Hosh..hosh..
Tubuhnya sentak bangun dari tidur yang terasa panjang itu, jemari tangannya pun gemetar dengan hebat sedangkan peluh keringat sudah membasahi wajah serta bajunya. Mimpi itu, mimpi yang terasa nyata tetapi samar tertinggal di ingatan Pai. Mimpi yang menakutkan untuknya. Kenapa disaat seperti ini ia mendapatkan firasat tidak mengenakan itu kala ia harus bepergian?
Pai melirik pada jam weker yang bertengger dengan mengesalkan di atas nakas samping kasur yang sedari tadi sudah berbunyi memaksanya untuk bangun. Hari ini persiapan terakhir sebelum berangkat pendakian nanti malam, jadi ia harus bergegas menyiapkan segala sesuatunya untuk pendakian 4 hari 2 malam itu. Dengan malas akhirnya ia beranjak menuju kamar mandi untuk menjalani rutinitas paginya.
Sebenarnya bukan hanya karena mimpi itu yang membuat Pai merasa tidak nyaman. Beberapa hari belakangan ini, ia kerap merasakan perasaan was-was yang tidak menentu. Seperti sekarang saat ia sedang membereskan beberapa keperluan pendakian yang sudah ia tata rapi di atas meja besar dekat kaki ranjangnya. Walaupun posisinya membelakangi kepala ranjang, perasaan was-was tiba-tiba menjalar dari belakang punggungnya. Seolah-olah sedang ada yang memperhatikannya dari arah pojok, padahal tidak ada sesuatu apapun yang tertangkap dari penglihatannya. Pai memang sering kali mendapatkan firasat tidak mengenakan jika ada sesuatu yang akan terjadi. Tetapi, untuk sekian kalinya Pai tidak menggubris firasat itu. Ia berpikir itu hanya perasaan yang timbul karena rasa lelah setelah latihan fisik pra-pendakian saja.440Please respect copyright.PENANA8enbGDaFHT
..atau itu adalah firasat yang benar-benar harus ia pikirkan?440Please respect copyright.PENANAK6Q0TssfQv
****440Please respect copyright.PENANAibfQU10Ufb
“Barang yang belum ada apa aja nih?”
Saat ini regu pendakian Salak sedang melakukan pengecekan logistik yang akan mereka bawa selama beberapa hari mendaki gunung. Regu Gunung Rimba terdiri dari Igoy sebagai ketua regu, Pesuy, Riad, Ngani dan Pai sendiri. Sedangkan untuk regu lainnya dibagi lagi menjadi Regu Susur Pantai, Regu Goa dan Regu Panjat Tebing.
Sebenarnya Pai memilih untuk masuk ke divisi Gunung Rimba hanya karena ia takut air dan gelap. Ia tidak ingin berada di situasi dimana ketakutan atau phobianya itu terpancing, lagipula Gunung Rimba tidak begitu melelahkan. Ah, mungkin sangaat melelahkan, tetapi semua divisi mempunyai titik dimana suatu hal pasti penting dan menguras energi.
“Yang belum itu ada GP (Gas Portable), terus konsumsi yang kecil-kecil kayak mie, telur, garam, kopi, teh, susu dan gula. Oh iya, aing mau minta uang buat beli madu juga.” sahut Pai kepada Igoy sambil mengecek catatannya.
“Madu buat apa?” tanya Ratih, salah satu anggota regu PT.
“Buat ngemil aing selama di perjalanan, hehe..” jawab Pai dengan wajah tak bersalah.
“Sianjirr.. Kenapa gak bawa gula merah aja kayak waktu ke Cikuray? Hahaha…” ledek salah satu temannya sedangkan Pai hanya membalas ledekannya itu dengan delikan mata saja.
Kebiasaan Pai saat mendaki yang membuatnya jadi bahan ledekan teman-temannya itu terbentuk saat pertama kali masuk ke UKM Pecinta Alam itu. Saat hari kelima Diklatsar, ia dan teman-temannya melakukan long-match (berjalan kaki cukup jauh) dari lokasi Diklatsarnya yang berada di daerah Garut menuju ke Bandung kota. Perjalanan ini membutuhkan waktu 2 hari 1 malam dan peserta mau tidak mau mendirikan shelter atau tempat meneduh di malam hari di lapangan bola milik warga di daerah Bandung Utara. Tidak hanya itu, para senior sengaja membuat tes mental dan fisik peserta diklatsar dengan membuat mereka mengitar daerah itu melalui Bukit Tunggul dan berlanjut ke daerah Punclut dan terakhir menuju ke kampus yaitu rute terakhir.
Bayangkan, bagaimana melelahkannya proses perjalanan itu? Pai yang memang fisiknya bisa dibilang tidak terlalu kuat, akhirnya ia diberikan sedikit saran dari salah satu seniornya yaitu untuk menjaga agar energi tetap ada dan tidak mudah capek, sebaiknya mengkonsumsi makanan atau minuman manis seperti permen dan minuman berasa. Memang tidak masalah mengkonsumsi minuman berenergi tetapi jika terlalu banyak itu akan membuat tenggorokanmu kering dan juga membuat terus menerus haus. Maka dari itu Pai selalu membawa banyak persediaan permen dan juga minuman berasa di kantong celananya untuk berjaga-jaga. Bahkan, ia sempat membawa gula merah balok saat melakukan pendakian ke gunung Cikuray dan itu menjadi bahan ledekan semuanya kala ia ‘ngemil’ gula merah balok saat berjalan menyusuri rimba.
“Diem ah, bacot!” jawab Pai membalas Iqbal yang memancing gelak tawa dari beberapa orang di dalam sekrenya itu.440Please respect copyright.PENANArs2PnGK8s8
****440Please respect copyright.PENANAtNJWJYki0S
Waktu menunjukkan jam 5 sore dan aktivitas di dalam sekre menjadi lebih ramai dari sebelumnya. Selain regu Gunung Rimba, regu Panjat Tebing juga melakukan perjalanannya di malam ini. Sedangkan regu Susur Pantai dan Goa akan melakukan ekspedisinya di esok harinya.
Sesudah sholat Maghrib, mereka berkumpul di ruang sekre untuk mendengarkan nasehat dan arahan dari para seniornya. Mereka akan melakukan ekspedisi terakhir sebelum mendapatkan syal Anggota Tetap dari UKM Pecinta Alam itu.
“Jadi, untuk semua anggota yang malam ini atau besok melakukan ekspedisi terakhir, semoga lancar perjalanannya, semoga gak ada halangan selama di perjalanan ya. Kalian semua disini sudah tau apa yang boleh dan gak boleh dilakukan selama ekspedisi, dan di ekspedisi ini kalian harus belajar untuk belajar mendisiplinkan diri sendiri, kerja tim juga harus kompak ya.” kata Kang Budi selaku senior angkatan I yang juga seorang dewan penasehat di UKM tersebut. Para peserta dengan patuh mendengarkan semua perkataan dari seniornya itu. Tidak sedikit dari mereka merasa takut, khawatir dan bersemangat dengan kegiatan ekspedisi ini. Beberapa dari mereka terlihat antusias dari rona wajahnya, kecuali satu orang, Pai.
Selama para senior memberikan nasehatnya secara bergantian, ia hanya menatap kosong ke arah pojok ruangan. Terlihat sorot matanya yang kosong tanpa berkedip, padahal sebenarnya ia sedang mendapatkan suatu vision. Penglihatan yang membuat mental dan fisiknya lelah seketika seolah-olah tersedot oleh itu.
‘Hosh..hosh..’
Suara nafasnya sudah tidak beraturan dan wajahnya memucat, sedangkan teman-temannya yang berada duduk di dekat Pai tidak melihat perubahan sikapnya itu. Tetapi kang Budi melihat dengan jelas perubahannya.
ns 15.158.61.13da2