ANDI POV
Setelah menyelesaikan proses check in Aku dan Bu Yasmin berjalan menuju kamar tempat kami menginap. Kamar Kami berada di lantai 8 hotel berbintang 5 yang berada di pusat kota Surabaya. Sepanjang perjalanan menuju kamar dengan menaiki lift nyaris tak ada satupun kata yang terucap dari bibirku, pun begitu dengan Bu Yasmin. Jujur, perasaanku saat ini menjadi tak karuan karena harus tidur sekamar dengan bos besarku. Sekilas Aku melirik wajah ayu Bu Yasmin, masih nampak tenang seolah tak ada beban sama sekali meskipun akan berbagi kamar dengan Aku. Tidak sampai lima menit, kami sudah sampai di depan pintu kamar. Bu Yasmin mengeluarkan kunci elektronik yang dipegangnya dan menempelkannya di atas gagang pintu kamar. Setelah lampu warna hijau menyala, Bu Yasmin pun membuka pintu dan masuk terlebih dahulu.
"Ayo masuk" katanya. Aku pun segera untuk menyusulnya masuk ke dalam kamar.
"Tolong sekalian tutup pintunya ya." pinta Bu Yasmin.
Ruangan kamarnya cukup luas, sekitar enam meter kali enam meter. Begitu masuk kamar, langsung terlihat sofa yang cukup untuk diduduki tiga orang, menghadap langsung ke arah pintu, dan di dinding sebelah kiri terpasang televisi ukuran empat puluh dua inchi yang di bawahnya menempel meja ukuran setengah meter kali tiga meter yang terdapat beberapa cangkir, water heater dan makanan ringan lainnya.
Di sebelah kiri pintu, terdapat lemari untuk menggantung pakaian dan terdapat kotak penyimpanan barang berharga. Sedangkan kamar mandinya di sebelah kanan pintu masuk, tepat berhadapan dengan lemari terdapat kamar mandi ukuran 2,5 meter kali 4 meter. Tempat tidurnya ada di sisi kanan kamar setelah kamar mandi, dengan ukuran queen size dengan meja kecil di sisi kanan dan kirinya. Bu Yasmin meletakkan tas kerjanya di atas meja dekat televisi setelah sebelumnya menyetel settingan AC. Bu Yasmin meletakkan tas koper besar yang Aku duga berisi pakaian ganti miliknya tak jauh dari sisi bagian ranjang, dia berjongkok membelakangiku, sekali lagi Aku bisa melihat padat dan ketatnya pantat bos besarku itu. Janda semok itu lalu berjalan menuju kamar mandi.
"Ngapain berdiri aja Ndi? Kamu nggak capek?" Tanyannya saat melihat Aku masih berdiri mematung tak jauh dari pintu.
"Eh, I..Iya Bu."
Aku langsung menuju sofa, mengambil posisi duduk di tengah-tengah sofa, karena di sisi kanan sofa terdapat tas koper Bu Yasmin yang dalam posisi terbuka, sedangkan kalau duduk di sisi kiri, aku akan kesulitan menonton televisi. Posisi koper sekarang ada di sisi kiriku. Terlihat dari dalam koper susunan pakaiannya masih terlihat rapi. terlihat beberapa potong t-shirt dan kemeja putih warna favoritnya. Yang membuat aku penasaran, di dalam koper itu terdapat pakaian dalam, baik itu celana dalam maupun bra milik Bu Yasmin.
Entah darimana keberanian itu datang, tiba-tiba rasa penasaran datang hingga membuatku mengambil salah satu BH milik Bu Yasmin yang terselip di bawah kemeja kerjanya. Ukurannya besar, jauh lebih besar dibanding milik istriku. Pandanganku kini teralih pada g string hitam, dadaku semakin berdebar kencang saat kancut penutup area kewanitaan milik bos besarku itu kini sudah ada di genggaman.
Ceklek
Pintu kamar mandi terbuka. Buru-buru aku letakkan kembali g-string Bu Yasmin ke tempat semula.
"Kalo mau bikin teh ato kopi bikn sendiri ya Ndi." Ucapnya dengan posisi masih di depan pintu kamar mandi. Aku terbengong sesaat karena Bu Yasmin sudah mengganti pakaian kerjanya dengan lingerie satin warna hitam. Sexy luar biasa.
"I..Iya Bu..." Jawabku pura-pura sedang memainkan ponselku dengan tangan kanan, sambil sedikit menggeser posisi dudukku menjauhi koper.
Bu Yasmin berjalan menghampiri sofa yang aku duduki. Aku tidak terlalu memperhatikan karena aku pura-pura sibuk bermain ponsel dengan menyandarkan kepalaku di sandaran sofa. Semula aku berpikir Bu Yasmin akan mengambil pakaiannya yang ada di koper. Alangkah kagetnya aku tiba-tiba Bu Yasmin sudah berada di depanku, lalu tanpa aba-aba janda semok itu sudah berada di atas pangkuanku.
"Kenapa? Kaget ya?" tanya Bu Yasmin diiringi senyuman menggodanya.
"I, i, iya Bu.." jawabku gugup.
"Ibu? Udah kayak gini masih manggil Ibu?" Katanya sekali lagi, Aku masih ternganga tak percaya dengan apa yang dilakukan oleh bos besarku ini.
"Aku tau dari tadi Kamu penasaran dengan ini kan?" Ucapnya sembari mengambil tangan kiriku dan menempatkannya di payudara kanannya. Rupanya dia memperhatikanku curi-curi pandang ke payudaranya saat makan malam tadi. Namun saat ini tubuhku masih kaku, bingung untuk berbuat apa. Posisi jidatnya sekarang sudah bersentuhan jidatku.
"Cium Gue!" perintah Bu Yasmin disertai bibirnya menyasar bibirku. sudah tak ada lagi rasa malu atau gengsi dalam dirinya, bahkan dia menyebut dirinya sendiri dengan sebutan Gue di hadapanku.
Aku perlahan-lahan bisa menguasai tubuhku. Ciuman Bu Yasmin pun mulai aku tanggapi. Dimulai dengan kecupan-kecupan ringan dan dilanjutkan dengan pagutan-pagutan bibirnya dengan bibirku. Tanganku pun tidak mau ketinggalan. Kuletakan ponselku yang daritadi aku genggam. Kemudian tangan kananku mulai meremas payudara kiri Bu Yasmin yang masih ditutupi lingerie. Sedangkan tangan kiriku memeluk punggungnya dengan mengusap-usap punggung Bu Yasmin. Remasan pertamaku di payudara kirinya cukup membuat Bu Yasmin tersentak keenakan.
Tangan kananku terus meremas-remas payudara kirinya. Payudara besar yang selalu jadi objek obrolan mesum para rekan kerjaku sekarang justru sudah ada dalam penguasaan jemariku. Remasan tanganku pun berganti menjadi usapan-usapan di sekitar putingnya. Puas bermain dengan payudaranya, kedua tanganku pun turun ke bongkahan pantatnya. Aku sedikit kaget, karena pada saat tanganku turun dari punggung ke arah pantatnya, aku tidak menemukan adanya tonjolan garis kain celana dalamnya.
"Nyari celana dalam Gue ya? Udah Gue copot kok." sahutnya dengan nafas tidak teratur, menjawab kebingunganku.
Mendapat jawaban seperti itu, nafsu birahiku pun semakin tinggi. Aku angkat sedikit bongkahan pantatnya sambil kuremas. Kemudian aku tarik ujung bawah lingerie Bu Yasmin sampai dengan pinggulnya, hingga kulit pantatnya sekarang langsung bersentuhan dengan celanaku.
Plak..
Aku tampar pantatnya dengan tangan kananku. Kemudian aku remas kedua bongkahan pantatnya dengan kedua tanganku. Kuusap-usap pantat mulusnya. Perlahan jari tengah tangan kananku mulai bermain di sekitar permukaan lubang anusnya. Mendapat sentuhan seperti itu, pantatnya mulai bergerak liar, bulu-bulu halus di pahanya pun mulai meremang.
"Geli! Sshh hhahh!!" desahnya.
Tidak sampai di situ, jari tengahku merambah ke area vaginanya. Kuusap dengan sentuhan ringan pada paha bagian dalam Bu Yasmin. Kumainkan jari tengahku di ruang antara lubang vagina dan lubang anusnya. Di area itu kurasakan sudah basah, bukan basah karena air, tapi basah oleh cairan lendir sedikit lengket yang keluar dari lubang vaginanya.
Kulanjutkan aktifitasku dengan menusukkan satu ruas jari tengahku ke dalam lubang vaginanya yang sudah basah dan licin. Efeknya cukup membuat Bu Yasmin kembali tersentak dan memekik tertahan serta menghentikan ciumannya pada bibirku. Perlahan aku mulai menggerakkan jari tengahku keluar masuk di lubang vaginanya tapi hanya sebatas satu ruas jari dengan tempo yang bervariasi.
Aku lumat bibir Bu Yasmin yang masih menganga. Kutempatkan tangan kiriku di lehernya, menahan agar wajahnya tidak menjauhiku hingga aku bisa tetap melumat bibirnya. Bu Yasmin juga tidak tinggal diam, tangan kirinya mulai meremas batang penisku yang sudah mengeras tapi masih diselimuti celanaku dan celana dalamku.
Kemudian jemarinya mulai berusaha untuk membuka kancing dan resleting celanaku. Usahanya pun berhasil, kancing dan resliting telah terbuka hingga tangan kiri Bu Yasmin dapat masuk ke dalam celana dalamku. Tangannya pun dengan bebasnya melanjutkan aktifitas meremas batang penisku, tapi kali ini jarinya yang lembut langsung menyentuh kasar.
Jari tengah tangan kananku masih setia bermain di lubang vagina Bu Yasmin. Kali ini jariku juga mencari klitoris Bu Yasmin. Kudorongkan jariku ke arah klitorisnya dengan posisi satu ruas jari masih di dalam vagina. Dorongan jariku berakhir di klitoris Bu Yasmin, lalu kumainkan klitorisnya yang sudah mengeras itu dengan ujung jari.
Tangan kiriku membelai dan mengusap punggung Bu Yasmin, tapi dalam posisi menelusup ke dalam lingerienya, berusaha untuk mencari dan melepaskan kain satin tipis itu. Mengerti akan maksud dan tujuanku, Bu Yasmin mengangkat kedua tangannya ke atas. Kuhentikan sementara aktifitas tangan kananku di vaginanya, dan ikut membantu tangan kiriku untuk melepaskan lingerie yang masih dikenakan Bu Yasmin.
"Wow!" refleks bibirku berbicara sebagai apresiasi kekagumanku atas payudara Bu Yasmin.
"Udah pasti gedean punya Gue daripada istri Lu ya?" tanggapannya sambil mengedipkan mata kirinya.
Terpampang jelas di hadapanku dua bongkahan bulat besar berukuran jumbo , dihiasi bulu-bulu halus dengan areola berwarna coklat gelap dan puting seukuran ujung jari kelingkingku. Kusergap kembali bibir Bu Yasmin dan kucium dengan ganas diiringi permainan tangan kananku yang meremas dan memilin puting kirinya. Ciumanku bergeser menuju pipi kirinya, kemudian ke arah bawah telinga, berlanjut ke leher. Tangan kiriku berada di punggungnya menahan tubuhnya agar tidak terdorong jatuh ke belakang, sementara tangan kananku masih dengan asyiknya memilin dan meremas payudara kiri Bu Yasmin.
Posisi duduknya sudah tidak di atas pahaku lagi, melainkan sudah di pangkal pahaku. Vaginanya tepat berada di penisku yang masih terbalut celana dalam dengan kepala penis sudah sedikit keluar dari bungkusnya. Pinggul Bu Yasmin mulai bergoyang untuk menggesek-gesekkan vaginanya pada batang penisku. Cairan vaginanya membasahi celana dalamku dan kepala penisku. Bu Yasmin mengerang saat puting kanannya kukulum dengan ganasnya. Jari tengah tangan kananku pun beraksi lagi menusuk-nusuk lubang kenikmatannya, membuat gesekannya semakin cepat dan liar.
"Terus, teruussh...!" racaunya.
"Aach aach aach!" desahan Bu Yasmin diiringi gerakan pinggulnya semakin cepat. Kupercepat tusukan jari tengahku. Dan
"Aaacchh...!!!" jerit Bu Yasmin tertahan. Badannya pun mengejang, tangan kanannya menjambak rambutku membenamkan kepalaku dalam payudaranya, tangan kirinya menarik tangan kananku dari area vaginanya.
"Hah? Squirts?" tanyaku takjub. Bu Yasmin hanya tersenyum, menikmati orgasmenya. Tubuhnya masih kaku mengejang dengan tangan kanannya masih tetap menjambak tambutku. Tubuh Bu Yasmin perlahan mulai melemas. Disentuhnya kedua pipiku dengan kedua tangannya. Diciumnya bibirku.
"Jago juga tangan Lu ya?" sahutnya.
"Buka baju, gantian!" Sahutnya lagi. Tangan kanan Bu Yasmin kemudian mengusap perutku. Aku pun melepaskan kemeja yang kupakai dan melemparkannya ke tempat tidur.
5152Please respect copyright.PENANAEMDAUSjAX3
BERSAMBUNG
Cerita "PAKDHE WONGSO" telah tersedia dalam format PDF FULL VERSION dan bisa kalian dapatkan DISINI
ns 15.158.61.5da2