Tiara dan Puput duduk di kantin rumah sakit.
"Eh Ra, kenapa kamu nggak cerita ke dokter Reno aja, kalau kamu udah kerja di sini," ujar Puput seraya menyendok nasi uduk yang ia pesan.
"Enggak Put, aku nggak mau dia sampai tau," sahut Tiara seraya menyeruput jus strawberry kesukaan wanita itu.
"Mana bisa, kalian ini kerja di rumah sakit yang sama, suatu saat pasti kalian ketemu," ujar Puput.
"Selama ini Reno sudah banyak membantuku, aku tak ingin selalu bergantung padanya Put," sahut Tiara.
"Ehmm, iya-iya."
Di tempat duduk lain.
"Siapa nama Suster baru kamu itu Bim?" tanya Intan yang melirik ke Tiara.
"Tiara namanya."
"Tumben kamu milih suster yang masih muda, biasanya kamu nggak terlalu cocok," ucap Intan seraya menyendok soto babat pesanannya.
"Bukan aku yang milih, tapi Tirta," bantah Bima seraya meminum es fanta di gelas.
"Hah, lalu apa kamu cocok dengan ya?" tanya Intan.
"Baru juga sehari, kalau emang dia nggak bisa kerja aku bisa langsung memecatnya," ucap Bima.
***
Di pagi hari saat Bima akan berangkat kerja. Pria itu melangkah ingin membuka pintu rumah. Lalu ia mendapat penglihatan tentang Tiara.
"Aku akan selalu berada di sisi dokter," ucap Tiara.
Bima menutup kembali pintu rumahnya.
"Hah, di sisiku, yang bener aja, apa sebaiknya aku bolos kerja aja hari ini, archhh!!" Bima bingung dengan apa yang dia lihat. Ia begitu takut jika hal itu benar-benar terjadi.
Tiara berjalan tergesa-gesa melewati kerumunan orang. Dari sisi lain Reno sekilas melihatnya.
"Bukankah itu Tiara." Reno bergegas menyusul.
Tapi karena banyaknya orang yang berdatangan dan beberapa kali menabraknya, pria itu jadi kehilangan wanita yang dia lihat.
"Maaf Dok nggak sengaja."
"Iya Pak nggak papa." Reno melihat ke arah Tiara, dan ia sudah lenyap.
Di ruangan Reno. Pria itu sibuk melihat-lihat berkas. Tapi pikirannya tak fokus. Dia nggak mungkin salah lihat. Reno yakin yang dilihat tadi adalah Tiara.
"Suster Puput," panggilnya pada puput yang sedang mengganti sprei di ruangan itu.
"Iya Dok, ada apa?"
"Apa Tiara sering menghubungimu?"
"Memangnya kenapa Dok?" Puput tampak cemas.
"Aku seperti melihatnya di sini tadi pagi, apa dia sudah mendapatkan pekerjaan tetap sekarang?" tanya Reno.
Puput menghela nafas, dengan berat hati ia menceritakan.
"Dok, sebenarnya Tiara sudah bekerja di sini sejak kemaren, dia menjadi suster pendamping Dokter Bima," ucap Puput.
"Apaaaa!!" Reno berdiri dari kursinya dan tampak marah.
***
Di ruangan lain. Bima enggan membuka pintu ruangan kerjanya. Mendadak Tiara keluar dari ruangan itu dan mereka berdua tampak kaget satu sama lain.
"Ohhh, pagi Dokter Bima." Tiara menyapa pria berkulit putih itu.
Bima tak ingin terlihat canggung.
"Eh, iya pagi." Pria itu bergegas masuk ke ruangan.
Tiara melakukan pekerjaan seperti biasanya. Bima membaca beberapa data pasien di komputer. Tapi sesekali ia melongok melihat ke arah Tiara. Saat Tiara ganti menatapnya, Bima segera kembali ke posisinya semula.
"Kok Dokter Bima aneh ya hari ini," gumam Tiara.
(Kapan ya dia akan mengatakan hal itu) Bima berkata dalam hati.
Tiba-tiba pintu ruangan itu dibuka dan Reno langsung masuk begitu saja. Tiara kaget kenapa Reno mendadak datang.
"Baru kali ini aku lihat kamu nggak sopan, mau kamu apa?" Bima berdiri dan menghampiri pria tertampan no dua di rumah sakit itu.
Reno menatap Tiara yang sedikit cemas.
"Aku perlu berbicara dengan Tiara, aku akan membawanya." Reno menarik tangan Tiara pergi begitu saja.
"Ehhh tunggu!" ujar Bima mengikuti mereka.
Reno tak menghiraukan Bima, dan membawa Tiara ke taman.
"Kenapa kamu tidak memberitahuku kalau kamu ingin bekerja di sini Ra?" tanya Reno.
"Maaf ya, aku nggak ngomong ke kamu dulu, aku cuman nggak mau ngrepotin kamu," ucap Tiara lirih.
"Apa aku pernah bilang kalau kamu merepotkan," bantah Reno.
"Aku hanya ingin bekerja di sini dengan kemampuanku sendiri, aku tak ingin selalu bergantung padamu, kuharap kamu mengerti," ucap Tiara.
Reno memegang pundak wanita itu.
"Tapi Ra, aku hanya ingin membantumu, apa itu salah?" tanya pria itu lagi.
Tiara merunduk.
"Aku akan menukarmu dengan Puput, kamu harus menjadi suster pendampingku," ucap pria berdasi kotak-kotak itu tiba-tiba.
"Kamu tidak bisa melakukan itu, aku tak ingin selalu menyusahkanmu," bantah Tiara.
Bima melihat mereka berdua seperti sangat akrab satu sama lain. Ada perasaan aneh dalam dirinya.
"Ada apa ini! kenapa aku nggak suka ya melihat mereka berdua, archh! aneh." Bima menepuk dadanya beberapa kali.
"Jika kamu tidak ingin mengikutiku dengan sukarela, aku akan memintamu pada Bima," ucap Reno.
"Apa yang akan kamu minta ha!" Bima datang ke tengah-tengah mereka.
"Kebetulan kamu di sini, aku ingin menukar Tiara dengan Puput," pinta Reno.
Bima menatap Tiara. Wanita itu menggelengkan kepalanya tanda tak setuju.
"Bukankah kamu sudah mendapat jawabannya dari Tiara, ia tak ingin mengikutimu bukan," jawab Bima tegas
"Hah! aku akan tetap menukarnya," ucap Reno sedikit kesal.
"Kamu kira dia barang yang bisa kamu bawa ke mana-mana, dia juga manusia, kenapa kamu memaksakan kehendakmu padanya," ujar Bima mengguruinya.
"Kamu!" Reno tak bisa berkata apa-apa lagi.
"Ayo Ra, kamu harus bekerja lagi." Bima menarik tangan Tiara meninggalkan Reno.
Reno menatap mereka berdua dengan sangat kesal.
Di ruangan Bima. Ia melepaskan tangan Tiara. Wanita itu tersenyum menatap pria yang sudah menolongnya tadi.
"Kembalilah bekerja."
"Makasih ya Dok," sahut Tiara.
"Untuk apa?" tanya Bima.
"Untuk tidak menukarku dengan Puput."
"Entah kenapa dia begitu menginginkanmu, apa kalian sudah saling kenal?" tanya Bima heran.
Tiara menggeleng.
"Kami hanya bertemu beberapa kali tanpa sengaja."
"Oh gitu."
"Dokter Bima, aku sangat senang hari ini, aku berjanji akan selalu berada di sisi Dokter," ucap Tiara dan melanjutkan pekerjaannya
Bima berdiri terpaku.
"Jadi seperti ini akhirnya, penglihatan itu benar-benar terjadi." Bima bergumam dan menatap Tiara yang masih tersenyum padanya.
383Please respect copyright.PENANAJFZGmUH8mJ
383Please respect copyright.PENANAx76aD9EI8g