Kedua toketku terus disedot Bang Ujang secara bergantian. Membuatku semakin tak mampu mengontrol hasrat dan diriku ini. Cairan memekku sudah terasa di ujung, sudah hampir keluar namun tetap berusaha aku tahan. Putingku yang ditindik ini terus dihisap.
Tubuhku sampai gemeteran, dan Bang Ujang tentunya bisa melihat dan merasakan getaran tubuhku yang semakin lama semakin hebat. “Aaahhh! Baang! Aku mau keluaar! Baang! Aaahhh! Aaahhh! Sudah gak tahan! Aku sudah di ujung, Bang! Aaahhh! AAAHHHH!!”
Tak sengaja aku berteriak sangat keras, diiringi dengan cairan orgasmeku yang menyembur keluar. Hanya dengan kedua toketku yang dihisap ganas oleh Bang Ujang. Dia berhasil membuatku menyemburkan cairan cintaku ini. Aku terkencing kencing saat itu.
Berkali kali cairanku menyembur keluar dengan derasnya. Kedua putingku sudah basah penuh dengan air liur Bang Ujang. Namun aku ketagihan kedua toketku disedot olehnya. Rasanya aku tak ingin kedua toketku berhenti disedot. Aku suka nenenin cowo.
Namun pada akhirnya Bang Ujang melepaskan putingku dari mulutnya. Dia memperhatikan wajahku yang penuh keringat dan memerah. “Kamu kalo lagi ngocor begini, keliatan makin cantik. Wajah kamu sampai merah keringat, kamu terlihat tambah seksi.”
“Haahhh… Haahhh… Makasih banyak, Bang. Aku sampai keluar cairan 3 kali barusan. Saking gelinya putingku kalo dihisap. Sampai bisa bikin aku orgasme seperti ini. Sekarang giliran aku ngisep kontolnya Bang Ujang,” jawabku yang aku sadar, kalo ini adalah giliranku.
“Sambil aku jilatin juga memek kamu yaa, Neng. Biar kita berdua sama-sama enak. Kita pakai gaya 69 aja, biar kamu bisa nyedot kontol Abang. Dan Abang bisa ngisep vagina Eneng,” kata Bang Ujang yang minta pakai gaya 69. Tanpa ragu aku menuruti keinginan dia.
Bang Ujang pun tiduran di atas kasurnya, dan aku seketika duduk menaruh lubang memekku tepat di atas mulut Bang Ujang. “A-Aaahhh… Maaf yaa, Bang. Kalo memek aku udah basah banget. Soalnya aku baru selesai orgasme. Aku bakal bikin Bang Ujang ngecrot.”
Bang Ujang pun terasa lidahnya masuk ke dalam lubang vaginaku. Dia memiliki teknik hisapan yang berbeda. Jika pria lain menjilati dan menghisap klitoris, kalo Bang Ujang lidahnya yang masuk ke lubang vaginaku. Dan lidahnya menari nari di dalam memekku ini.
Sesaat setelah Bang Ujang memulai permainan lidahnya, aku pun membungkuk ke depan. Tanpa ragu aku lahap kontol Bang Ujang, aku masukkan ke dalam mulutku. Kontol sepanjang 15 cm itu langsung aku kocok dengan cepat menggunakan mulut kecilku saat itu.
Kepalaku terus bergerak naik turun mengocok kontolnya. Lidahku juga ikut bergerak menjilati lubang kencingnya yang terasa asin. Dan rahangku tak lupa ikut menghisap dan menyedot kuat batang kontol Bang Ujang. Aku sudah sangat terlatih nyepong kontol pria.
Aku sudah melakukannya sejak 5 tahun yang lalu. Kontol pertama kali yang aku hisap, adalah kontol anak punk jalanan yang hitam dan bau. Setiap hari tanpa henti, aku dipaksa untuk menghisap kontol mereka satu persatu. Dan mereka semua ngecrot di mulut.
Saking baunya kontol mereka, aku sampai terbiasa dengan sendirinya dengan aroma kontol lelaki. Bahkan aku sudah membiasakan diri, dengan aroma kontol pria sebau apapun itu. Aku pasti biasa menahannya karena sudah terlatih. Di usiaku yang masih 17 tahun ini.
Aku sudah pernah menyedot ratusan kontol lelaki. Dari anak punk, tukang becak, pedagang bakso, tukang bengkel, sampai guru guru dan kepala sekolahku. Masalah nyepong jangan tanya, aku sudah sangat terlatih. Pengalaman mengajarkan aku dan melatih aku.
“Slurrrppp!! Slurrrppp!! Slurrrppp!! Slurrrppp!! Slurrrppp!!” Aku terus menyedot kontol Bang Ujang dengan penuh pengkhayatan. Ketimbang kontol anak punk jalanan, milik Bang Ujang termasuk bersih dan tidak berbau. Membuatku bisa menikmati kontolnya itu.
Kepalaku bergerak naik turun semakin cepat mengocok batang kontol Bang Ujang. Sementara di saat yang sama, aku juga merasakan geli dan kenikmatan yang besar. Atas permainan lidah Bang Ujang di lubang memekku. Aku yang baru saja selesai orgasme tadi.
Seketika memekku becek lagi saat lubang vaginaku terus disedot oleh Bang Ujang. Cairan vaginaku kembali mengalir keluar sedikit demi sedikit. Rasa nikmat yang aku rasakan di lubang memekku, membuat aku semakin ganas dan bernafsu menyepong Bang Ujang.
Aku melampiaskan rasa nikmat yang aku terima di kontol Bang Ujang yang ukurannya cukup besar. Aku masukkan seluruh kontolnya ke mulutku, sampai hanya tersisa pangkalnya saja. Aku kocok kontolnya semakin cepat, tak aku beri ampun sedikit pun dia.
“Mmmhhh!! Mmmhhh!! Mmmhhh!! Slurrrppp!! Slurrrppp!! Slurrrppp!! Mmmhhh!!” Aku mengerang sambil terus menyedot kontolnya. Baru 3 menitan kami berdua berada dalam posisi ini, namun cairan vaginaku terasa mau keluar lagi. Aku sekarang lemah banget.
Bang Ujang saat itu juga sudah mengerang, namun erangannya masih terdengar pelan. Justru aku yang udah mengerang keras gak karuan, memekku yang udah orgasme ini. Bisa dengan mudahnya dibuat becek lagi hanya dalam beberapa menit. Aku malu banget.
Memang dalam seks aku bukan lah tandingan Bang Ujang. Karena dia udah berpengalaman, dia dulu pernah nakal dan seks bebas. Udah banyak perempuan yang pernah dia entot. Dan aku salah satunya, yang sekarang jadi bagian dari budak seks dia.
Sampai akhirnya aku tak kuat lagi menahan hisapan bibir Bang Ujang di vaginaku. Aku berusaha untuk mengangkat pantatku saat itu. Namun tiba tiba pinggangku ditahan oleh Bang Ujang. “Mmmhhh! Mmmhhh! Slurrrppp!! Mmmhhh! Mmmhhh! Mmmhhh!”
Aku panik waktu pinggangku ditahan pakai kedua tangannya. Aku sama sekali tak bisa mengangkat pantatku sedikit pun. Aku berjuang keras agar kontol Bang Ujang gak terlepas dari mulutku. Jika aku sampai keluar lagi, aku harus fokus bikin Bang Ujang ngecrot.
Kakiku terasa gemetar hebat, dan getarannya terasa sampai ke pinggang. Cairan vaginaku sudah terasa menumpuk di kantung kemihku. Hisapan mulut Bang Ujang semakin kuat dan ganas. Apa lagi saat dia menahan pinggangku, vaginaku jadi makin nempel kuat.
Jadi makin menempel kuat di mulutnya, aku pun sudah tak kuasa menahan cairanku keluar. Akhirnya aku lepaskan kontol Bang Ujang dari mulutku. Aku langsung bangun dan duduk di wajah Bang Ujang. “Aaahhh! Baang! Baang! Kamu kenceng banget ngisepnyaa!”
Bang Ujang sama sekali tak peduli dengan racauanku saat itu. Aku sampai menjerit jerit sakit gak kuat menahan hisapan mulutnya. Meskipun kedua putingku ini termasuk area sangat sensitif, tapi lubang memekku gak kalah sensitifnya dari putting aku yang ditindik.
“Bangg! Bangg! Ampuun! Ampuun! Aaahhh! Abaang! Abaang! Abang mulutnya nakal bangeet! Aaahhh! Aaahhh! Aku mau muncrat, Baang! Aku sudah gak kuat! Aaahhh!! Aaahhh!! Abaanggggg!! AAAHHHHHH!!!!” Aku pun akhirnya orgasme lagi kedua kalinya.6170Please respect copyright.PENANACoB4Ju4qD4
6170Please respect copyright.PENANAwTjK0l4x3n