Setelah mengeringkan rambut dan badannya Ima meraih celana dalam dan BH yang telah dia persiapkan sedari tadi sebelum masuk ke dalam kamar mandi. Kening wanita cantik itu mengrenyit saat tangannya menyentuh permukaan celana dalamnya yang basah dan lengket. Penasaran, perlahan dia mencoba mencium cairan itu. Matanya langsung terbelalak kaget karena aroma cairan yang menempel di celana dalamnya sangat tidak asing, aroma sperma!
Ima menoleh ke arah pintu kamarnya, sedikit terbuka. Istri Andi itu panik bukan main, bergegas dia kembali menutupi tubuhnya yang bugil dengan handuk kemudian perlahan membuka pintu kamarnya lebih lebar lagi. Kosong, tak ada satu orangpun di luar kamarnya. Lalu ini sperma siapa? Hanya ada satu pria di sini, Pakdhe Wongso! Apa tadi pria tua itu mengintipnya dari luar? Bagaimana nanti kalau Pakdhe Wongso bertindak lebih jauh lagi? Pikiran-pikiran buruk itu kini menghantui kepala Imania.
Istri Andi itu segera menutup pintu kamarnya rapat-rapat kemudian menguncinya dari dalam. Pikirannya kalut, ketakutannya pada sosok Pakdhe Wongso kembali menyeruak menyesaki rongga dadanya. Tak hanya mantan napi, tapi juga cabul! Apa yang harus dia lakukan sekarang? Mereka berdua kini tinggal satu atap, hanya dirinya dan pria tua itu saja. Imania mencari keberadaan ponsel miliknya, setelah mendapatkannya segera dia menelepon suaminya. Hanya terdengar nada dering tanpa jawaban, Andi tak mengangkat telpon dari istrinya. Imania semakin panik.
***
Sementara itu di tempat lain Andi terlihat gusar, penerbangannya menuju Surabaya terpaksa dibatalkan karena cuaca buruk. Pria berkacamata minus itu beberapa kali berjalan mondar-mandir di area tunggu sambil mengetikkan chatt pada ponselnya. Gagal terbang itu artinya dia gagal melaksanakan tugas dari Bu Yasmin, manager operasional di tempatnya bekerja, untuk menemui salah satu vendor ternama asal Singapura yang kebetulan sedang singgah di Surabaya untuk menghadiri pameran industri.
Andi pantas untuk khawatir, selain karena ini adalah tugas dinas keluar kota pertamanya setelah naik jabatan menjadi eksekutif marketing tapi juga karena ketakutannya pada kemarahan Bu Yasmin yang terkenal sangat judes dan tak pandang bulu dalam menjatuhkan sanksi pada anak buahnya yang gagal menjalankan tugas. Baru menjabat eksekutif marketing selama 1 bulan dan harus dipecat tentu bukan hal yang diinginkan oleh Andi, apalagi dirinya baru saja melangsungkang pernikahan dengan Imania. Apa jadinya nanti jika dirinya harus menjadi pengangguran sementara dulu sebelum menikah dia sudah meminta Imania untuk berhenti bekerja dan fokus menjadi Ibu rumah tangga.
Andi kembali menatap layar ponselnya, barisan kalimat yang telah dia ketik sedari tadi kembali dihapus. Andi masih tak berani mengirim pesan singkat itu pada Bu Yasmin. Lalu tiba-tiba ponselnya berdering, nama "Bos Besar" terlihat pada layar ponsel suami Ima itu. Andi menghela nafas panjang, mengumpulkan keberaniannya untuk mengangkat telepon dari Bu Yasmin.
"Ha..Halo Bu."
"Kamu gagal terbang kan? Kembali ke kantor sekarang! Aku tunggu!" Andi mengrenyitkan dahi, darimana Bu Yasmin tau kalau dirinya gagal berangkat ke Surabaya?
"I..Iya Bu. Ta..Tapi saya masih bisa ke Surabaya sekarang Bu."
"Naik apa? Superjet? Udah sekarang Kamu balik ke kantor, percuma ke Surabaya sekarang, nggak bakal ketemu juga dengan Mr.Shin." Terdengar suara Bu Yasmin makin ketus.
"Ba..Baik Bu. Saya segera ke kantor sekarang."
Telepon terputus, begitu pula dengan harapan Andi agar bisa dimaafkan karena gagal menemui pemilik salah satu vendor di Surabaya. Andi teringat bagaimana nasib Yoga, salah satu temannya dulu di bagian marketing regional yang langsung dipecat oleh Bu Yasmin hanya karena salah menyiapkan slide presentasi meeting evaluasi mingguan. Suami Ima itu mengutuki dirinya sendiri, bayangan tentang caci maki serta kemarahan sekaligus vonis pemecatan dari bos besarnya sudah mulai tergambar jelas di dalam kepalanya.
***
Setelah mandi dan membersihkan diri, Wongso kembali keluar dari kamar yang telah dipersiapkan untuknya. Pria paruh baya itu lalu duduk di sofa dan menonton berita di televisi, berharap bisa sejenak melepaskan hasrat birahinya yang liar kepada istri keponakannya sendiri. Tidak lama kemudian, Wongso mendengar suara lembut dari atas tangga. Ima turun dengan mengenakan celana jins dan t-shirt berwarna putih. Tak seperti tadi, raut wajah Ima terlihat murung nyaris tak ada keceriaan sama sekali.
"Nduk, tadi Andi telepon. Katanya hari ini dia tidak bisa pulang karena ada tugas mendadak ke luar kota." Kata Wongso, Ima sesaat terkejut. Bagaimana mungkin Andi malah lebih memilih mengabari Pamannya daripada istrinya?
"Oh, iya Pakdhe." Sahut Ima singkat tanpa menyembunyikan kekecewaannya.
"Katanya dia harus langsung lembur dan berangkat ke luar kota malam ini juga. Baru pulang hari Minggu sore. Untuk keperluan bisnis atau yang lain, Pakdhe kurang paham." Lanjut Wongso menjelaskan.
Wongso mendengar gerutu kecil dari Ima tentang kebiasaan Andi yang mulai jarang pulang dan lain sebagainya. Tak lama kemudian Ima turun ke ruang keluarga kemudian melangkah menuju dapur. Wongso hanya bisa menatap takjub penampilan Imania yang indah itu. Ima memakai t-shirt putih tanpa lengan yang membuat buah dadanya terlihat menonjol menantang dipadu celana jeans yang hampir tidak sampai ke pinggulnya. Dari belakang, Wongso bisa mencuri pandang belahan pantat Ima. Rambut indah panjang Ima diikat kucir kuda membuat si cantik itu tampak lebih menggoda. Wongso menahan diri dan kembali menatap layar televisi.
Ima mulai menyiapkan makan malam, tak lama Wongso ikut menyusulnya ke dapur untuk melihat apakah dia bisa membantu Ima. Sekitar dua puluh menit memasak dan bercakap-cakap, makanan pun siap. Tak disadari oleh Ima kalau sedari tadi Wongso memanjakan mata dengan mengamati setiap lekuk tubuh Ima dari atas sampai bawah saat dirinya memasak. Pantatnya yang bulat dan montok itu makin terlihat sempurna karena ketatnya celana jeans yang dikenakan. Saat mengambil bumbu di atas lemari, celana dalam putih yang dipakai Ima sedikit terangkat dan terlihat oleh Wongso. Lelaki tua itu mengira jika itu adalah celana dalam yang dia gunakan tadi untuk masturbasi.
Wongso langsung membayangkan nikmatnya menubruk tubuh Ima, membungkukkan tubuh si cantik itu ke depan, dan melesakkan penisnya ke dalam vagina Ima sementara tangannya meremas-remas payudara istri keponakannya itu. Lamunan itu sirna begitu Ima berbalik dan memberikan tatapan sinis.
***
Andi sedikit berlari menuju ruang kerjanya yang sudah sepi, di depan hanya ada beberapa petugas securtiy yang berjaga sementara karyawan lain tentu sudah pulang ke rumah masing-masing karena waktu sudah menujukkan pukul 8 malam.
"Andi!" Pria berkacamata minus itu dikagetkan oleh suara perempuan yang sedari tadi menghantui kepalanya. Bu Yasmin, kepala wanita berusia 37 tahun itu nongol dari celah pintu ruang kerjanya, raut wajahnya dingin seperti biasanya.
"Ke ruang kerjaku sekarang!" Lanjut Bu Yasmin sebelum kembali masuk ke ruang kerjanya. Andi bergegas menuju ke sana.
"Ba..Baik Bu."
Andi membuka pintu ruang kerja bos besarnya itu, sebuah ruangan dengan cat dominan warna biru laut. Tak banyak pernak-pernik yang terlihat di ruang kerja Bu Yasmin, di dinding hanya terdapat satu buah pigura berisi sebuah piagam penghargaan yang diperoleh oleh janda satu anak itu saat melakukan tugas ke luar negeri. Sementara di meja kerjanya hanya ada sebuah laptop merk ternama dan sebuah foto Bu Yasmin dan seorang gadis berusia belasan tahun.
"Duduk." Perintah Bu Yasmin saat melihat Andi hanya berdiri mematung di depan meja kerjanya dengan raut wajah cemas. Pria berkacamata minus itu langsung meraih kursi kemudian melakukan apa yang baru saja diperintahkan oleh sang bos besar.
"Maaf Bu, Saya gagal ke Surabaya. Ta..tapi itu bukan karena kesalahan Saya, pihak maskapai penerbangan yang membatalkan keberangkatan pesawat secara sepihak, sementara..."
"Iya Aku tau." Potong Bu Yasmin sebelum Andi melanjutkan pembelaan dirinya. Andi tercekat, apalagi mata Bu Yasmin masih menatap wajahnya dengan dingin seolah siap untuk menerkamnya hidup-hidup.
"Pertemuan dengan Mr.Shin ditunda besok sore, Aku sudah mengkonfirmasinya." Andi akhirnya bisa bernafas lega, setidaknya kegagalannya hari ini untuk berangkat ke Surabaya tak membuatnya dipecat.
"Ja..Jadi Saya tidak dipecat Bu?" Tanya Andi dengan polosnya, Bu Yasmin sampai mengrenyitkan dahi setelah mendengar pertanyaan itu.
"Pecat? Karena pesawat gagal terbang? Come on, Aku nggak sejahat itu dengan bawahanku." Andi meneguk ludahnya sendiri, ada kelegaan setelah mendengar kalimat yang meluncur mulus dari bibir tipis bos besarnya itu. Karirnya terselamatkan kali ini.
"Terima kasih banyak Bu, Saya jadi lega dengernya." Andi mulai bisa tersenyum, ketegangannya perlahan mulai memudar.
"Besok kita ke Surabaya berdua, Mr.Shin ingin Aku ikut dalam pertemuan. Ada beberapa hal draft kontrak yang perlu diperbaiki. Ini coba Kamu cek." Bu Yasmin menyerahkan sebuah berkas pada Andi, pria itu kemudian langsung melihatnya.
"Ada beberapa detail yang perlu dirubah, Kamu kerjakan sekarang. Jadi besok kita berangkat ke Surabaya dengan tenang." Lanjut Bu Yasmin.
"Ba..Baik Bu. Saya akan kerjakan sekarang juga."
***
Imania kembali masuk ke dalam kamarnya, wajahnya bersungut karena tak tahan sedari tadi mata jelalatan Wongso seolah tengah menelanjangi dirinya saat menghabiskan makan malam. Pria tua itu seperti tak merasa sungkan melakukannya di dalam rumah orang yang bersedia menampungnya. Wanita cantik itu lalu meraih ponselnya, menelepon Andi. Nada dering terdengar beberapa saat sebelum suara Andi terdengar dari ujung telepon. Imania sedikit bisa bernafas lega.
"Halo Dek, maaf tadi Aku lagi buru-buru nggak sempet ngangkat teleponmu. Oh ya, Pakdhe udah nyampek kan?" Cerca Andi dari balik sambungan telepon.
"Iya Mas. Udah dateng kok orangnya." Jawab Ima dengan malas. Andi tahu betul ada yang salah dengan istrinya hanya dari mendengar suaranya saja.
"Ada apa Dek? Ada masalah dengan Pakdhe Wongso?" Tanya Andi.
"Aku nggak tahan Mas, baru juga beberapa jam disini dia udah berani kurang ajar kepadaku! Matanya itu kalo ngliat Aku udah kayak mau nerkam aja! Aku takut Mas!" Cerocos Ima menumpahkan segala macam kesebalannya pada Wongso.
"Sabar Dek, tenang dulu..."
"Nggak bisa Mas! Aku udah nggak tahan! Apalagi tadi setelah mandi, Aku.." Ima tak meneruskan kalimatnya, membuat Andi penasaran.
"Habis mandi kenapa Dek?"
"Ehmmm, nggak apa-apa Mas. Lupain. Mas Andi udah makan? Ini udah nyampek Surabaya?" Ima berusaha mengalihkan pembicaraan, memberitahu tentang "tragedi" sperma asing yang menempel pada celana dalamnya tadi tentu bukan pilihan bijak untuk saat ini. Ima tidak ingin membuat pikiran Andi ikut bertambah kalut.
"Masih di kantor ini Dek. Tadi penerbanganku di cancel karena cuaca buruk. Besok baru berangkat ke Surabaya." Jelas Andi.
"Loh? Jadi Mas Andi bisa pulang sekarang kan?" Mata Ima mendadak berbinar, ketakutannya akan tinggal seorang diri bersama pria tua bernama Wongso akan segera sirna karena suaminya tak jadi ke luar kota.
"Sepertinya malam ini Aku harus tidur kantor Dek. Aku dapat tugas untuk beresin draft kontrak perjanjian dengan vendor. Nggak apa-apa ya Dek?"
"Yah Mas...." Desah kekecewaan langsung terlontar dari bibir Ima, bayangan wajah mesum Wongso kembali menyergap isi kepalanya.
"Sabar ya Dek, biar nanti Aku bilang ke Pakdhe Wongso agar lebih ramah lagi sama Kamu."
"Nggak usah Mas, Aku nanti jadi yang nggak enak sama dia." Cegah Ima.
"Terus Kamu maunya gimana Dek?" Tanya andi bingung.
"Aku mau Kamu segera pulang Mas biar Aku nggak takut dan khawatir kayak gini." Ucap Ima lirih.
"Iya Dek, Aku pasti pulang setelah urusan kerjaanku ini beres semua. Kamu tau sendiri kalo Aku baru naik jabatan, Aku pengen ngasih kesan baik untuk bosku. Ini semua juga demi kita Dek, demi rumahtangga kita."
"Iya Mas, Aku ngerti."
"Makasih ya Dek, Kamu selalu bisa ngertiin Aku."
Setelah mengobrol beberapa saat pasangan suami istri yang baru saja menikah 1 tahun yang lalu itu akhirnya mengakhiri panggilan telepon. Ima menghela nafas panjang, malam ini akhirnya dirinya harus tidur satu rumah dengan seorang mantan napi yang cabul.
7149Please respect copyright.PENANAg88usRMY6l
*BERSAMBUNG*
Cerita "PAKDHE WONGSO" sudah tersedia dalam format PDF FULL VERSION dan bisa kalian dapatkan di KARYAKARSA
ns 15.158.61.51da2