"...Baiklah ini mudah,"
Claura bilang begitu, tapi kenyatannya tidak demikian.
Siang itu Claura menemukan secarik kertas di tempel di pintu kulkas, berisi daftar dan bahan-bahan belanjaan yang mesti di beli. Catatan itu di tinggalkan oleh ibunya. Setelah kemarin Claura (berdasarkan setting game) menangis, Claura tidak keluar kamar seharian. Dan setelah ibunya berangkat kerja pagi ini, Claura belum sempat bertemu. Tapi tidak perlu dipertanyakan, Claura yakin dengan wajah seperti ini ibunya adalah seorang diva. Mengikuti ingatan yang tertinggal, Claura membuka laci dapur dan mengambil sejumlah uang yang di tinggalkan ibunya. Claura masuk kembali ke kamar, karena hampir memasuki musim dingin cuaca jadi mulai dingin. Claura salut sebesar-besarnya dengan simulasi yang di buat permainan ini. Claura memilih sweater abu berkerah panjang dan celana jeans, setelah mengikat rambutnya dengan kepang tunggal ke belakang, Claura mengenakan mantel hitamnya lalu mengenakan sneaker. Perempuan ini begitu manis, mana mungkin Claura akan keluar dengan seadanya. Claura memastikan wajah cantik ini terbingkai sempurna dengan poni di kedua tepi. So lovely!
Sekiranya Claura bukan mau ke supermarket, dia akan mengenakan boots. Tapi karena semalam baru hujan, jalanan kemungkinan akan licin.
Saat pagi Claura tidak melihat pasangan seberang rumahnya menyiram seperti kemarin. Mungkin karena tanaman masih basah dari hujan. Tapi dia tidak mengira dia akan menemukan Aciel di depan rumahnya.
"...???"
Saat itu Claura seperti di sambar petir.
'..Apa, apa, apa yang terjadi padaku?'
Mendadak begitu matanya bertatapan dengan mata hijau Aciel, Claura merasakan kembang api meledak di dadanya, matanya seperti berkunang-kunang dan dia bisa merasakan garis bibirnya tertarik perlahan...
"..Sial, sadarkan dirimu!" Claura diam-diam mencubit lengannya. Dalam hati bertanya apa yang terjadi padanya. Kenapa dia merasa bahagia dan senang tak terkira...
Claura menahan senyumnya supaya tidak melebar saat Aciel melambaikan tangan padanya. Claura sadar perasaan ini adalah perasaan yang sama ketika awal hubungannya dengan Jerry sedang indah-indahnya... Perasaan cinta...
"Mau pergi kemana?" tanya Aciel ramah. Claura membaca mantra dalam hati saat pikiran bahwa suara Aciel begitu menggoda dan dia ingin Aciel memanggil namanya dengan mesra dan penuh cinta....
"STOP!"
"..Stop?" Aciel tampak bingung lalu meneliti sekeliling. "..Ah, sorry, aku hanya...,"
"Oh bukan. Tadi aku melihat ada anjing liar yang hampir kencing dekat situ." Claura asal menunjuk jalan lalu membalas Aciel. "Aku mau ke supermarket. Bagaimana denganmu?"
"Ah," Aciel tampak tersentak saat Claura balik bertanya. Tangannya menggaruk tengkuk dengan canggung sementara matanya berkeliaran sambil memikirkan jawaban.
Claura mengerutkan keningnya dalam senyum. Kenapa Aciel terlihat begitu menggemaskan? Ah, tidak, setiap hari Aciel terlihat seperti ini. Hangat, seperti matahari pagi, segar seperti embun setelah hujan semalam. Biasanya Aciel selalu tenang dan lembut, tapi Aciel yang canggung seperti ini manis juga... stop!
'Claura apa kau gila? Lelaki di depanmu tidur dengan perempuan lain semalam dan malam-malam sebelumnya... dan seterusnya...'
"Tunggu sebentar, ya?"
Claura menatap bingung saat Aciel menunjukkan ponselnya lalu menghubungi seseorang. Claura tidak merasa Aciel harus izin dulu?
Lupakan, Claura bahkan meresponnya dengan senyum lebar. Kalau Claura berkaca di cermin, dia mungkin akan pingsan karena manisnya senyum yang dia buat sendiri...
Samar-samar suara lembut perempuan terdengar sebelum Aciel menutup panggilan. Claura langsung tahu kalau itu adalah suara Venus. Dalam sekejap perasaan cemas dan benci merasuki hatinya.
Clara merasa... apaan sih?!
Claura masih tenggelam dalam perdebatan hatinya, ketika Aciel mendekatinya.
"Kau bilang mau ke supermarket? Kebetulan aku juga mau belanja sesuatu." kata Aciel tiba-tiba di depannya. Tiba-tiba Claura ingin bunge-jumping saking senangnya akan kedekatan mereka.
"..Oh? Kenapa belanja? Tumben?" Claura dengan natural-nya bercanda dengan Aciel, seakan yang dia lakukan adalah biasa. Aciel balas tertawa dan menjawab. "Venus mau masak steak dan kurang kecap Inggris."
Senyum Claura membeku di udara, tanpa bisa dia tahan, cacian pada Venus mengalir di pikirannya. Tapi di permukaan Claura hanya mengangguk, "Oh, bagus untukmu."
"Ah? Kau tahu aku lebih suka sup dari pada makanan yang berat."
"Tentu saja." tanpa sadar Claura merasa bangga dalam hatinya. "Lalu kenapa Venus memasak steak? Dia tidak seperti memikirkanmu..."
'SHID, Claura please? Demi apa, jangan ikut campur hubungan orang lain, hubungan sahabatmu..sahabat orang lain! Claura ingat kalau ini bukan tubuhnya. 'Apa yang terjadi denganmu..!'
Aciel tidak terlihat kecewa, dia justru membalas dengan tawa. "Hari ini pamannya datang. Karena tidak sering, jadi Venus memutuskan untuk membuat sesuatu yang berbeda."
"Begitu." Claura balas tersenyum sambil mengendalikan dirinya dengan keras untuk tidak mengutarakan kalimat 'bagaimana kalau makan malam dirumahku saja, kau bisa makan makanan kesukaanmu..' dan seterusnya.
Claura berpikir mungkin menjadi pelakor tidak akan sesulit ini jika tanpa cinta.
Sesampainya di supermarket, keduanya tidak berjalan menuju rak yang berbeda, melainkan berjalan bersama! Tidak, lebih tepatnya, Aciel memutuskan untuk menemani Claura mengisi ranjang belanjaannya.
Masalahnya adalah, Claura merasa sangat senang, hingga dia berpikir untuk memperpanjang dan memperbanyak belanjaannya hanya untuk bisa berlama-lama dengan Aciel. Claura menatap penuh derita pada Aciel yang mengoceh soal komposisi keju sambil menjinjing belanjaan miliknya. Aciel sungguh gentleman, dia bahkan tidak membiarkan Claura membawa ranjang kecil sekalipun....
'Tidaaaaaaaak!'
Claura menutup wajahnya. Mungkin ini rasanya sakit tapi tak berdarah? Dia bukan milikku, tapi aku menginginkannya. Dia bukan untukku, tapi aku bersedia menunggu dirinya. Selamanya...
'Sial, aku bukan masokis.'
"Kau baik-baik saja?" wajah Aciel hanya lima senti jauhnya dari wajah Claura. Claura merasa otaknya berhenti bekerja, ketika punggung telapak tangan Aciel menyentuh dahinya, barulah Claura tersadar.
"...Aku baik." Claura memiringkan wajahnya, menjauhkan tangan Aciel dari wajahnya. Cahaya dingin bersinar di mata Aciel sekilas, sedikit gelap namun segera kembali seperti biasa tanpa Claura sadari.
"Aku masih ada yang harus di beli...," Claura buka suara, memecah suasana canggung.
"Uhm, oke. Ayo ambil semuanya sebelum ke kasir." Aciel menganggung semangat.
"Baiklah."
'Terserahlah, saat ini denganmu bahagia. Aku tidak akan melakukan ini lagi, jadi mungkin ini yang terakhir?'
Claura tersenyum sedih dalam hati.
ns 15.158.61.46da2