Aku yang tadinya tidak tahu menahu mengenai hal ini hanya mencoba berpositive thinking saja, mungkin karena memang benar-benar sempit area berdiri lelaki itu.
Setelah perahu berlabuh kami lalu turun, saat proses turun dari perahu terpaksa kami harus agak berdesak-desakan dan aku terpisah agak jauh dari posisi ibuku, kulihat beberapa lelaki lainnya sengaja menempel ke tubuh ibuku dan ada yang sengaja menggesek-gesekkan kemaluannya di rok mini ibuku namun ibuku sepertinya tidak sadar sedari tadi.
Sesampainya di seberang lalu kami turun dan aku bisa bersama ibuku lagi, lalu aku berniat berjalan ke gunung bersama ibuku.
Saat ibuku berbalik badan, kulihat beberapa genangan cairan kental kulihat di rok bagian belakang yang aku sangat paham dari teksturnya pasti merupakan sperma laki-laki.
Ternyata dugaanku yang mencoba positive thinking tadi salah, tadi saat berdiri di dalam perahu pasti ibuku dijadikan obyek pelecehan seksual oleh beberapa orang karena kulihat genangan spermanya sangat banyak, kutaksir pasti lebih dari satu orang.
Karena kulihat ada genangan cukup banyak di 2 bagian yang berbeda, yaitu sebelah kanan atas pantat ibuku, dan genangan lainnya di tengah-tengah pas arah tengah pantat ibuku lumayan banyak sampai hampir meleleh jatuh, namun karena model kain rok mini yang dipakai ibuku bermodel agak tebal, kurasa bisa menyerap cairan sehingga tidak jadi jatuh meleleh.
Kalau sampai meleleh ke paha pasti ibuku bakal sadar.
Namun aku hanya pura-pura tidak tahu dengan hal itu, karena aku juga tidak enak kalau mau menunjukkannya dan membahasnya. Aku biarkan saja dan tidak memberitahu ibuku peristiwa tadi cukup aku saja yang tahu, nanti juga lama-lama bakal kering sendiri walaupun kutahu nanti kering akan tetap meninggalkan bercak putih.
Lalu aku dan ibuku melanjutkan perjalanan menaiki anak tangga, kulihat disekelilingku ramai seperti pasar malam, banyak orang jualan serba-serbi peralatan rumah tangga dan ada beberapa bilik-bilik yang aku menduganya pasti bilik PSK yang menjajakan tubuhnya di tempat ini.
Setelah cukup lama naik tangga dan agak lelah akhirnya sampailah ke bangunan yang dimaksud. Ibuku lalu masuk kembali ke ruangan tersebut.
Namun sesaat kemudian ibuku keluar dengan muka agak kecewa. Aku lalu bertanya, kenapa bune kok muram begitu?
“Jadi gini nak, kita udah ketinggalan kloter, seharusnya kita kemari itu kemarin sebelum jum’at pon, bukannya pas malem jum’at ponnya.
Kita harus datang kesini sebelum hari H agar kuota penerimaanya belum penuh.
Sekarang sudah terlambat, kita harus menunggu kloter berikutnya kalau mau ikut ritual pesugihan gunung kemukus ini, kalau mau sekedar ziarah sih setiap hari juga buka dan kuota unlimited, tapi kalau mau pesugihan harus sebelum malam jumat pon.
Puncak ziarah ramainya memang hari ini yaitu tepat malam Jum’at Pon jadi sekarang emang ramai-ramainya”, ujar ibuku.
Lalu sesaat kemudian orang tua yang ku ketahui itu adalah juru kunci keturunan pertama keluar dari bangunan itu lalu menghampiri kami berkenalan denganku dan kuketahui namanya adalah Mbah Marwoto.
“Itu anak anda bu?”, tanya mbah Marwoto.
“Iya mbah”, jawab ibuku.
“Kalau yang datang ibu dan anak ke sini akan diperlakukan spesial bu, kapan saja mereka mau melakukan ritual pesugihan gunung kemukus mereka diijinkan, tidak musti menunggu malam Jum’at pon”, ujar kakek itu.
“Ritual puncaknya akan dilaksanakan nanti malam”, tambah kakek itu”.
Lalu dituntunlah kami ke sebuah ruangan dan kami dipersilahkan beristirahat disitu.
Aku dan ibuku heran diperlakukan seperti tamu kehormatan di sini, kami disuguhi minuman teh hangat dan aneka jajanan pasar dan kami ketahui kemudian bahwa tidak semua peserta pesugihan diperlakukan spesial seperti ini.
Saat petang menjelang aku disuguhi minuman jamu berwarna cokelat dan didalamnya dimasukkan kuning telur ayam kampung 2 butir.
Aku yang membayangkan warnanya bisa menebak rasanya pasti sangat pahit dan serasa enggan untuk meminumnya, namun si mbah juru kunci ini berkata “kamu harus minum jamu ini nak demi berhasilnya ritual yang akan ibumu nanti jalankan di puncak gunung sana”.
“Sudah turuti saja apa kata mbah Marwoto”, ujar ibuku menambahkan. Akhirnya dengan terpaksa aku mencoba mencicipinya sedikit.
“Wow mantap, rasanya tak terlalu buruk” ujarku kemudian segera menghabiskannya.
Lalu kami dipersilahkan mandi dengan air bunga namun ditempat yang terpisah.
“Aku heran, yang mau melaksanakan ritual itu kan ibuku, kenapa aku juga harus minum ramuan aneh dan ikutan harus mandi kembang?, ”risauku dalam hati.
Lalu setelah selesai, aku dipakaikan pakaian coklat khas keraton Solo, dan kulihat ibuku telah selesai dirias dengan hanya make up tipis membuatnya terlihat sangat cantik seperti pengantin jawa dengan model sanggul dan dihias bunga di sela-sela rambutnya, dan pakaiannya kini hanya berbalut kain jarit cokelat bermotif batik menunjukkan lekuk tubuhnya yang aduhai.
Lalu malam pun mulai datang, pukul 21.00 kami di ajak ke puncak gunung yang kata juru kunci tersebut merupakan tempat inti dari pesugihan gunung kemukus ini.
Si kakek sangat ramah dan berbincang kepadaku walaupun baru kenal.
“Nak, itu orang-orang kalau mau ziarah ke arah kiri ke makamnya Kanjeng Samudro, tapi kalau ritual pesugihan kita harus naik lagi.
Walaupun mbah sudah lumayan tua begini stamina mbah masih tetap terjaga karena setiap harinya terbiasa naik turun bukit ini”, ujar mbah Marwoto.
Setelah sampai disana aku dan ibuku pun kaget dengan apa yang kami lihat ini.
Ternyata di sini sedang berlangsung ngewe masal sekitar 20 orang laki-laki dan 20 orang perempuan di tanah lapang yang tengahnya ada semacam keramik yang sekitarnya diterangi oncor bambu dan baru aku ketahui dari penjelasan mbah marwoto bahwa ritual tersebut dibimbing oleh juru kunci keturunan ke-3 yaitu Mbah salim yang terlihat seumuran ayahku. Dia berdiri di tengah-tengah kerumunan manusia-manusia telanjang itu.
Lalu ibuku bertanya pada mbah marwoto yang menemani kami tersebut:
“Mbah, kata suamiku ritual ngewe yang dimaksud itu satu lawan satu dengan pasangan yang baru dikenalnya di gunung ini, kok ini malah jadi masal gini?”.
Ya sejatinya memang seperti ini, kalau ritual di bilik-bilik bawah tadi itu ritual palsu isinya PSK dan mereka cuma menipu pengunjung dengan kedok ritual ngewe 1 vs 1”.
Info yang sampai ke suami ibu pasti dari orang-orang yang belum begitu mengenal tempat ini”, tambahnya.
“Tapi mbah, kata suamiku pernah dibisiki makhluk tak kasat mata di watu kumpul dekat daerahku. Masak suamiku bisa salah info?”tanya ibuku.
“Mungkin bisikan itu benar, namun info tambahan yang kurang jelas mungkin didapatkannya dari warga sekitar suami ibu tinggal yang sebenarnya tidak tau menau tentang sejatinya tempat ini”, Jawab mbah Marwoto.
Lanjut bab 3 yaa...
ns 15.158.61.43da2