“Ah akhirnya beres juga semuanya, tinggal mandi terus nyari makan dan malam ini bisa estafet movie dengan tenang deh.”
Setelah selesai menata barang terakhir di kamarku, aku pun segera beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Sahabat-sahabatku sudah lama pulang dan jam menunjukkan pukul 5 sore hari.
Sesudah beres-beres dan mandi, akhirnya aku keluar untuk mencari makan di sekitaran apartemen.
‘Sepertinya memang harus mencari makan di sekitar kampus nih.’ gumamku sebelum keluar dari kamar dan bersiap keluar apartemen.
Sebelumnya memang kawasan apartemen ini sangat mudah aksesnya, di depan bangunan berdiri gedung kampusku. Untuk mencari makan atau lainnya aku tidak perlu susah, karena beberapa tempat makan pinggir jalan pun buka 24 jam.
Setelah tadi sempat bingung mencari makanan yang aku mau, akhirnya aku memutuskan membeli nasi padang yang berada agak jauh dari apartemen. Karena hari semakin gelap, aku memutuskan kembali ke apartemen setelah membeli beberapa makanan kecil untuk menemaniku bersantai sambil menonton.
Saat aku memasuki bangunan apartemen ini, awalnya aku menduga kalau apartemen ini terlihat kecil dari luar. Tetapi setelah masuk ke dalam kawasan apartemen, ada tujuh bangunan tinggi dengan masing-masing 8 lantai di setiap bangunannya. Aku tinggal di bagian sayap timur dari bangunan ini, di lantai 6 lebih tepatnya. Di setiap lantai hanya ada sepuluh kamar, jadi suasananya juga terbilang sepi.
DING
Suara elevator yang menandakan bahwa aku sudah sampai di lantai enam. Baru saja beberapa langkah menuju ke kamarku, aku mencium bau bakar yang sangat pekat seperti bau lem terbakar, dan aku tidak bisa mengenyahkan bau busuk ini dari penciumanku. Cepat-cepat aku berjalan ke arah ke pintu kamarku dan membuka pintu.
‘Ugh baunya sangat mengganggu!’ rutukku dalam hati.
Aku melepas alas kaki dan beralih ke meja dekat pintu masuk yang berfungsi sebagai dapur kecil untuk mengambil peralatan makan. Tetapi belum sempat aku mengambil piring, ekor mataku menangkap sesuatu di balik lemari yang terletak di atas meja itu. Sesuatu seperti goresan pada dinding dibalik itu, aku terdiam sesaat.
‘Bukankah setiap kamar baru akan di cat ulang dan dikasih wallpaper pengganti? Waktu pindahan tadi perasaan gak ada deh.’ gumamku
Bekas goresan itu panjang dan dalam, seperti bekas cakaran!
Lama aku terdiam dengan berbagai pemikiran, akhirnya aku putuskan untuk mengabaikannya. Mungkin tadi aku tidak terlalu memperhatikannya jadi aku tidak tau.
Aku beranjak ke meja yang tertata di tengah ruangan dan menghidupkan televisi. Memilah beberapa film yang akan aku tonton malam ini. ‘Nonton horror aja deh, biar serem.’
Setelah semuanya siap, aku pun menikmati makan malamku dengan kegiatan menonton sampai larut malam. Besok tidak ada jadwal kuliah pagi, jadi aku bisa bebas begadang malam ini.
Berjam-jam lamanya asyik menonton dan ini film ketiga yang aku tonton. Masih sama bergenre horror. Dari semua genre film, aku lebih menyukai horror dan fantasy. Karena dua-duanya hanyalah fiktif semata yang diciptakan oleh khayalan-khayalan yang ingin menjadi nyata, rasanya seperti terhibur akan pemikiran para penulisnya membuat sesuatu yang belum tentu ada menjadikannya hidup dan kita mempercayainya.
Dari dulu aku orangnya selalu menggunakan rasional, aku gak terlalu percaya dengan hal-hal yang berbau mistis atau supranatural. Karena itu hanya ada di pikiran orang-orang yang menjadikan mistis atau supranatural sebagai tameng dari pembenaran sesuatu yang mereka sendiri gak menemukan jawabannya. Contohnya katakan saja petuah-petuah orang tua zaman dulu tentang larangan memotong kuku tengah malam karena bisa mengurangi umur, aku pikir bukan karena itu alasannya tetapi karena malam pencahayaan kurang maka jangan memotong kuku takutnya salah potong dan menyebabkan terluka. Ada juga yang bilang, kalau seekor kucing hitam melangkahi mayat maka dipastikan mayat itu akan bangun lagi dari kematiannya. Dan masih banyak lagi larangan-larangan orang tua zaman dulu yang menurutku sama sekali tidak masuk akal alasannya. Tapi ya kita pasti diam saja mendengarkannya karena ‘lebih baik diam daripada mendengarkan lebih banyak tentang hal itu’, benar kan?
Tidak terasa sudah 7 jam aku menghabiskan waktu untuk menonton film kelima. Waktu menunjukkan jam satu dini hari. Aku memandang keluar jendela, dari sini aku bisa melihat jalanan yang sudah lengang dan sunyi oleh kendaraan. Aku sangat menyukai dini hari, mungkin karena aku lahir saat jam seperti ini. Atau mungkin karena pada waktu-waktu seperti inilah aku mendapatkan ketenangan, tidak ada suara berisik dari kendaraan, tidak ada suara kelakar dari orang lain. Yang ada hanya keheningan dan ketenangan. Aku bukan orang yang suka menghabiskan waktu diluar berjam-jam dan berkumpul dengan banyak orang. Jangan salah, aku bukan introvert, aku hanya tidak nyaman dengan keriuhan.
Terlalu lama aku menonton, akhirnya kuputuskan untuk menyudahinya. Aku beralih dengan memutarkan musik dari handphone dengan disambungkan ke perangkat speaker yang berada di atas televisi. Waktunya untuk merelaksasikan otak letihku ini.
Baru sebentar aku terlelap, tiba-tiba aku mendengar samar-samar suara tangisan. Tangisan perempuan!
‘Ah mungkin perasaan aja’ gumamku
Tetapi semakin lama, suara itu semakin jelas. Suara tangisan itu sekarang berubah menjadi suara teriakan yang memilukan. ‘Ini orang kok gak bisa diem sih, kedengeran banget sampai sini!’ rutukku marah. Suara yang aku pikir berasal dari kamar sebelah itu dengan sukses membuatku merasa kesal. Mungkin dia tidak sadar kalau suara tangisan dan jeritannya terdengar sampai keluar.
Tapi aku sempat merenung, ‘dia kenapa?’
Pikirku mungkin dia sedang bertengkar dengan seseorang. Berargumen dengan seorang pria menurutku, karena sekarang aku mendengar suara pria yang tertawa pelan. ‘Ah aku tidak ingin mencampuri urusan orang!’
Dan aku mulai menambah volume musik agar tidak mendengar suara apapun dari mereka, dan akhirnya aku pun terlelap.
ns 15.158.61.16da2