Dia sudah tiada, cepat lah!" Gadis itu menarik tangan anak lelaki itu dan bergegas meninggalkan tempat itu.
Api berkobar di bawah kaki anak kecil itu. Gadis perempuan itu memukul apinya dengan berkas yang ia bawa. Sehingga berkas itu ikut terbakar api.
"Adek kecil, apa yang kalian lakukan di sini, ayo ikut Paman," ucap seorang pria yang ternyata seorang Pramugara.
Tim penyelamat datang untuk menyelamatkan mereka. Dan akhirnya mereka berdua pun selamat. Tapi karena banyaknya asap api yang sudah mereka hirup. Mereka tak sadarkan diri dan dilarikan ke rumah sakit.
Gadis dan anak lelaki itu adalah Tiara dan Bima.
***
"Jadi Jun, maksud kamu, Bima ini adalah arwah yang hilang 15 tahun yang lalu, yang harusnya dia mati, tapi dia diselamatkan seseorang, begitu?" tanya Anji penasaran.
"Iya, kini takdirnya untuk mati kembali lagi," sahut Juna.
"Wahhhh, nggak nyangka ya, dia bisa bertahan selama 15 tahun karena wanita yang menolongnya itu," ucap Anji.
"Mau lari sampai kapan, jika takdir itu sudah ditetapkan, maka akan terjadi juga, mereka hanya manusia biasa yang tak bisa melawan takdir," ujar Juna.
"Iya benar itu," sahut Anji.
338Please respect copyright.PENANAnGzkqOxr68
338Please respect copyright.PENANAty8HNXryYx