Bu Yasmin mencium bibirku kembali. Melumat bibir atas dan bawahku berulang kali. Perlahan ciumannya berubah menjadi kecupan. Kecupannya bergeser ke pipi, lalu beralih ke leherku. Seiring aktifitas Bu Yasmin itu, posisi duduknya juga mulai bergeser dengan menempatkan bokongnya di ujung kedua pahaku dekat lutut.
Kuarahkan kepalanya dengan tangan kananku ke arah dadaku sebelah kanan. Putingku sebelah kanan merupakan titik yang paling sensitif di bandingkan puting kiriku. Bu Yasmin pun memperlakukan puting kananku seperti halnya terhadap puting kiriku, memainkan ujung lidahnya di putingku dan mengulumnya lembut.
Mendapat perlakuan seperti itu, nafsu birahiku semakin bergejolak. Kumainkan payudara kanan Bu Yasmin dengan tangan kiriku. Keremas dan kupilin-pilin puting kanan atasanku itu. Sementara tangan kananku tetap berada di tengkuknya. Rangsangan demi rangsangan yang diberikan Bu Yasmin kepadaku terus dilakukan. Kecupannya juga menjalar ke arah perutku. Lalu Bu Yasmin menurunkan kaki kirinya dari sofa dan meletakannya di antara kedua kakiku. Dibukanya kaki kanan dan kiriku, kemudian diturunkan kaki kanannya, sehingga sekarang kedua kakinya berada di lantai, di antara kedua kaki dengan menjadikan kedua lututnya sebagai tumpuan badan.
Dilorotkannya celanaku sekaligus celana dalamku sampai sebatas pahaku dengan kedua tangannya. Batang kemaluanku yang telah mengeras kaku pun langsung mencuat menunjuk tegak ke atas begitu terbebas dari himpitan celana dalamku.
"Lumayan juga ya kontol Lo." ucapnya mengusik harga diriku.
"Jangan lihat ukurannya, tapi lihat kemampuannya." sahutku tidak mau kalah. Aku mulai berani menimpali celotehannya.
Dipegangnya batang kemaluanku dengan kedua tangannya yang halus. Dikocoknya perlahan-lahan batang penisku. Matanya terlihat sayu melihat penisku. Ukuran penisku memang tidak berbeda dengan pria Indonesia pada umumnya. Pada saat ereksi kepala penisku yang besar dan mengembang seperti kapala jamur, mengecil dan seperti ada sekat di leher penis, kemudian membesar di batang penis, dan mengecil kembali di pangkal penis. Tapi yang menjadi istimewa adalah urat-urat menonjol pada batang penisku yang membuat istriku terkadang menggelinjang nikmat.
Bu Yasmin mendekatkan wajahnya ke penisku. Melirik ke arahku sebelum akhirnya ujung lidahnya mulai menjilati lubang kencingku. Dimainkan ujung lidahnya di kepala penisku. Dimasukkannya kepala kemaluanku ke dalam mulutnya. Dihisapnya dengan kuat. Lalu Bu Yasmin memainkan kepala penisku dengan lidahnya sambil tetap kepala penisku berada dalam mulutnya.
Dia melanjutkan dengan menjilati seluruh batang penisku. Lalu didorongnya penisku hingga menyentuh perutku. Dijilatinya permukaan bawah penisku, kemudian turun ke bawah dan lidahnya mulai menyusuri buah zakar. Dihisap dan dikulumnya buah zakarku satu per satu. Dimainkannya pangkal buah zakarku dengan ujung lidahnya.
Bu Yasmin mencoba mengangkat kedua kakiku dengan memegang bagian belakang lututku dengan kedua tangannya. Aku pun ikut membantunya dengan mengangkat kedua kakiku dan menekuknya seperti posisi setengah jongkok. Kemudian dimainkannya lubang anusku dengan ujung lidahnya. Disapunya seluruh permukaan lubang anusku.
Kutempatkan tangan kananku di kepala Bu Yasmin. Sambil ku usap rambutnya yang lurus sebatas bahu. Mulutnya mulai menelan penisku. Tidak sampai seluruhnya, mulutnya terlihat kesulitan saat mencapai pertengahan batang kemaluanku yang menggemuk. Terus dia berulang kali memasukkan dan mengeluarkan penisku dalam mulutnya. Aku ingin sedikit memberikan pelajaran kepadanya. Kutahan kepalanya pada saat dia akan mengeluarkan penisku dari mulutnya. Kutekan kepalanya sampai batas maksimal tenggorokkannya.
Grokh
Grokh
Grokh
Terdengar dari mulutnya dan matanya pun melirik ke arahku seolah-olah ingin memprotes tindakanku. Kulonggarkan tekanan tanganku di kepalanya, dia pun kembali mengocok penisku dengan mulutnya. Semakin cepat dia mengocok penisku. Hingga aku merasakan penisku mulai berkedut, menandakan sebentar lagi aku akan mencapai klimaks. Segera kuangkat kepala Bu Yasmin untuk melepaskan mulutnya dari penisku. Lalu kutarik tubuhnya untuk kembali berada di pangkuanku. Tangan kanannya mencoba mengarahkan penisku ke vaginanya. Kutahan badannya agar tidak mendekati batang kemaluanku.
"Nanti dulu, Saya pengen puasin Ibu dulu." Kataku.
"Sekali lagi Lu panggil Gue Ibu, Gue bakal pecat Lu!" Ancamnya tentu itu hanya becandaan, Aku tersenyum tipis menanggapinya.
"Siap Yasmin sayang." Balasku menggoda.
Selanjutnya aku mendudukkan Bu Yasmin ke samping kiriku. Aku pun bangkit dari dudukku. Mengerti apa yang akan aku lakukan, Bu Yasmin membuka lebar-lebar selangkangannya. Sekarang terlihat jelas pemandangan indah dari tubuh Bu Yasmin. Payudaranya yang besar dan perutnya yang mulus dan hampir rata. Vagina Bu Yasmin yang berwarna coklat sedikit gelap itu nyaris gundul seluruhnya, hanya ada bulu kemaluan yang sedikit lebat di bagian atas vaginanya, sedangkan kanan kiri bibir vaginanya bersih dari bulu, pantas saja aku tadi tidak merasakan adanya rambut-rambut halus pada saat memainkan vaginanya dari belakang.
Aku memposisikan diri di depan vaginanya dengan berdiri dengan kedua lututku, kemudian duduk di antara kedua tumitku. Mulai kuciumi paha bagian dalam paha kirinya menuju pangkal pahanya. Kucium dan kukecup perlahan hingga rambut-rambut halus pahanya berdiri merinding. Sudah tercium bau khas milik kemaluan seorang vanita. Kujilati pangkal paha sebelah kiri Bu Yasmin. Kumainkan dengan ujung lidahku. Terlihat vagina Bu Yasmin yang kembali basah oleh cairan kenikmatannya. Desahannya pun kembali terdengar jelas.
"Cepet, jilat meki Gue! Gue udah ngga tahan!!" ucapnya sambil mengarahkan kepalaku dengan tangan kanannya menuju vaginanya.
Aku tidak langsung menuruti permintaannya. Kali ini kumainkan pangkal pahanya sebelah kanan dengan ujung lidahku. Aku sengaja membuatnya sedikit penasaran hingga nafsunya akan semakin meledak. Kembali kukecup dan kucium paha kanannya bagian dalam, kujilati garis-garis halus selulit Bu Yasmin dan balik perlahan mengecup pangkal pahanya sebelah kanan.
Kulingkarkan kedua tanganku melewati kedua pahanya, sehingga kedua paha Bu Yasmin berada di atas lenganku dan kedua tanganku bisa dengan leluasa memainkan kedua payudara Bu Yasmin. Kutarik pantat Bu Yasmin supaya lebih mendekati wajahku. Kumainkan klitorisnya dengan ujung lidahku. Kutekan-tekan dan kusapu dengan ujung lidah.
Terlihat sedikit mulut vagina Bu Yasmin yang telah terbuka berwarna merah sedikit kecoklatan. Kumasukkan lidahku ke dalam lubang kenikmatannya yang sudah basah kuyup itu disertai remasan dan pilinan kedua tanganku di kedua payudaranya. Dia pun meremang sedikit mengangkat pantatnya. Tangan kanannya menjambak rambutku, menahan agar kepalaku tetap berada di vaginanya, tidak mengizinkanku untuk mengehentikan aktifitasku di vaginanya.
Terus dan terus kusapu bagian dalam lubang vaginanya dengan sesekali kuhisap bibir vaginanya dan sedikit kutarik keluar dengan menggunakan mulutku. Kumainkan juga ujung hidungku menekan-tekan klitorisnnya mengikuti irama permainan lidahku, hingga membuat Vagina Bu Yasmin semakin basah. Kuhisap cairan kenimatan yang keluar dari vaginanya.
"Udah cepet, meki Gue makin gatel, masukin kontol Lo.. sshhh haahh!" pintanya. Aku menuruti permintaannya, karena aku pun sudah tidak tahan ingin merasakan penisku di dalam lubang kenikmatannya.
Aku kembali berdiri dengan kedua lututku, dan mendekatkan penisku ke vagina Bu Yasmin. Aku pegang penisku dengan tangan kananku, lalu aku usap bibir vagina dan klitoris Bu Yasmin dengan kepala penisku. Perlahan kudorong penisku untuk masuk ke dalam liang kenikmatannya. Kepala penisku pun berhasil masuk seluruhnya.
Semakin lama semakin dalam kudorong batang kemaluanku ke lubang vaginanya, yang saat ini sudah setengah batang penisku ditelan vagina Bu Yasmin. Aku masih sedikit kesulitan memasukkan seluruh batang penisku, karena bentuk penisku yang menggemuk di tengah batangnya. Tangan kanan Bu Yasmin berada di bawah perutku, menahan goyanganku supaya penisku tidak masuk lebih dalam lagi. Kulakukan terus goyanganku yang mendorong dan menarik penisku ke vagina Bu Yasmin yang semakin lama dinding vaginanya semakin licin. Dengan satu dorongan kuat, kumasukkan seluruh penisku ke dalam liang vaginanya. Duk! kepala penisku terasa menubruk sesuatu, diiringi jeritan dari mulut Bu Yasmin.
"Aacchh..!"
Kudiamkan dulu posisi ini, biar vaginanya terbiasa dengan penisku. Penisku tidak seluruhnya ditelan vaginanya, masih sekitar tiga sentimeter lagi dari pangkal penis yang berada di luar vaginanya. Setelah beberapa saat, kugoyangkan perlahan maju mundur penisku. Vagina Bu Yasmin menjepit rapat penisku. Kupercepat tempo goyanganku dengan kecepatan sedang, dan desahannya pun menjadi semakin kencang.
"Ach ach ach..! Itu ada apaan di kontol Lo?" Racaunya saat merasakan pangkal kepala penisku dan tonjolan urat-urat di batang penisku menggaruk-garuk dinding dan bibir vaginanya. Matanya menatapku sayu, menikmati tusukkan demi tusukkan penisku di lubang kenikmatannya.
Kulingkarkan tangan kananku melalui bawah lututnya kemudian kuremas payudara kirinya dan kupilin-pilin puting kiri Bu Yasmin. Lalu kutundukkan badanku dan kedekatkan wajahku ke wajahnya untuk mencium bibirnya dengan tumpuan tangan kiriku di sofa samping kanan tubuhnya. Terus kucium bibirnya, kumainkan payudara kirinya, kutusuk vaginanya bertubi-tubi.
"Gantian, Gue yang di atas." pintanya. Kami pun berganti posisi. Aku yang duduk di sofa, Bu Yasmin di pangkuanku dengan melipat kakinya di kanan kiri pahaku. Di arahkannya penisku ke bibir lubang kenikmatannya dengan tangan kirinya. Kubantu dia dengan memegang pangkal penisku. Dengan hati-hati Bu Yasmin memasukkan penisku ke vaginanya. Sudah seperdelapan penisku amblas ditelan vaginanya. Digerak-gerakkan pantatnya mencari posisi yang paling nyaman bagi dirinya.
"Duuh.. mentok nih!" sahutnya. Dia pun menahan agar penisku tidak masuk seluruhnya dengan menopang pantatnya di kedua tumitnya. Dirangkulnya leherku dengan kedua tangannya.
"Sshh haahh!!"
Suara desahannya kembali terdengar, seiring goyangannya yang tidak lagi naik turun melainkan menjadi kombinasi maju mundur disertai memutarkan pinggulnya, membuat penisku terasa seperti mengaduk-aduk liang kenikmatannya yang semakin lama kembali licin oleh cairan vaginanya. Kulepaskan ciumanku, dan beralih ke arah payudara kirinya. Kuhisap dan kukulum puting kiri Bu Yasmin.
"Ach ach ach..."
Desahannya tidak terputus dari mulutnya. Goyangan Bu Yasmin semakin liar, kecepatannya pun semakin bertambah, dan semakin lama interval goyangannya semakin pendek. Vaginanya terasa semakin basah dan berkedut-berkedut. Jepitan vaginanya pun semakin kencang. Dan kemudian
"Aaacchhh..!!!"
Pekiknya keras seiring badannya yang mengejang, dijambaknya rambutku sambil didekapnya kepalaku ke payudaranya dengan posisi setengah duduk sehingga penisku terlepas dari lubang vaginanya, disertai semprotan cairan vaginanya yang menyiram penisku yang masih tegak kokoh berdiri.
"Got it. I got it!!" racaunya sambil tetap tidak membiarkanku lepas dari dekapannya. Aku menikmati momen seperti ini, suatu kesuksesan dalam bercinta bila bisa membuat pasangan kita mencapai klimaksnya. Sesuatu yang tidak pernah Aku berikan pada istriku sendiri.
"Udah belum? Ngga bisa nafas nih hehehe..." Ucapku. Dilepaskannya aku dari dekapannya. Dia pun kembali duduk di pangkuanku dengan vaginanya menempel pada bagian bawah batang penisku. Digesek-gesekkannya perlahan-lahan vaginanya, diciumnya berkali-kali bibirku.
"Sekarang giliranku. Doggy ya?" pintaku padanya.
Dia pun bangkit dari pangkuanku, disusul aku pun berdiri dari sofa. Lalu Bu Yasmin mengambil posisi nungging ke arah sofa bagian kanan, dengan bertumpu dengan kedua lututnya dan kedua tangannya berada di lengan sofa bagian kanan. Terlihat bongkahan pantatnya yang bohai dengan lobang anus dan vaginanya yang basah kuyup oleh cairan vaginanya. Aku memposisikan diri di belakangnya. Kunaikkan kaki kananku di sofa di sebelah paha kanannya dengan kaki kiriku tetap berada di lantai. Kuarahkan batang penisku ke vaginanya.
"Gue nggak nyangka kontol Lu seenak ini." Pujinya. Aku hanya tersenyum sebelum kembali menusuk liang senggamanya dengan batang penisku.
Lalu mulai kugoyangkan pinggulku maju mundur dibantu kedua tanganku yang berada di pinggulnya, dan sesekali kutampar dan kuremas bongkahan pantatnya. Kupercepat tusukkan penisku ke vaginanya. Payudaranya yang besar pun turut bergelayutan ke sana kemari sesuai irama goyanganku. Membuatku semakin bernafsu untuk terus mengocok vaginanya dengan penisku. Penisku sudah berkedut-kedut, sebentar lagi aku akan mencapai klimaks. Kupercepat ayunan pinggulku.
"Uuch enak banget!" Kataku. Dan aku pun mendapatkan orgasmeku. Kutusuk dalam-dalam penisku di vaginanya, Bu Yasmin sedikit tersentak. Kusemprotkan cairan spermaku dalam-dalam di lubang vaginanya.
"Banyak banget kayanya." Ucap Bu Yasmin.
"Iya nih, jangan-jangan bisa jadi anak baru." candaku dibalas dengan cubitan tangan kirinya di pinggangku.
Aku cabut penisku dari vagina Bu Yasmin, lalu aku pun duduk bersandar kelelahan di sofa. Bu Yasmin mengambil posisi duduk di pangkuanku dengan membelakangiku. Dia mengambil kedua tanganku dan melingkarkannya di pinggangnya, sementara kepalanya direbahkan di bahu kiriku.
"Lu puas kan? " tanya Bu Yasmin.
"Banget..." Jawabku lirih. Entah kenapa saat momen seperti ini bayangan wajah istriku memenuhi isi kepalaku.
"Makasih ya Ndi, Gue udah lama nggak ngrasain kontol seenak ini." Ucapnya sambil meremas batang penisku yang mulai melemas.
"Aduh duh! Jangan, nanti patah. Kalo patah kan nanti yang rugi Ibu sendiri hehehe..." Kataku meringis kesakitan. Dibalasnya dengan cubitan-cubitan di pinggangku.
"Ndi, mulai sekarang kalo diluar kantor Lu jangan panggil Gue dengan Ibu lagi ya. Gue nggak nyaman."
"Oke Bu, eh, sayang." Sahutku yang kembali disambut dengan cubitan mesra ke arah pinggang.
"Ke kamar mandi yuk, abis itu kita tidur. Udah ngantuk Gue!" Ajak Bu Yasmin sambil bangkit dan menarik tanganku untuk bersamanya menuju kamar mandi. Setelah bersih-bersih kami pun pergi ke tempat tidur dan terlelap dalam keadaan sama-sama telanjang.
5217Please respect copyright.PENANAFmnRPpq6hu
BERSAMBUNG
Cerita "PAKDHE WONGSO" sudah tersedia dalam format PDF FULL VERSION dan bisa kalian dapatkan DISINI
ns 15.158.61.48da2