Tiara mengajak Bima keluar. Ia melihat beberapa pasien dengan asap hitam di belakang tubuhnya.
"Dokter, lihat pasien yang baru datang itu. Di belakang tubuh orang itu aku bisa melihat asap hitam yang megikutinya. Jadi dia akan segera meninggal," ucap Tiara menjelaskan.
"Hahh ngaco kamu, hanya sebuah asap hitam, mana ada? aku tak bisa melihatnya," bantah Bima yang masih tak percaya.
"Hanya aku yang bisa melihat asap hitam itu, Dok," pungkas Tiara.
Mereka berdua mendekati ruang UGD. Dokter lain segera merawat pasien yang baru datang tadi. Tapi karena pasien kehilangan banyak darah, maka ia tak bisa di selamatkan. Pasien itu akhirnya meninggal dunia.
"Lihat itu Dok, orang itu meninggal kan?" ujar Tiara.
"Hah nggak mungkin, itu karena dia korban tabrak lari, aku juga bisa lihat kalau dia tidak akan selamat." Bima kekeh dengan pendiriannya.
"Hemm, baiklah! aku cari contoh lain," ujar Tiara seraya menghela nafas.
Wanita itu menyeretnya ke tempat lain.
Ia melihat seorang nenek yang sedang berjalan dituntun Suster.
"Dokter, lihat Nenek itu, dia tampak sehat bukan, tapi sebenarnya kematiannya tinggal beberapa hari, atau bisa beberapa jam saja," ujar Tiara seraya menunjuk ke nenek itu.
Mendadak nenek itu kejang-kejang dan jatuh pingsan. Lalu beberapa orang segera membawa nenek itu ke ruangan Dokter.
Bima dan tiara mengikuti orang-orang itu.
"Sus, bagaimana keadaan Nenek itu?" tanya Bima pada salah satu suster di sana.
Suster itu menggeleng.
"Ia mengalami serangan jantung dan langsung meninggal, Dok," jawab Suster itu.
Tiara menutup mulutnya. Bima tampak melongo tak percaya dengan apa yang ia dengar.
Bima duduk terdiam di kursi dan masih memikirkan kejadian tadi. Tiara mendekati pria bermata besar itu.
"Tidak!! jangan dekati aku!" bentak Bima yang merasa takut dan pergi meninggalkan Tiara.
Tiara merasa sudah melakukan hal yang salah.
Di kantin, Tiara makan sendirian. Puput menghampirinya.
"Ra, maafin aku ya, Dokter Reno jadi tau kamu ada di sini," ucap Puput menyesal.
"Iya nggak papa kok Put, cepat atau lambat dia juga bakal tau kok," sahut Tiara seraya menyendok kuah bakso di mangkok.
"Kamu yang sabar ya Ra, terus masalah Dokter Bima gimana? gaji kamu juga bakal dikurangi ya?"
"Yang ku dengar sih gitu, ah! pasti aku kena marah Bibi ntar," ujarnya mengeluh.
"Duh, kenapa hidupmu selalu penuh dengan masalah sih Ra."
"Mungkin Tuhan sayang sama aku Put, makanya aku dikasih ujian terus-menerus," sahut Tiara.
Tiba-tiba reno datang ke meja mereka.
"Apa aku mengganggu kalian?" tanya pria berkulit putih itu.
"Oh enggak kok, Dok, silahkan duduk, ehmm Ra, aku tinggal dulu ya, kalian ngobrol aja," ujar Puput seraya pergi meninggalkan mereka.
"Apa kamu masih marah padaku?" tanya Reno pada wanita yang sangat ia pedulikan itu.
"Enggak kok, nyantai aja," ucap Tiara tersenyum.
"Maaf saat itu aku ke bawa emosi," ujar Reno.
"Aku tau, kamu yang seharusnya marah karena aku membohongimu, aku juga minta maaf ya, karena nggak jujur sama kamu," ujar Tiara.
Reno menyodorkan minuman pada wanita itu.
"Nih, sebagai permintaan maafku," ucap Reno Seraya nmemberikan jus buah kesukaan wanita itu.
"Makasih, tau aja kesukaanku." Tiara menerima jus kaleng itu dan ingin membukanya.
Mendadak tangan Tiara tergores pinggiran kaleng yang tajam.
"Ouchhhhhhh," rintih wanita itu.
"Haduh Tiara, kamu kok nggak hati-hati sih, sini tanganmu." Reno memegang tangannya dan mengusap darah itu menggunakan tisu dan menempelkan plaster ke jari manisnya.
Tiara tersenyum menatap pria yang selalu baik terhadapnya itu.
"Kenapa senyum-senyum," ucap Reno yang melihat Tiara tersenyum karena menatapnya.
"Makasih ya, walau aku sering mengabaikanmu, tapi kamu selalu saja membantuku, kadang aku malu sama diriku sendiri," ujar Tiara.
"Tu tau, makanya jangan bikin aku khawatir ya," sahut Reno dan tersenyum manis padanya.
Tiara mengangguk.
"Aku denger, gajimu akan dipotong bulan ini," ucap Reno.
"Iya, duh, padahal aku baru aja bekerja, sayang banget ya," keluh Tiara.
"Makanya, aku nyuruh kamu kerja sama aku, Bima itu kan sering buat masalah," ucap Reno dengan sinis.
"Ehmm gitu ya, ya udah, kalau lain kali aku dapat masalah lagi, aku pasti langsung lari nemuin kamu," sahut Tiara.
"Beneran ya, awas kamu bohong."
"Iya-iya."
Mereka berdua tersenyum.
Di meja lain tampak Intan dan Bima duduk untuk makan.
"Haestttt, romantisnya mereka berdua itu, apa nggak tau di sini banyak cctv," gerutu Intan yang menatap kedua sejoli itu dari meja lain.
Bima menatap ke orang yang di bicarakan Intan. Melihat Reno dan Tiara tersenyum bersama, ia langsung tersedak.
"Uhuk, uhuk, uhuk." Bima mencari air dan meminumnya.
"Apaan sih kamu Bim!" bentak Intan karena kemuncratan air dari mulut Bima.
"Dasar tu anak baru, aku yang dapat masalah tapi dia yang tampak bersenang-senang," umpat Bima seraya terus makan.
"Eh Bim, kok kamu nggak ngucapin makasih ke aku, kan tadi di ruang rapat aku yang nolongin kamu," ujar Intan.
"Haest, iya-iya makasih, karena udah bantuin biar gajiku dipotong, jadi sekarang, tolong bayarin makananku ya, aku dah kenyang," ucap Bima seraya berlalu pergi.
"Eh Bim! kurang ajar banget kamu!" bentak Intan.
Sore harinya Bima buru-buru pulang dan tak ingin bertemu Tiara. Ia segera membereskan tasnya dan kabur.
Tiara masuk ke ruangan dan tak mendapati Bima di dalam sana. Ia melihat tas kerjanya juga sudah tidak ada.
"Segitunya, sampai ia harus kabur tanpa ngucapin apapun, hah! bener-bener," umpat Tiara padanya.
Wanita itu segera memberesi barang dan ikut pulang. Sesampainya di depan rumah sakit, ia di kagetkan dengan suara klakson mobil.
"Tut, tut, tut." Reno membunyikan klakson mobilnya.
"Ayo masuk Ra, aku antar pulang," ajak Reno.
"Ehmm, aku bisa naik bis kok," tolak Tiara.
"Tu kan, nolak lagi." Reno tampak murung.
"Achh, iya deh aku masuk," ujar Tiara yang tak ingin melihat pria itu murung.
"Hem, gitu dong." Raut wajah Reno berubah senang.
Dari tempat lain. Bima melupakan kunci mobilnya dan ia ingin kembali ke ruangan. Pria itu sempat melihat Tiara masuk ke mobil Reno.
"Kurasa dia berbohong saat bilang tidak mengenal Reno, hubungan mereka tampak terlihat baik, huft," gerutunya seraya melihat mobil itu sampai berlalu pergi.
Bima tak mempedulikan mereka dan kembali mengambil kunci mobil.
Sesampainya di rumah Tiara.
"Makasih, udah nganterin aku," ucap Tiara seraya melepaskan sabuk pengaman.
"Ya udah masuk sana, sampai ketemu besok ya," sahut Reno dan tersenyum.
Tiara mengangguk dan keluar dari mobil itu.
Bibinya sempat melihat Tiara di antar oleh Reno.
Saat makan malam.
"Kenapa kamu harus bersusah payah kerja seperti ini, toh tidak ada hasilnya!" ucap wanita berumur 40 tahunan itu dengan ketus.
"Bi, aku kan baru saja bekerja, sabar lah Bi," bantah Tiara.
"Kenapa kamu tidak menikah saja dengan Reno, dia pria yang baik bukan, dan juga kaya raya," ujar Sari bibinya.
"Ibu ini ngomong apa sih, kenapa membahas itu lagi," bantah suaminya yang selalu membela Tiara.
"Karena Ibu melihat mereka sangat cocok Yah, bukankah kita semua juga tau, bahwa Reno menyukai Tiara sejak lama," jelas Sari.
"Sudah cukup, kuharap Bibi tidak mencampuri urusan pribadiku," bantah Tiara.
"Jelas-jelas dia sudah membantumu sampai sejauh ini, tapi tetap saja kamu menolaknya, apa kamu bodoh Ra!" Ucap Sari lagi.
"Ibuuuu!" bentak suaminya agar istrinya itu diam.
"Tiara udah kenyang." Wanita itu pergi meninggalkan mereka semua dan langsung mengunci diri di kamar.
382Please respect copyright.PENANADhuqSAEIcE
382Please respect copyright.PENANAXXoeTbbnX3