Hari ini Bima dan Tiara akan pergi ke Barcelona. Di bandara mereka duduk berdua dan tampak gugup.
"Duhh, kok aku gugup gini ya, apa karena aku lama nggak naik pesawat," gumam Tiara yang sudah berkeringat dingin.
"Tiara, apa kamu sakit? kok pucet gini?" tanya Bima yang melihat kekasihnya cemas.
"Aku gugup, sebenarnya aku nggak suka naik pesawat, karena dulu orang tuaku meninggal di kecelakaan pesawat," ujar Tiara.
"Hahh! kok sama, orang tuaku juga," sahut Bima.
"Serius, masih ingat nggak dulu naik pesawat apa?" tanya Tiara.
"Kalau nggak salah, Garuda G763," sahut pria itu.
"Loh kok sama Bim, aku sama ortuku juga naik itu lo," ujar Tiara bingung.
"Tunggu bentar --."
Mereka berdua berfikir dan kembali ke saat-saat dulu, lalu mereka saling berpandangan.
"Jangan-jangan, kamu anak kecil itu ya?" tanya Tiara.
"Dan kamu gadis kecil itu ya," sahut Bima.
"Achhhhh, ternyata kita sudah berjodoh sejak kecil ya," ujar Tiara tersenyum memeluk pria itu.
"Achhh, benar-benar nggak nyangka."
Pesawat mereka berangkat dan menuju ke Barcelona. Mereka tiba di sebuah hotel yang sudah dicarikan oleh Intan.
"Jadi ini hadiah pernikahan kita dari Intan?" tanya Tiara seraya menggeret koper masuk.
"Iya, ayahnya dulu pernah beberapa kali perjalanan bisnis ke sini, jadi dia ngusulin buat kita nginep di sini," sahut Bima.
"Hemm gitu, bilang makasih ke dia dari aku ya."
Bima mengangguk.
***
Hari pertama mereka di sana. Mereka berjalan-jalan mengelilingi indahnya negara itu. Mereka mengunjungi tempat-tempat yang bagus. Mereka berfoto dan membagikannya ke grup obrolan di rumah sakit.
"Teman-teman lihat ini, tempatnya sangat indah, kalian harus ke sini ya lain kali," ucap Bima.
"Kami sangat berbahagia di sini, jangan lupa ingat kami ya, kami menyayangi kalian, kami akan saling mencintai sampai akhir," sahut Tiara.
Tirta, Puput dan teman lainnya terharu melihat mereka.
"Lihatlah betapa sombongnya mereka berdua." Tirta berbicara dengan berlinang air mata.
"Mereka seperti pasangan terbahagia di dunia, aku ikut senang melihatnya." Puput juga tak kuasa menahan tangisnya.
Reno di ruangannya juga melihat foto-foto mereka. Pria itu ikut tersenyum.
"Semoga kalian selalu berbahagia di dunia maupun di akhirat," gumam pria itu mendoakan mereka berdua.
***
Di pagi hari yang sangat cerah. Tiara membuka tirai jendela agar sinar matahari masuk ke kamar itu. Ia membagunkan bima yang masih tertidur pulas.
Tiba-tiba Anji sang malaikat msut datang.
"Jun gawat!! aku dapat berkas baru," ucap Anji seraya menyodorkan berkas itu.
"Itu siapa?" tanya Juna.
"Bukankah dia wanita ini!" pungkas Anji.
"Loh, iya benar," sahut Juna setelah melihat nama itu.
"Lihat sebab kematian wanita ini, dia mati bunuh diri," ujar Anji.
"Jadi begini akhirnya, mereka memutuskan untuk membuat takdir mereka sendiri," sahut Juna tersenyum kecil.
"Jadi, apakah mereka berdua akan mati bersama?" tanya Anji.
"Kurasa itu yang mereka inginkan."
Tiara melihat asap hitam itu berada di belakang tubuhnya. Ia tau bahwa keberadaannya di dunia ini tinggal sebentar lagi.
"Sayang, bangun yuk, hari ini kita harus melakukan sesuatu yang sangat penting," bujuk wanita itu.
"Apakah itu hari ini?" tanya Bima.
"Iya, dia pun sudah datang untuk menjemputku," sahut Tiara.
Tiara dan Bima menatap ke arah malaikat maut.
"Apa hanya perasaanku saja, tapi kurasa wanita ini bisa melihat kita, bagaimana menurutmu Jun?" tanya Anji.
"Kurasa ia hanya bisa melihat bayangan kita," sahut Juna.
Bima dan Tiara bersiap-siap. Tiara masih duduk termenung di pinggir ranjang. Bima menghampiri wanita itu.
"Apa kamu gugup?" tanya Bima.
"Hemm sedikit," sahut wanita itu.
"Atau kamu ingin mundur?" tanya pria itu lagi.
"Aku sudah sejauh ini, aku tak akan mundur!" bantah Tiara.
Bima memeluk wanita itu dengan erat.
"Jika aku dilahirkan kembali, di kehidupan selanjutnya aku ingin bertemu denganmu lebih cepat, agar waktu kita terasa lama," pinta Bima seraya berdoa.
"Iya, aku juga," sahut Tiara.
Bima mencium bibir Tiara. Ia memejamkan mata tak terasa air matanya terus berlinang. Tiara memeluk erat pria itu dan tak ingin melepaskannya.
"Lihat Jun, kenapa aku jadi ingin menangis, ini seperti kisah Romeo dan Juliet, mereka sangat menyedihkan!" isak Anji yang menyaksikan mereka berdua.
"Haestt kamu ini!" bentak Juna yang tak terpengaruh sama sekali.
Mereka berdua mengendarai mobil. Tiara tersenyum menatap Bima. Ia tak berhenti menggenggam tangan pria itu. Bima ingin waktunya bersama Tiara terus seperti ini. Tapi ia tak bisa menghentikan takdir yang sudah digariskan. Maka ia memutuskan untuk membuat takdir itu sendiri bersama Tiara.
Saat lampu merah. Bima sengaja melaju dan sebuah truk gandeng mendadak menabrak mobil mereka. Mobil itu berguling-guling beberapa kali.
Bima yang masih sedikit sadar menggenggam tangan Tiara dan berkata.
"Aku mencintaimu Tiara." Bima akhirnya menghembuskan nafas terakhir.
Arwah mereka keluar dari badan.
Juna dan Anji segera membawa mereka.
"Wahh, baru kali ini aku dapet arwah pasangan teromantis kayak kalian," celetuk Anji.
"Bolehkan kami meminta permintaan sebelum kami pergi," pinta Tiara pada mereka.
"Apa yang ingin kamu lakukan, waktu kamu di dunia manusia, tidak kurang dari lima hari," sahut Juna.
"Kami hanya ingin melihat pemakaman kami, itu saja," pinta Tiara.
"Hem, baiklah," sahut Juna.
***
Saat pemakaman. Semua teman dan juga Sari Bibinya Tiara merasa sedih. Mereka menangisi nasip mereka berdua. Bima dan Tiara kini bisa pergi dengan tenang.
Bima menjulurkan tangan pada wanita di sampingnya.
"Ayo Sayang, kita harus pergi," ujar Bima.
"Iya Sayang." Tiara menggenggam tangan pria itu
Mereka berdua berjalan ke arah matahari hingga arwah mereka lenyap. Kini mereka hidup bahagia di surga.
Tamat
346Please respect copyright.PENANA29jXAmp0cb
Kita hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.
Kita bisa mencoba mengubah takdir yang sudah digariskan, tapi tetap Allah lah yang akan menentukan takdir itu pada akhirnya.
Sesungguhnya kita semua juga akan menghadap kepada-Nya.
Janganlah takut dengan sebuah kematian.
Semoga kisah ini bisa menginspirasi kalian semua.
Sampai ketemu di karya Piendutt selanjutnya, salam manjah dari Author kenyih ini 😘😘😘😘😘
346Please respect copyright.PENANAHb7pWp5Eq2