Acara ulang tahun Raline yang ke-26 tahun berlangsung meriah. Meski dia terlihat banyak murung, namun Raline tetap bisa bersikap baik dan mengikuti seluruh acara yang sudah kami rencanakan. Dari doa bersama, doa agar cepat hamil untuk mendapatkan momongan ya.
Sampai makan dan ngobrol bersama malam itu. Dan karena acara baru dimulai sekitar jam setengah 8 malam. Akhirnya acara pun selesai cukup larut malam. Jam 11 baru pada pulang. Termasuk ibu mertuaku, yang akhirnya pulang bareng adiknya Raline yang nomor dua.
Aku pun mengantar dan menemani semua tamu yang berpamitan pulang. Iyaa nungguin sampai mereka masuk mobil dan jalan. Seperti etika pada umumnya jika menyambut tamu. Dan juga ibu mertuaku, aku bantu buka pintu mobil. Dan aku perlakukan selayaknya ibuku sendiri.
“Adaam, Mama pulang dulu yaa. Semoga cepet dikasih momongan. Terima kasih sudah menyenangkan dan membahagiakan anak Mama yaa,” kata ibu mertuaku dan aku hanya membalas dengan senyuman. Sebelum akhirnya semuanya pergi dan tak ada tamu tersisa lagi.
Saat itu Raline tidak ikut mengantar ibunya. Dia membantu dua pembantuku di rumah beres-beres dan mencuci perabotan rumah yang dipakai. Mereka bertiga sudah sangat sibuk malam itu. Jadi aku yang mengurus dan mengantar tamu sampai ke mobil masing-masing ya.
Sampai akhirnya karena ibu mertuaku menjadi tamu terakhir yang pulang. Pada tepat jam 12 malam itu, aku menutup pintu gerbang. Dan saat aku hendak menggembok pagar, tiba tiba ada sebuah mobil SUV berhenti di depan pagar rumahku. Aku sempat terdiam bingung.
Dan dengan kejadian yang begitu cepat bagiku. Ada 5 orang keluar dari dalam mobil itu. Mereka menggunakan senjata api dengan mengenakan penutup wajah yang beragam. Dari yang pakai topeng sampai pakai penutup wajah maling warna hitam yang banyak digunakan.
“Jangan teriak! Lu diem! Atau ini peluru nembus ke kepala lu! Diem dan turutin semua omongan gua kalo lu mau selamat!” Mereka berlima menodongkan senjata api ke kepalaku. Dan aku gak bisa berbuat banyak, selain mengangkat tangan dengan tubuh yang gemeteran.
“A-Ada apa ini? Kalian mau ngapain? Kenapa tiba-tiba nodongin senjata kaya gini! Ada perlu apa kalian sama saya!” sergahku sambil berjalan mundur. Pagar yang belum sempat aku gembok oleh mereka langsung dibuka. Dan dengan mudahnya mereka masuk ke dalam garasi.
“Ohh iyaa kita gak punya urusan sama lu! Kita cuma punya urusan sama harta benda yang lu miliki! Masuk ke dalem! Putar balik! Jalan ikutin perintah kita!” Akhirnya mereka langsung memutar tubuhku. Hingga posisi tubuhku membelakangi mereka berlima saat itu.
Aku dipaksa jalan masuk ke dalam rumah. Dalam kondisi mereka berlima nodongin senjata mereka ke kepalaku. “Masih terang nih rumah, kayanya habis ada acara yaa? Vino lu todong terus nih orang. Biar kita berempat masuk dan ngejarah barang-barang. Tahan aja dia.”
Siaal, di dalem masih ada Raline dan dua pembantuku yang masih belum tau apa yang sedang terjadi. Sampai mereka berempat masuk ke dalam rumahku. Dan langsung berpencar ke empat arah yang berbeda. Satu menuju dapur, dua orang naik menuju ke lantai dua rumahku.
Satu orang menuju ruang keluarga, dan satu orang sisanya menyandera aku dengan terus menodongkan senjata ke kepalaku. “Aaahhh!!! Siapa kamuu! Ngapain kamu ada di sini! Mass Adaam! Masss! Ada penjahat masuk ke rumah kitaa, Mass! Keluaar dari rumah sayaa!!”
Aku mendengar suara teriakan dan jeritan Raline, namun tak lama Raline digiring dari dapur menuju ke ruang tamu sama seperti aku. “Lu berdua berlutut! Jangan banyak gerak kalo kepala gak mau ancur! Dua pembantu di belakang masukin ke kamar mandi! Sekap langsung!”
Mbok Ipah dan Mbok Watun langsung digiring ke dalam kamar mandi. Mereka langsung diiket tubuhnya pakai tali tambang. Dan mulut mereka ditutup pakai lakban. Sementara mereka mengobrak abrik rumah kami. Ada yang berusaha melepas tv dari bracket di ruang keluarga.
Ada yang berusaha menjebol pintu kamarku. Ada yang masuk ke kamar ibu mertuaku. Dan mengambil seluruh perhiasan ibu mertuaku di sana. Ada yang mengambil perabotan rumah yang mahal di dapur. Mereka semua bergerak dengan begitu cepat dan aku masih kaget.
“Ma—Mass!! Kita harus gimana rumah kita dimasukin penjahat kaya gini, Mass!! Aku gak mau sampe barang-barangku dibawa mereka! Mas Adam udah berjuang keras beliin semuanya dan nyenengin akuu!!” teriak Raline yang sampai menangis karena kondisi buruk ini.
“Ra—Ralinee, kamu ikutin dulu aja perkataan mereka. Udah biarin aja, namanya barang masih bisa dibeli! Tapi kalo kamu sampe dibunuh sama mereka! Nyawa kamu gak ada gantinya!” balasku yang meminta Raline untuk tetap tenang. Aku juga gak bisa lakuin apa-apa.
“Mass aku takuutt!! Aku takut mereka ngapa-ngapain kitaa, Mass! Aku takut mereka bakal bunuh kamu, Mass!! Aku juga takut kalo sampe dilukain atau dibunuh sama merekaa!!” jawab Raline yang sampe nangis histeris. Dia keliatan ketakutan banget pada kejadian saat itu.
“Lu berisik banget lonte! Udah gua suruh diem masih ngoceh gak jelas! Lu ngerti bahasa manusia gaak! Apa karena lu binatang makanya diomongin gak bisaa!” kata pria yang menodong senjata ke arah kami. Sekarang dia berpindah menodong kepala belakang Raline.
Sontak Raline saking takutnya sampe gak bisa mengontrol dirinya. Dia gemeteran hebat dengan wajah yang penuh keringat. “Mass tolong akuu! Mass tolongiin akuu! Aku mau ditembak sama mereka, Mass! Aku mau dibunuh, Mass!! Mass tolong jangan diem ajaa, Mass!”
Sampe moncong dari pistol itu menempel tepat di kepala Raline. Dan aku berusaha meminta orang itu untuk jangan menyakiti Raline. “Ja—Jangan istri sayaa!! Apapun itu kalian boleh ambil apapun asal jangan istri sayaa!! Sudah saya gak akan berontak! Jangan istri sayaa!”
Aku ngeliat mereka berusaha ngambil barang-barang yang bernilai tinggi tapi ringan. Mereka mengambil laptop, emas, uang, perhiasan, bahkan sampai barang elektronik koleksiku. Dan mereka masukin ke dalam tas besar yang udah mereka siapin. Sampe semuanya penuh.
Sampe tiba-tiba dari belakang, orang yang menodong Raline berkata seperti ini ke Raline. “Kamu cantik juga ternyata, wajah kamu begitu putih dan bening. Pasti kamu istri yang baik dan taat kepada suami. Sampai suami kamu lebih rela kehilangan segalanya malam inii.”
Perampok itu bergerak memutari Raline, sampai sekarang posisi dia berada tepat di depan Raline. Lalu tersenyum dengan wajah mengerikan. “Kami gak akan membunuhmu. Tapi sepertinya wanita cantik dan taat sepertimu. Cocok untuk hiburan kami berlima sampai puas.”7351Please respect copyright.PENANAXdPh3sZLBW
7351Please respect copyright.PENANAHP7GHVLYRO