Sampai selang satu bulan, aku gak tau ada apa dan kejadian apa. Istriku tiba-tiba keliatan kaya badmood dan nangis sendiri. Aku coba tanya ke beberapa pembantuku di rumah. Dan mereka gak tau apa-apa. Katanya istriku yaa di rumah aja, dan lebih sering di kamar kami.
“Gak tau yaa, Pak. Mbak Raline udah sebulan ini yaa gak pernah kemana-mana. Paling pergi ke pasar sama saya. Tapi yaa memang keliatan sering telfonan sih. Kalo saya izin bersihin kamar Bapak,” kata pembantuku yang bernama Mbok Ipah. Gak ada hal yang mencurigakan ya.
“Ohh, lebih sering telfonan yaa? Tapi dari dulu istri saya emang suka telfonan sama orang tua dan temen-temennya. Udah tiga hari belakangan ini sering nangis. Kalo saya tanya kenapa juga gak jawab,” balasku yang istriku sering nangis sesenggukan selama 3 hari belakang.
“Iyaa mungkin ada masalah kali, Pak. Tapi dia gak mau cerita ke Bapak. Atau coba Bapak tanya baik-baik. Siapa tau Mbak Raline mau cerita. Iyaa itu saran saya aja Pak,” jawab Mbok Ipah. Dan aku memilih untuk menanyakan langsung ke Raline. Saat dia sedang menangis keras.
Aku naik ke lantai dua, dan membuka kamar tempat di mana Raline menangis sambil tiduran di atas kasur. Kebetulan saat itu adalah hari libur, jadi aku memilih untuk fokus ke masalah yang dihadapin Raline saat ini. Biar kesedihan yang dia rasain gak berlarut terus yaa.
“Sayang? Heyy? Kamu kenapa kok tiga hari ini keliatan murung dan nangis terus? Aku coba tanyain kamu diem aja gak jawab. Aku suami loh, coba sini cerita ada apa,” kataku sambil mengangkat tubuh Raline dan memeluk dia. Raline pun pasrah sama sekali gak melawan aku.
Dan tak lama dia berusaha menyeka air matanya serta menghentikan tangisannya saat itu. “A-Aku sakit hati, Mass. Saudaraku yang kemarin aku bantuin aku transfer uang 10 juta. Dia ngatain kamu mandul. Dan malah nyaranin aku untuk berpaling dari kamu. Aku sakit hati, Mas.”
Aku menghela nafas panjang, sambil mengelus jilbab warna hitam yang dia kenakan. Aku memilih untuk gak mengurusi hal ini. “Iyaudah gak usah didengerin. Toh mereka gak tau permasalahnya kenapa. Yang penting kan hasil pemeriksaan sperma aku aman dan bagus aja.”
Raline sampai mengerang kesal, dia memukuli tempat tidur kami dengan sangat keras. “Aku tuh keseel! Keseel! Beneran kesel sama orang kaya dia! Udah dibantu udah ditolong! Bukannya terima kasih malah ngelunjak! Padahal dia tau uang itu kan asalnya dari kamu juga!”
Aku memilih untuk menenangkan Raline, dan meminta dia untuk gak usah chattingan lagi sama si Mirna itu. “Iyaudah gak usah kamu chat lagi aja. Hapus dan blokir aja dia, yang penting kan faktanya gak begitu. Yaa? Udah yaa kamu jangan sedih dan nangis lagi yaa sayang.”
“I-Iyaa, Mass. Udah aku blokir dan aku hapus chatnya. Aku mau ke toilet dulu yaa, Mass. Mau bersihin wajahku yang penuh air mata ini,” kata Raline dan dia langsung pergi ke kamar mandi. Aku sampe gak ngerti sebenernya, kenapa keluarga besarnya Raline banyak nuduh aku.
Wajar aja kalo Raline sampe marah dan nangis terus kaya gitu. Apa lagi dia tau yang bikin kami belum punya momongan karena kesalahan dia di masa lalu. Mungkin itu yang membuat Raline merasa sakit hati dan bersalah. Hatinya Raline memang sangat lembuh sih ya.
Tapi anehnya setelah hari itu, aku denger dari Mbok Ipah kalo Raline masih suka nangis. Tapi nangisnya nunggu aku pergi berangkat kerja. Kalo ada aku di rumah dia keliatan ceria dan biasa aja. Tapi kalo aku udah pergi berangkat kerja, dia langsung nangis histeris kata si Mbok.
Sampai dua minggu berselang, kebetulan banget istriku ulang tahun di usia ke-26. Dan aku memilih untuk merayakan hari ulang tahunnya. Dengan mengundang kelurga besar istriku ke rumah. Ada beberapa keluargaku juga yang dateng, tapi gak banyak karena pada sibuk yaa.
Ditambah istriku ulang tahun di hari masuk kerja, dan baru bisa dirayain di malam hari. Kebetulan banget di sini banyak saudara dan ada orang tua Raline. Jadi aku akan coba membahas soal Mirna itu. Raline bahkan terlihat murung dan gak senang pada malam itu yaa.
Aku tau dia sedang gak baik-baik aja. Matanya terlihat gelisah meski dia berusaha untuk bersikap normal dan biasa aja. Tapi aku sebagai suaminya yang udah tiga tahun hidup sama dia. Tentunya aku tau seperti apa istriku yang sedang gelisah, marah, sedih, atau bahkan bahagia.
“Itu Raline kenapa, Adam? Kok dia keliatan murung, gelisah, dan sedih begitu di hari ulang tahunnya? Apa dia merasa gak nyaman? Karena banyak ditanyakan soal momongan?” tanya ibu mertuaku kepadaku. Saat kami berdua duduk di satu sofa yang sama pada malam itu.
“Kayanya itu salah satunya, Maa. Tapi yang jadi pemicunya, katanya Raline kemarin sempet deket sama saudaranya yang bernama Mirna. Dan Mirna itu sempet dibantu uang buat anaknya sekolah 10 juta. Tapi Mirna malah menghina saya,” balasku menjelaskan awal mula.
“Mirnaa? Hah? Emang kita punya saudara yang namanya Mirna tah? Perasaan Mama gak punya saudara yang namanya Mirna. Kata Raline Mirna itu saudara yang dari mana?” tanya ibu mertuaku yang keliatan bingung? Laah? Kok bisa ibu mertuaku ini malah gak kenal Mirna.
“Katanya sih si Mirna itu keponakan angkat dari almarhum papa. Emang Mama gak pernah ketemu sama Mirna? Atau ngeliat orangnya seperti apa?” jawabku sekaligus bertanya balik ke ibu mertuaku. Aku juga sempet kaget, karena ibu mertuaku gak kenal Mirna itu siapa.
Ibu mertuaku langsung paham, dan dia pun membalas dengan perkataan yang agak lega gitu. “Ohh saudara papanya? Kalo itu yaa Mama juga kurang tau. Karena Mama gak terlalu mengenal semua keluarga besar almarhum papa. Tapi memang papa punya ponakan angkat.”
Aku pun mengangguk pelan, sambil memperhatikan Raline yang berbincang dengan saudara-saudara yang berasal dari ibunya. “Jadi ada kemungkinan kalo Raline beneran punya saudara bernama Mirna yaa? Tapi Mama sama sekali gak kenal dan gak pernah ngeliat Mirna?”
Ibu mertuaku sempet keliatan mikir, sebelum akhirnya dia memilih untuk gak ambil pusing. “Mungkin pernah ngeliat, pernah ketemu mungkin yaa. Karena keluarga papanya Raline itu besar dan banyak sekali. Papanya Raline itu kan anak ketiga dari 10 saudara. Mungkin aja.”
Ibu mertuaku meski gak yakin, tapi dia gak menutup kemungkinan kalo Raline punya saudara bernama Mirna. Apa lagi emang orang zaman dulu anaknya pada banyak. Dan ibu mertuaku juga wajar kalo gak kenal semua. Karena emang saudaranya terlalu banyak, hahaha.7708Please respect copyright.PENANAoWfX39a9xc
7708Please respect copyright.PENANAR6O9GqJAtp