Reihan Anugrah Ramadhan, pria yang sedang bersiap untuk keluar kelas itu mendapatkan sebuah telepon dari teman angkatannya di komunitas pecinta alam itu. Memang sejak semalam Herman sudah menghubunginya apalagi semenjak kejadian Risa di kampus kemarin.463Please respect copyright.PENANACxJTXfVOL4
Dia sebenarnya tidak ingin ikut campur dalam hal ini tetapi ia juga tidak mungkin tidak menolong Herman saat kawannya itu benar-benar meminta tolong untuk teman perempuannya itu.463Please respect copyright.PENANARMfHWgwdJV
Dari semalam ia sudah mulai mencari tau kejadian ataupun mungkin beberapa kecurigaan tentang apapun yang berhubungan dengan Risa kerasukan itu. Dan ia bisa tau siapa sebenarnya yang merasuki Risa tempo lalu, tepatnya beberapa orang yang berada di tempat kejadian itu juga mengetahuinya.463Please respect copyright.PENANATJYZy6qf6q
‘Gue ke kantin nyusul si Herman sama Pai. Lo ikut juga.’ Reihan mengirimkan pesan pada temannya yang juga adalah senior yang tau bagaimana kejadian yang hampir sama terjadi di kampus itu.463Please respect copyright.PENANADe5272u58c
Rian, seniornya dari fakultas Jepang yang juga adalah teman sepermainan Reihan itu sempat memberitahukan Reihan jika kejadian Risa ini sama persis dengan apa yang dialami oleh teman seangkatannya sebelum temannya tersebut meninggal dunia.463Please respect copyright.PENANACYXIWrwfad
Tidak berapa lama iapun sudah sampai di kantin yang dipenuhi oleh mahasiswa lainnya dan ia berjalan menghampiri meja Herman dan Pai. Pai yang terheran-heran dengan kedatangan Reihan ini hanya memandang Herman dengan pandangan bertanya tetapi diacuhkan oleh Herman.463Please respect copyright.PENANAoyHJqFdpYw
“Duduk, Han. Lo mendingan pesen dulu deh atau makan dulu biar enak ngobrolnya.” Kata Herman sesaat pantat Reihan susah mendarat mulus di kursi panjang itu.463Please respect copyright.PENANABesRyP7hIC
“Baru duduk, Man. Bentar dulu napa, ngaso dulu kek.” kata Pai yang juga kesal mendengar ucapan temannya itu. Yakali baru duduk tapi udah disuruh berdiri lagi. 463Please respect copyright.PENANAsEqaNSUiOk
“Yaelah, Pai. Kan biar sekalian gitu, lo sensi banget sih sama gue padahal ‘kan gue mah ngomongnya sama si Reihan.” kata Herman sok ngambek sama si Pai yang cuma bisa memasang wajah jijiknya ke arah Herman, sedangkan Reihan cuma bisa menganggukkan kepalanya dan beranjak pergi ke dalam kantin untuk memesan makanannya.463Please respect copyright.PENANAM2KNwEU1v7
“Eh, lo suka ya sama Reihan. Cieee ngaku lo..” tuduh Herman pada Pai sambil memasang wajah yang menurut Pai sangat menyebalkan itu.463Please respect copyright.PENANANEfZoVVl4W
“Mingkeeem.. Mingkem lo yah! Awas kalau ngomong ni mulut!” kata Pai sambil meraup mulut temannya itu dengan kesal.463Please respect copyright.PENANAQknJumAjYD
Oh, jangan bilang kalau apa yang dikatakan oleh Herman itu benar?463Please respect copyright.PENANAZrQ2yCfu9t
Sebelum Pai dan Herman melanjutkan pembahasan unfaedah mereka, akhirnya Reihan kembali duduk di kursinya sambil membawa sepiring nasi goreng dan segelas es teh manis. Selama menemani Reihan yang sedang menyantap makan siangnya, mereka bertiga hanya membicarakan masalah ringan seperti tugas kuliah dan semacamnya.463Please respect copyright.PENANAezFZxbmtKG
“Si Ikbal bakal datang kesini.” kata Reihan mencoba untuk masuk ke dalam pembahasan inti yang seharusnya mereka bahas sekarang.463Please respect copyright.PENANALv3h7gfQbs
“Kak Ikbal?” kata Pai kebingungan.463Please respect copyright.PENANA8apXQP8Lvp
“Iya, gue udah minta tolong juga sama dia. Siapa tau dia bisa cari tau lagi orang yang dulu nolongin kak Desi.” kata Reihan sambil memandang kedua temannya yang duduk di hadapannya itu.463Please respect copyright.PENANAg6ZJbDyM5g
Desi, mahasiswi fakultas Jepang yang berusia 22 tahun saat ia masih hidup. Ia mendapatkan suatu peristiwa yang tidak disangka bahkan oleh semua orang yang mengenalnya, kejadian yang berawal hampir sama seperti kejadian yang dialami Risa tempo hari. Tetapi karena tidak ada seorangpun yang menganggap apa yang terjadi itu suatu kejadian yang besar, maka mereka hanya mengira jika Desi kerasukan pada hari itu saja. Sampai akhirnya, suatu hari Desi dengan pandangan kosong berjalan menuju arah atas kampus yang mempunyai ketinggian hingga 7 lantai itu. Saat teman-teman seangkatannya ataupun orang lain yang melihatnya berusaha untuk menariknya untuk turun, ia hanya tertawa tetapi sorot matanya seolah meneriakkan ketakutan yang sangat dan itu bisa dilihat oleh semua orang yang berada di tempat itu. Dan hingga akhir pemandangan mengerikan yang menjadi mimpi buruk bagi setiap orang yang berada disana saat mereka melihat tubuh Desi dengan cepat terjun dari lantai 7 hingga membentur lantai 1 yang sedang dijadikan tempat latihan para mahasiswa Theater.463Please respect copyright.PENANAGqduLROHkE
Pemandangan mengerikan yang membuat siapa saja merasakan mual di perut dan sebagian lainnya berteriak histeris saat melihat tubuh tak bernyawa Desi tergeletak di sana, dengan isi kepala yang pecah dan berceceran di sekitar lantai.463Please respect copyright.PENANAYZwywxfbtr
Kejadian yang mungkin tidak akan pernah dilupakan oleh seluruh penghuni kampus pada saat ini.
ns 15.158.61.16da2