LARAS POV
33638Please respect copyright.PENANAYID2uY2gsu
Aku masih merasa kesal dengan Mas Danar, bagaimana tidak, sudah seringkali dia mengecewakanku untuk urusan ranjang. Tak pernah sekalipun dia bisa membuatku merasakan kepuasan. Terakhir adalah semalam, saat Aku udah on banget, baru digoyang sebentar suamiku itu sudah ejakulasi duluan. Ini bukan yang pertama kalinya, tapi sudah seringkali!
Dan yang lebih membuatku lebih kesal lagi adalah, Mas Danar seperti merasa kehidupan ranjang kami baik-baik saja. Tanpa memberitahunya pun seharusnya dia tau kalo performanya untuk urusan sex sama sekali tak membuatku terkesan. Ejakulasi terlalu cepat, minim variasi, foreplay yang terburu-buru dan banyak hal lain yang membuatku merasa tak puas.
Kalian boleh menyebutku sebagai wanita yang haus sex, hypersex, bahkan wanita binal sekalipun! Tapi Aku memang menginginkan sesuatu yang lebih dari suamiku sendiri! Aku tak pernah menuntut hal-hal tabu seperti itu pada pria lain. Bukankah sebagai seorang istri Aku berhak mendapatkan nafkah batin yang layak? Bukankah sebagai seorang wanita Aku juga perlu dipuaskan? Apakah Aku salah menginginkan hal itu semua?
Sudah sejak jam 5 pagi tadi Aku terjaga seorang diri di atas ranjang. Mas Danar entah sejak kapan memilih untuk tidur di kursi ruang tamu. Tidurku semalam sama sekali tak nyenyak, dan celakanya sekarang Aku terbagun dan terjaga dengan perasaan kesal. Menyebalkan!
Tak mau terus menerus digerus rasa kekecewaan yang menyiksa batin, Aku memutuskan untuk segera beranjak dari tempat tidur. Pergi ke pasar sebentar semoga saja bisa mengembalikan moodku yang berantakan sejak semalam. Aku langsung melangkahkan kaki menuju kamar mandi, mencuci muka, sikat gigi dan mengganti pakaian. Aku ambil celana legging ketat dan t-shirt hitam polos tanpa lengan di dalam lemari. Tak lupa Aku juga mengambil sweter maroon favoritku untuk melengkapi penampilanku. Sesaat Aku melihat penampilanku di depan cermin, badanku masih sangat oke. Dengan payudara membusung karena memang berukuran cukup besar ditambah bongkahan padat pantatku yang terbalut legging ketat. Aku memutar badanku beberapa kali di depan cermin, bak seorang model yang bersiap melakukan pemotretan.
"Ah, percuma saja badanmu bagus kalo nggak pernah dipuaskan suamimu!" Teriak batinku kemudian.
Hih! Aku sebal dengan pikiranku sendiri! Maka bergegaslah Aku keluar kamar, di ruang tamu Mas Danar masih tampak terlelap tidur di atas kursi panjang. Setelah menutup pintu rumah kontrakanku, sebuah suara berat dan cenderung serak membuat perhatianku teralihkan. Tepat di dekat pintu pagar depan terlihat Pak Jasim sudah berdiri hanya dengan mengenakan celana pendek dan kaos kutang yang sudah bolong di beberapa tempat. Senyumnya melebar, pria pemilik kontrakanku itu menatapku agak lain, entah kenapa tiba-tiba memoriku kembali merekam suara desahannya saat menyetubuhi Linda beberapa malam lalu.
"Pagi Mbak Laras, tumben kok udah bangun?" Sapanya ramah. Aku mencoba untuk bersikap senormal mungkin. Setelah memastikan pintu kontrakanku tertutup rapat, Aku berjalan mendekati pria tua itu. Kenapa dadaku jadi berdebar nggak jelas seperti ini sih?
"Eh pagi juga Pak Jasim, iya ini mau belanja ke pasar." Jawabku. Pak Jasim membukakan pintu pagar dengan menggesernya, suara derat roda pagar yang sudah berkarat terdengar cukup nyaring.
"Oh, ternyata selain cantik, Mbak Laras juga rajin banget! Beruntung sekali kalo jadi Mas Danar ya? Heheheheh." Pujinya, dulu Aku pasti akan langsung bersikap judes saat menerima ucapan seperti itu dari pria yang tak begitu Aku kenal. Tapi entah kenapa kali ini berbeda, pujian Pak Jasim justru membuat bibirku tersungging senyum bahkan mungkin membuat pipiku bersemu merah.
"Ah Pak Jasim bisa aja. Saya pamit pergi ke pasar dulu Pak." Kataku buru-buru beranjak dari situ agar 'keabsurdanku' tak dideteksi oleh Pak Jasim.
"Iya mari. Eh tunggu sebentar Mbak Laras." Langkahku terhenti saat Aku rasakan pundakku ditahan. Aku menoleh ke belakang.
"Ya Pak Jasim? Ada apa?"
"Eh maaf, maaf..." Pak Jasim buru-buru melepaskan tangannya dari pundakku saat Aku menoleh ke belakang dan menatap wajahnya. Bahkan disentuh seperti ini pun Aku sama sekali tak tersinggung! Gila! Aku kenapa?
"Jadi gini Mbak Laras, semua penghuni di sini Saya tau nomor HPnya. Cuma Mbak Laras sepertinya yang belum setor nomor ke Saya. Jangan salah paham dulu, maksud Saya tau nomor HP para penghuni di sini biar kalo ada apa-apa bisa langsung menghubungi Saya." Jelas Pak Jasim panjang lebar.
"Oh gitu, oke Pak. Ini nomor Saya."
Aku akhirnya menyebutkan nomor ponselku, dengan senyum tersungging Pak Jasim menekan keypad HPnya untuk menyimpan nomorku. Setelah itu Pak Jasim juga memberikan nomor ponselnya padaku, Aku menyimpannya juga di ponselku. Setelah itu Aku langsung beranjak pergi meninggalkan pria itu menuju pasar. Sepanjang perjalanan menuju pasar kepalaku kembali teringat oleh suara-suara desahan Linda saat disetubuhi oleh Pak Jasim beberapa malam lalu. Ada apa sebenarnya denganku hari ini? Kenapa justru sosok Pak Jasim yang membuat birahiku bergejolak? Apakah ini karena rasa frustasiku terhadap Mas Danar? Entahlah.
***
Hujan deras kembali turun, malam ini Aku kembali sendirian di kontrakan karena sejak siang tadi Mas Danar sudah berangkat kerja. Bosan, itulah yang Aku rasakan saat ini. Beberapa kali Aku coba memindahkan channel TV tapi tak ada satupun yang menarik minatku untuk menontonnya. Segera Aku matikan TV dan beranjak menuju kamar, niatnya untuk segera tidur, toh Mas Danar baru akan pulang nanti menjelang tengah malam. Tapi setelah di atas ranjang, mataku tak kunjung terpejam, kantuk seolah enggan hadir. Aku raih ponselku, saat layar ponsel menyala terang Aku langsung mengetikkan status di WA ku, sebuah tulisan singkat untuk menggambarkan suasana hatiku saat ini.
'NGANTUK NGGAK BISA TIDUR'
33638Please respect copyright.PENANAOPWDWV4FhV
Setelah mengetikkan status singkat itu, aplikasi TikTok menjadi sasaranku untuk mengusir kebosanan. Jemariku lincah bergerak naik turun, kiri kanan, untuk menyaksikan tayangan-tayangan video singkat yang memanjakan mataku. Tak lama ponselku berdering, sebuah pesan masuk dari Pak Jasim.
Hah? Pak Jasim? Kenapa tiba-tiba dia mengirimiku pesan WA? Lalu kenapa dadaku jadi berdebar seperti ini sih? Saat Aku membuka aplikasi WA, rupanya pria tua itu memberikan komentar terhadap status yang baru saja Aku ketikkan.
PAK JASIM : Padahal hujan-hujan gini paling enak buat tidur loh hehehehhe
33638Please respect copyright.PENANA3HaR2q0BnK
Jujur, saat ini Aku gamang untuk membalasnya atau tidak. Tapi untuk sekedar mengusir kebosanan menanggapi pesan iseng pemilik kontrakanku tak ada salahnya juga kan? Maka perlahan jemariku mengetikkan sebuah pesan balasan pada Pak Jasim.
AKU : Iya nih Pak nggak bisa tidur, apa mungkin gara-gara terlalu deras ya? (emot tertawa terbahak-bahak)
33638Please respect copyright.PENANApNMAmuJxTx
PAK JASIM : Tapi rumah aman kan Mbak? Nggak ada yang bocor kan?
AKU : Aman terkendali kok Pak (emot senyum)
PAK JASIM: Wah padahal saya berharap ada yang bocor biar ada alasan mampir ke situ mumpung Ms Danar nggak ada di rumah (emot tertawa terbahak-bahak)
DEG!
33638Please respect copyright.PENANASoknSCEZTy
Gila! Kenapa Pak Jasim bisa seberani ini mengirimkan pesan kepadaku? Aku tau maksudnya mungkin bercanda, tapi ini sesuatu yang sudah diluar kewajaran. Sekali lagi, jika ini terjadi dulu kala mungkin Aku sudah memblock nomor orang yang mengirimi pesan seperti ini. Tapi sekarang berbeda, Aku justru tergelitik untuk menanggapi gurauan mesum Pak Jasim.
AKU : (emot tertawa) Kalo Pak Jasim kesini nanti yang bocor bukan atapnya, tapi yang lain (emot tertawa terbahak-bahak)
Nggak! Nggak! Ini terlalu vulgar, Aku harus menghapusnya. Tapi terlambat rupanya sinyal dan jemari Pak Jasim lebih cepat dari nalar sehat otakku. Pria itu sudah mengetik balasannya dan langsung mengirimkannya padaku. Dadaku berdebar makin kencang.
PAK JASIM: Hahaha emang apanya yang bocor Mbak?
Dahiku mengkerut membaca barisan kata yang baru saja dikirimkan oleh Pak Jasim. Apakah orang tua itu sedang mengujiku dengan pertanyaan selugu ini? Atau dia hanya berpura-pura bego untuk menanggapi pesanku sebelumnya? Masa bodoh, adrenalinku sudah terpacu, mungkin karena ini pertama kalinya bagiku berbalas pesan dengan pria lain selain suamiku. Bukan sebuah pesan biasa, tapi pesan yang menjurus ke arah mesum. Aku menanggapinya dengan sangat sadar! Seratus persen sadar!
AKU : Aduh apanya ya Pak? Kayaknya aku harus tanya Linda deh biar tau mana yang paling enak buat dijadiin bocor sama Pak Jasim (emot tertawa terbaha-bahak)
Aku dengan sangat sadar mengetikkan barisan kata-kata itu. bahkan kepalaku kembali mengingat suara desahan Linda dan Pak Jasim saat bercinta beberapa malam lalu tepat di balik tembok kamarku yang berbatasan langsung dengan kamar milik Linda. Aku tak sabar menunggu balasan dari Pak Jasim, tapi tak seperti sebelumnya pemilik kontrakanku itu cukup lama mengetikkan pesan balasannya. Apakah dia tersinggung atau bahkan mungkin marah karena rahasianya dengan Linda Aku ketahui?
Bodoh! Tidak seharusnya Aku membalas seperti itu tadi. Tak seharusnya Aku masuk terlalu dalam ikut campur urusan orang. Aduh gimana ini? Aku tiba-tiba menjadi gelisah hingga membuatku terbangun dari atas ranjang. Mataku menatap nanar layar ponselku berharap Pak Jasim segera membalas pesanku. Hingga beberapa saat kemudian ponselku kembali berdering.
PAK JASIM : Ah klo itu nggak perlu nanya Linda, Mbak Laras pasti tau apa yang bikin bocor kan?
Aku akhirnya bisa bernafas lega setelah membaca balasan pesan dari Pak Jasim. Pria itu rupanya bisa menangkap maksud pembicaraanku tanpa ada rasa ketersinggungan sedikitpun. Bahkan dia makin menanggapinya dengan sebuah pesan yang makin menjurus. Senyumku tanpa sadar tersungging.
AKU : Emang pake apa pak? Kasih tau dong....
PAK JASIM : (mengirim foto) Pake ini dong (emot senyum)
DEG!
33638Please respect copyright.PENANA4V6AfnevJV
Dadaku nyaris berhenti berdetak beberapa saat Pak Jasim membalas pesanku dengan mengirimkan sebuah foto vulgar! Sebuah fotonya yang sedang telanjang bulat di atas ranjang, dengan posisi terlentang, sementara tangan kanannya mengacungkan penisnya yang gemuk berurat dan berdiri tegak. Pantas saja Linda mendesah-desah keenakan malam itu, ternyata penis Pak Jasim luar biasa besar ukurannya! Bahkan milik Mas Danar tak sebanding dengannya. Yang membuatku terkesima adalah baluran oto-otot yang terlihat menyembul keluar pada area batangnya. Aku bisa membayangkan sekeras apa batang penis Pak Jasim saat ini. Aku bingung harus membalas apa, mungkin bukan hanya bingung tapi juga shock karena baru pertama kali melihat penis sebesar itu. Aku berusaha menguasai diriku agar bisa berpikir tenang untuk menanggapi Pak Jasim yang melangkah sudah sangat vulgar.
AKU : Itu asli pak?
PAK JASIM : (emot tertawa terbahak-bahak) emang kayak editan ya?
AKU : nggak sih, cuma heran aja kok ada yang sebesar itu. Punya Ms Danar aja nggak ada separohnya.
PAK JASIM : Hahahahahah wah nggak puas dong?
AKU : BANGET! Udah kecil eh gampang keluar pula (emot tertawa terbahak-bahak)
Kegilaanku makin menjadi, bahkan tanpa malu-malu lagi Aku mengumbar kekurangan suamiku untuk urusan ranjang pada Pak Jasim, seorang pria tua yang baru aku kenal beberapa hari ini. Hujan di luar makin deras, beberapa kali suara guntur dan petir menggelegar bak membelah langit. Persis seperti detak jantungku yang terpacu makin cepat karena berbalas pesan dengan Pak Jasim.
33638Please respect copyright.PENANAyzfJRVjneP
BERSAMBUNG
Cerita "ISTRIKU DAN PRIA LAIN" sudah tersedia dalam format PDF FULL VERSION dan bisa kalian dapatkan
ns 15.158.61.48da2