HERMAN’S POV440Please respect copyright.PENANAAl9OXvglNJ
“Jadi.. apa lo bisa bantuin gue?”
…
“kalau bukan situasi mendesak, gue gak akan minta bantuan lo kaya gini. Lo liat tadi gimana reaksi Riana, Pai dan Risa kan.”
…
“Iya gue ngerti, tapi please sekali ini aja lo bantuin gue yah.”
…
“Oke, besok gue kabarin lagi. Thanks.”
Sepulang dari mengantarkan Risa pulang ke rumahnya, gue langsung balik ke kosan dan tetap mengecek keadaan dua sahabatku yang lain. Setelah memastikan mereka aman, gue langsung menghubungi kenalan di kampus yang mungkin tau lebih banyak tentang kejadian ini daripada gue.440Please respect copyright.PENANAB6u8Aj1jbk
Semenjak kepindahan Pai ke apartemen itu beberapa hari yang lalu, selalu aja ada kejadian yang aneh. Mungkin bukan aneh tapi lebih tepatnya tidak terduga. Apalagi setelah kejadian Risa kesurupan di kampus hari ini.
Apartemen.440Please respect copyright.PENANAUqY1Pl4tqU
Ya apa hubungannya dengan apartemen itu?440Please respect copyright.PENANAQY6KA87rHy
Entahlah, tetapi firasat gue mengatakan ada hubungannya dengan apartemen itu. Tetapi gue belum tau pasti apa dan kenapa. Tetapi yang pasti perkataan Riana saat kami mengantarkan pulang Risa membuatku merasa terusik.440Please respect copyright.PENANAduzWtBTZlu
“Gue gak tau ini berhubungan atau engga, tapi lo sadar gak kalau ini semua mulai sehabis Pai pindah ke apartemen itu?” kata Riana sambil menyetir mobilnya. Gue dan Riana mengantarkan Risa pulang dengan memakai mobilnya, dan sekarang dia harus mengantarkan gue lagi ke kampus untuk mengambil motor yang terparkir di sana.440Please respect copyright.PENANAGim5iI6XWU
“ Memangnya kenapa sama apartemen si Pai? Lo pikir Pai yang bikin Risa kaya gini?” tanya gue.
“Bukan njir, makanya dengerin dulu napa sih gue ngomong.” Riana memang paling tidak suka jika dia belum selesai ngomong dipotong. “Maksud gue itu, semenjak Pai pindah ke apartemen itu, dia juga dapet gangguan gitu.”
“Gangguan gimana maksud lu? Hantu?” tanya gue lagi.440Please respect copyright.PENANApXuxADmKZH
Emang sih gue bisa dibilang percaya sama hal tahayul macam hantu, dedemit dan semacamnya. Tapi gue juga gak pernah nemuin suatu kejadian yang ada di depan mata gue sendiri. Boro-boro, ngeliat orang kesurupan aja baru tadi si Risa.440Please respect copyright.PENANAQOND61F4A6
“Lo inget gak Riana pernah cerita suara cewek nangis di kamar sebelahnya terus mimpi-mimpi anehnya hari pertama dia tinggal di apartemen itu?” Riana menceritakan lagi apa yang Pai alami ke gue.
“Itu mah kebetulan doang kali, si Pai lagi kecapean abis pindahan.” sanggah gue
“Terus lo bisa jelasin maksud ucapan Risa pas dia kesurupan itu? Yang bilang kalau Pai harus keluar dari tempat itu?” sambung Riana. Dan itu yang ngebuat gue diam dan berpikir untuk mencari alasan yang logis.440Please respect copyright.PENANAIWmmdTI8fa
Bukan hanya itu, tadi sore sepulang dari kampus juga gue sempat mendapatkan kabar lain lagi dari ibu kost tentang asal-usul tempat itu.
“Ditempat itu mah emang banyak a kejadian anehnya. Da itu teh kan awalnya pemandian tertua disini, belum lagi banyak pohon bambu juga. Sebelum jadi bangunan itu juga, udah banyak kejadian aneh.”
“Aneh gimana bu?”
“Dulu pas awal-awal, para pekerja kan mau ngebersihin wilayah itu, nebang pohon bambu aja susah banget. Sampai-sampai beberapa pekerja mogok gara-gara digangguin dedemit disana. Terus juga dulu ada kecelakaan pas pondasi dibikin. Katanya ada yang roboh dan nimpa rumah warga, atau ada yang meninggal jatuh ke mesin cor semen.”
“Wah masa sih bu?”
“Iya, katanya sih gitu. Cuman ibu gak tau pasti sih.”
“Terus pihak proyek pembangunannya gimana?” tanya gue penasaran
“Iya gitu, cuman dikasih kompensasi buat keluarga yang mengalami kecelakaan sih ibu denger begitu. Gak tau tuh berapa duit.”
Sepertinya memang besok gue harus cari tau lebih jelas tentang ini, semoga masalah ini hanya kebetulan dan tidak ada sangkut-pautnya dengan apartemen yang ditempati Pai.440Please respect copyright.PENANAUWgENnve54
********440Please respect copyright.PENANA17pI9nFkXl
Sejak pagi tadi gue sudah berada di kampus menunggu Pai datang, karena Risa sedang diungsikan ke rumah saudaranya dan Riana juga bilang tidak akan masuk kuliah karena sesuatu hal. Entahlah apa yang terjadi, tetapi saat gue mencoba untuk menghubungi Riana tetapi ia hanya menjawab dengan pesan singkat jika ia tidak bisa datang.
Agak lama gue menunggu di kantin kampus yang tidak terlalu ramai, menikmati asupan kopi pertama di pagi hari, Pai datang menghampiri dan duduk di kursi yang menghadap ke arah gue. Wajahnya berantakan seperti orang yang kurang tidur itu terlihat dari kantong matanya yang lebih gelap dari hari sebelumnya.
“Kenapa lo? Gak bisa tidur?” tanya gue saat melihat ia terus saja menghela nafas.
“Sial banget hidup gue! Siang hari harus mikirin tugas kuliah yang numpuk, eh malamnya malah gak bisa tidur gara-gara digangguin mulu.” Mata gue yang semula terfokus pada tugas akhirnya langsung memandang kearah Pai.
‘Diganggu?’ kata itu yang menarik perhatian gue.
“Diganggu gimana maksudnya?” tanya gue sambil mengeluarkan handphone dari saku. ‘kayaknya sekarang aja ngehubungin si Reihan.’ Pikir gue.
“Gue mimpi lagi. Tapi mimpi yang sekarang jelas banget berasa kayak nyata dan itu mengerikan, gue gak bisa lagi ngebedain yang mana yang mimpi dan yang bukan.” Melihat wajah frustasi Pai gue jadi kasihan banget. Mungkin apa yang dikatakan oleh Riana ada benarnya, Pai adalah orang pertama yang diganggu.440Please respect copyright.PENANAP5eVZWiNhm
Gue langsung dial nomer Reihan dan gak butuh waktu lama untuk Reihan mengangkat panggilan gue.
“Han, lo dimana?” tanya gue tanpa basa basi.
“…”
“Gue di kantin bareng Pai, lo nyusul aja ya. Di meja biasa. Thanks bro.”440Please respect copyright.PENANAzNBrO4UV6k
Setelah selesai menghubungi Reihan, fokus gue kembali pada Pai yang kebingungan. Lucu sebenarnya melihat wajahnya yang bingung dan juga terlihat kesal itu, ah gue lupa kalau Pai selalu tidak suka jika diabaikan.
ns 15.158.61.45da2