“A-Aaahhh… Bapaakk… Jilatan lidah Bapak geli banget. Aaahhh… Aaahhh… Paakk…” Aku mendesah penuh nikmat di ruang kepala sekolahku. Aku mengangkang lebar di atas meja kerjanya. Dengan rok seragamku yang aku singkap sampai ke pinggangku saat itu.
“Slurrrppp… Slurrrppp… Vaginamu bersih sekali, Zaina. Slurrrppp… Slurrrppp… Berwarna merah muda basah. Sangat langka untuk Bapak bisa menghisap vagina secantik ini,” kata kepala sekolahku, yang berperut buncit, berkacamata, dan bertubuh pendek itu.
Orang orang mengenalku sebagai gadis jilboobs yang miskin. Di mana aku selalu memakai seragam kemeja yang ketat, yang sudah aku pakai sejak awal masuk sekolah. Di mana bahkan seragam yang aku kenakan ini, juga sumbangan dari alumni sekolahku juga.
Yang di mana tubuh alumni itu lebih kecil dariku. Namaku Zaina Rahmasari. Usiaku saat ini 17 tahun, aku memiliki ukuran toket 38D. Dengan tinggi tubuh sekitar 158 cm saja. Aku wanita berkulit putih, keturunan dari kedua orang tuaku yang berkulit putih juga.
Sayangnya mereka berdua sudah wafat sejak aku kelas 1 SMP. Kedua orang tuaku menjadi korban kecelakaan mobil, yang menewaskan mereka berdua beserta supirnya. Sebenarnya kedua orang tuaku adalah orang berada, mereka berdua terbilang mapan.
Tapi pasca 5 tahun akan kepergian mereka, harta benda yang mereka tinggalkan sudah habis. Bahkan keluarga ayah dan ibuku, mereka ikut berebut harta warisan yang ditinggalkan kedua orang tuaku. Meninggalkan hanya sedikit saja sisa harta untuk kami.
Berupa rumah seluas 200 meter yang sudah mulai usang dan rusak. Tujuanku datang ke ruang kepala sekolah, karena aku sudah menunggak sekolah selama 6 bulan. Aku dipanggil kepala sekolah, dan aku sudah tau harus melakukan apa. Aku membayar sekolah.
Dengan menyerahkan tubuhku kepada kepala sekolah ini. Di mana setiap satu minggu sekali, aku harus datang ke ruangannya hanya untuk dientot olehnya. Tapi dia menjanjikan aku tak perlu bayar uang sekolah lagi sampai lulus. Aku jadi pelacurnya saat ini.
“Aaahhh… Aaahhh… Paakk… Nikmaat. Hisap klitoris saya lebih kuat, Pak! Aaahhh… Aaahhh… Saya udah beceek,” jeritku yang menikmati permainan lidah kepala sekolahku. Aku menikmatinya, dan aku memang sudah masuk ke dalam pergaulan bebas sejak lama.
“Tenang, sayaang. Slurrrppp… Slurrrppp… Slurrrppp… Akan Bapak kuat kamu kejang kejang seperti kemarin. Slurrrppp… Slurrrppp…” Pak Herman yang menjadi kepala sekolahku. Terus saja menjilati dan menghisap memek aku tanpa henti. Aku menggeliat.
Kedua putingku semakin mengeras dan membesar, kedua putingku yang berbentuk mancung ini seketika menjadi sangat keras dan bertambah besar. Aku harus akui bahwa aku adalah gadis jilboobs binal. Sejak lama aku sudah sering dilecehkan oleh banyak orang.
Awalnya aku merasa kecewa, sedih, dan menderita. Namun lama kelamaan aku menikmatinya, karena aku sama sekali tak bisa melawan mereka. Aku sekarang tinggal bersama kedua adik perempuanku. Dan aku tinggal dengan nenekku yang sudah sakit parah.
Memaksaku untuk bekerja serabutan di berbagai tempat. Aku pernah berdagang minuman di lampu merah 3 tahun lalu. Yang membuatku sering ketemu anak punk jalanan. Aku dilecehkan oleh mereka, kedua toketku diremas dari belakang. Dan aku dientot mereka.
Aku dientot beramai ramai sampai memekku penuh dengan sperma mereka. Hal ini terus terjadi selama beberapa bulan, sampai aku pindah ke pekerjaan lain karena berjualan minuman sudah tak mencukupi. Aku pindah kerja di warnet, menjadi operator warnet.
Sialnya aku memang tinggal di tempat lingkungan yang benar benar buruk. Di mana warnet tempat aku berjaga, penuh dengan rokok, miras, dan narkotika. Alhasil setiap hari aku dientot oleh berbagai pengunjung yang datang ke sana. Warnetnya buka 24 jam juga.
Dan karena aku pagi sampai sore sekolah, akhirnya aku hanya bisa berjaga setelah jam 8 malam sampai jam 3 pagi. Berujung aku dientot setiap hari di sana, dan ketika aku berjaga di warnet lah aku mulai menjadi semakin binal. Mereka juga sangat royal ke aku.
Meski aku dientot setiap hari, mereka termasuk lingkungan orang yang lebih punya duit ketimbang anak punk jalanan. Jadi setiap kali dientot, aku dikasih uang meski tak banyak. Setiap orang ada yang kasih 20 sampai 50 ribu. Tapi yang ngasih bisa 5 orang lebih.
Sering juga aku dikasih makanan, dan dari hasil itu aku bisa biayain sekolahku dan kedua adikku. Tapi sayang aku hanya bisa bekerja satu tahun di sana. Karena warnetnya harus tutup digrebek oleh kepolisian. Laporan dari warga yang risih akan warnet kami.
Dan yang terakhir di tempat aku kerja sekarang, aku kerja di bengkel dekat rumah. Sampai sekarang aku masih bekerja di sana. Dan tak ada bedanya di tempat sebelumnya, aku sering jadi korban dientot sama pelanggan yang datang. Iyaa begitu lah nasibku saat ini.
Aku menikmati permainan lidah kepala sekolahku, memekku semakin becek dan terasa cairan memek aku terkumpul di kantung kemih. “Aaahhh! Bapaak saya mau keluaar! Aaahhh! Aaahhh! Bapaak! Hisapan mulut Bapak kuat banget! Saya mau muncrat! Aaahhh!”
Pak kepala sekolah semakin liar menghisap dan menjilati vaginaku. Aku merasakan klitorisku terus dirangsang menggunakan lidahnya. Lidahnya terus bergerak naik turun membuat aku semakin tak karuan. Tubuhku terasa merinding semua, tak bisa lagi ku tahan.
Tiba tiba Pak kepala sekolah memeluk pinggangku. Dia tekan vaginaku menggunakan wajahnya. Bibirnya semakin menempel kuat di lubang vaginaku. “Ampuun! Ampuun, Pak! Aaahhh! Aaahhh! Aku sudah gak kuat! Aku sudah gak tahan! Aaahhh! Aaahhh! Aaahhhh!!!”
Aku berusaha menahan suaraku, agar tak terdengar oleh orang orang lingkungan sekolah. Yang lebih gilanya lagi, dia melakukannya saat jam pelajaran sekolah berlangsung. Cairanku seketika menyembur keluar, aku menikmatinya sambil menutup mulutku kuat.
Tubuhku terasa gemetar hebat, cairan orgasmeku muncrat sampai beberapa kali. Yang setiap semburannya terasa sangat nikmat, bahkan sampai pinggangku terangkat sendiri saking tak kuasa aku menahan nikmatnya. Pak kepala sekolah berhenti menjilati aku.
Dia sekarang mengeluarkan batang kontolnya dan bersiap untuk mencoblos memek aku pakai kontolnya itu. Sayangnya karena bertubuh gendut, kontol Pak kepala sekolah berukuran kecil dan pendek. Tapi masa bodo lah, yang penting uang sekolahku bisa lunas.
“Lepas kancing kemeja kamu, sayang. Tunjukkan kedua belah dadamu yang indah itu. Bapak sudah tak sabar ingin menghisap kedua putingmu,” katanya dan aku menurut. Aku lepas kancing demi kancing kemejaku yang ketat ini. Hingga seluruh kancing terlepas.2663Please respect copyright.PENANAgTfNxeg7rR
2663Please respect copyright.PENANA2ihjSQQEOB