Terlihat belahan toketku yang masih tertutupi bra warna putih. Bra warna putih yang sudah berubah menjadi usang. Di rumah, aku hanya memiliki 3 buah bra. Itu pun hasil sumbangan dari tetanggaku. Yang bahkan branya sekarang sudah hampir tak muat lagi.
Kalo di rumah atau ketika aku sedang bekerja, aku tak pernah memakai bra. Aku memilih untuk mencuci dan menjemur seluruh bra yang aku miliki. Dan hanya memakainya di kegiatan formal dan penting. Aku tarik bra warna putih yang aku kenakan ke bawah.
Hingga kedua toketku mencuat keluar tepat di hadapan Pak Herman. Kedua bola matanya seketika terbelalak. Dia memperhatikan kedua belah toketku sambil mengocok kontolnya. “Luar biasa, payudara yang sangat halus, mulus, dan putih. Sangat menggiurkan.”
Mendengar perkataan Pak Herman, aku tersenyum kecil dan membusungkan dadaku ke depan. “Silahkan, Pak. Siang ini tubuh saya milik Bapak sepenuhnya. Kedua toket saya sudah siap untuk Bapak hisap hingga puas,” kataku yang sengaja menggoda kepala sekolah.
Pak Herman terlihat gemas tak mampu menahan hasratnya lagi. Dia sedikit membungkuk ke depan, dan langsung melahap toket sebelah kananku. Kedua toketku yang berbentuk bulat layaknya melon ini dihisap oleh bibir kakek tua ini. Aku hanya bisa pasrah.
“A-Aaahhh… Nikmat sekali, Paak. Aaahhh… Aaahhh… Toket saya sudah menunggu untuk dihisap Bapak. Aaahhh… Mmmhhh… Mmmhhh… Aaahhh…” Aku mendesah gak karuan, menikmati setiap hisapan demi hisapan yang dilancarkan Pak Herman di toketku.
Sungguh ini tidak lah mudah, menyusui kepala sekolah sambil menutup mulutku. Menahan desahan agar tak bersuara keras. Sementara Pak Herman menyedot putingku seperti bayi yang sedang kehausan. Putingku digigit kecil olehnya, dan terus disedot kuat.
Lidahnya yang nakal juga terus bergerak menjilati putingku yang semakin mengeras. Aku yang baru saja orgasme karena klitorisku dijilati olehnya. Seketika memek aku becek lagi akibat jilatan lidahnya saat itu. Nafasku mulai memburu, tak kuasa menahan nikmatnya.
“Aaahhh… Bapaak… Hisap toket saya sepuas Bapak. Aaahhh… Aaahhh… Minum susu saya yang banyak yaa, Pak. Aaahhh… Minum susu saya yang puaas. Aaahhh… Aku suka putingku disedot sama Bapak,” kataku lagi yang mulai menjadi semakin liar tingkah lakuku.
Aku memang sekarang sudah bertransformasi menjadi gadis jilboobs yang binal. Bahkan aku tak segan menunjukkan kebinalanku di depan banyak orang. Di kelasku, sudah ada beberapa teman sekelasku yang pernah nenen sama aku. Pernah menyedot toketku ini.
Untungnya karena setiap hari aku melakukan aktivitas fisik yang berat. Kedua toketku tak pernah kendor sedikit pun, meski sudah puluhan pria yang menyedot kedua toketku ini. Aku bekerja selalu menggunakan fisikku, karena aku sekarang tukang bengkel.
Pak Herman sampai menarik narik putingku dengan bibirnya. Saking gemasnya dia dengan kedua toketku yang masih bulat, padat, dan tegang. “Mmmhhh… Aaahhh… Teruss… Teruss hisap yang kuat, Paak. Aaahhh… Kedua toket aku hanya milik Bapak. Aaahhh…”
Aku terus mendesah pelan, mengeluarkan kalimat kalimat yang memancing gairahnya di telinganya. Hal ini aku lakukan agar dia semakin ganas, brutal, dan gemas. Berujung bisa saja aku bisa mendapatkan keuntungan lain di luar lunasnya uang sekolahku.
Pak Herman yang kontolnya sudah dikeluarkan, aku langsung menggenggamnya. Dan aku kocok kontolnya sambil dia terus nenen sama aku. “Aaahhh… Aku kocok yaa, Pak. Biar Bapak makin semangat ngisep kedua toket aku. Aaahhh… Aaahhh… Kontol Bapak besaar.”
“Slurrrppp… Slurrrppp… Slurrrppp… Aahhh… Zainaa, payudaramu kencang sekali sayang. Aahhh… Buat saya tak bisa berhenti menyedot kedua dadamu ini. Slurrrppp… Slurrrppp…” Pak Herman memuji kedua toketku, lalu dia menyedot kedua putingku lagi.
Semakin lama batang kontol Pak Herman semakin membesar. Aku saat itu sudah sangat berkeringat, meski ruang kepala sekolah terdapat AC yang menyala sangat dingin. Tapi pertarunganku dengannya, membuat tubuhku terasa panas dan semakin bergairah.
Sambil terus menghisap kedua toketku, Pak Herman tiba tiba saja mendekatkan pinggangnya kepadaku. Aku sudah mengerti apa yang dia inginkan, aku rentangkan kedua kakiku lebar lebar. Dan aku bantu Pak Herman untuk mengarahkan kontolnya ke memekku.
“Masukkan, Zainaa. Bapak ingin menikmati kedua payudaramu sambil menikmati vaginamu juga. Masukkan ke dalam lubang vaginamu,” perintah Pak Herman. Dan dengan senang hati aku melakukannya. Aku masukkan kontol Pak Herman ke dalam memekku ini.
Kontolnya yang kecil membuat miliknya itu bisa dengan mudah masuk ke memekku yang sudah becek. Ketika bagian kepalanya berhasil masuk, dia mendorong pinggangnya. Membuat seluruh kontolnya bisa masuk dengan mudah ke dalam lubang memek aku ini.
Sementara aku mendesah pelan, kontolnya terlalu pendek. Tapi tetap bisa dinikmati saat bergerak menggenjot lubang vaginaku. Jika bisa aku ukur, mungkin kontol Pak Herman hanya masuk ke setengah vaginaku saja. Panjang kontolnya hanya 9 cm saking kecilnya itu.
Sedangkan terakhir kontol yang bisa pentokin lubang memekku. Seingatku panjang kontolnya mencapai 18 cm. Itu sudah bisa menusuk nusuk dinding rahimku sampai aku tak berhenti muncrat muncrat. Tak lama Pak Herman langsung menggoyangkan pinggangnya.
Dia menggenjot memekku dengan cepat dan ganas. Sambil terus menghisap kedua toketku secara bergantian. Setidaknya dengan dientot sambil dihisap kedua toketku. Ini membantu agar aku bisa orgasme kembali. Karena aku mendapat dua titik rangsangan.
Pak Herman menggenjot memekku semakin cepat, membuat terdengarnya suara percikan air di lubang memekku yang becek. “Aaahhh… Aaahhh… Aaahhh… Nikmaat…. Enaak… Aaahhh… Aaahhh… Teruss… Teruss… Lebih kenceng lagi, Pak. Enak banget, Pak.”
Aku terus mendesah pelan, meski rasanya tak senikmat itu. Tapi aku tetap bisa menikmatinya. Karena Pak Herman tak ada hentinya menghisap kedua toketku dengan brutal. Kedua putingku sampai basah kuyup penuh dengan air liur kepala sekolahku ini.
Sementara aku memeluk kepala Pak Herman, serta mengecup keningnya yang sedang menyusu kepadaku. Sungguh tak pernah aku sangka sebelumnya, aku akan dientot oleh kepala sekolahku. Aku kira dia sosok yang alim dan sangat terhormat di sekolah ini.
Kabarnya bukan hanya aku saja yang pernah jadi korban dientot olehnya karena tak mampu bayar sekolah. Meski begitu semua murid pasrah, karena kami juga mustahil untuk berontak dan melawan. Pak Herman memiliki saudara kepolisian dan pejabat DPR saat ini.
Membuat laporan atas tuduhan pelecehan kepadanya hanya akan membuatku malah dipidana. Dan di sisi lain, aku juga tak masalah dientot olehnya. Karena aku adalah gadis binal yang haus akan kontol lelaki. Semua kontol seperti apapun tak masalah bagiku.
“Aahhh… Aahhh… Zainaa… Vaginamu sempit sekali yaa. Ditambah kamu tadi sudah mengocok punya Bapak. Aahhh… Aahhh... Tolong jepit punya Bapak. Berikan Bapak kenikmatan yang lebih besar sayang,” pintanya dan langsung aku jepit kontolnya saat itu.2375Please respect copyright.PENANATrYAoIhnEV
2375Please respect copyright.PENANAFpqBTYWpZa