Gunung Salak atau dulu yang disebut dengan Gunung Sapto Argo merupakan kompleks gunung berapi yang terletak di selatan Jakarta, di Pulau Jawa. Kawasan rangkaian gunung ini termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan dikelola sebagai Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.
Nama gunung Salak diambil dari kata Sansekerta Salaka yang berarti Perak. Gunung Salak berusia relatif tua sehingga memiliki beberapa puncak dan dinamakan Puncak Salak I dengan ketinggian puncak 2.211 m dari permukaan laut. Puncak Salak II berketinggian 2.180 mdpl. dianggap yang tertua kedua. Selanjutnya muncul Puncak Sumbul dengan ketinggian 1.926 mdpl.
Terdapat sejumlah kawah aktif yang tidak berada di puncak. Kawah terbesar, Kawah Ratu, merupakan kawah termuda. Kawah Cikuluwung Putri dan Kawah Hirup merupakan bagian dari sistem Kawah Ratu.
Semenjak tahun 1600-an tercatat terjadi beberapa kali letusan, di antaranya rangkaian letusan antara 1668-1699, 1780, 1902-1903, dan 1935. Letusan terakhir terjadi pada tahun 1938, berupa erupsi freatik yang terjadi di Kawah Cikuluwung Putri. Menurut catatan PVMBG, erupsi terbesar pernah terjadi pada tahun 1699, yang bersifat erupsi magmatis dan bersifat merusak, catatan korban tidak diketahui.
Secara morfologi, Gunung Salak memiliki banyak jurang curam dan dalam. Karena seluruh tubuh gunung sampai puncak tertutup hutan lebat, kontur gunung ini tidak mudah terlihat. Hal ini sering kali menipu pendaki maupun penerbang yang melewati kawasan pegunungan ini.
Pertama kali kami datang langsung melakukan registrasi di pos, semua nama tim harus dituliskan berikut nomor kontak dan backupnya, menitipkan KTP, serta membayar 22.000/orang untuk 2 hari 1 malam.
Jalur pendakian resmi menuju puncak Salak 1 ini terdapat 2, via Cidahu Cimuncang dan via Pasir Reungit. Sambil menunggu hari terang dan juga karena tim Jakarta baru saja sampai, sebagian dari kami ada yang melanjutkan tidur walaupun hanya di bangku panjang yang ada di warung dan sebagian lagi hanya berkumpul sambil membicarakan seputar pendakian nanti. Termasuk aku yang tidak bisa tidur akhirnya memutuskan untuk membeli mie rebus dan juga teh manis hangat untuk sekedar mengisi perut yang kosong karena selama perjalanan tadi aku sudah puas tertidur.
Perjalanan akan panjang dan karena ini pertama kalinya untukku akan lebih susah tetapi entah kenapa mata dan badan ini tidak bisa diajak untuk istirahat sejenak. Perasaan yang tidak menentu terus saja berkecambuk apalagi saat kami sampai di posko basecamp.575Please respect copyright.PENANAyOjGN23yQW
****
Jumat, 07.00 wib575Please respect copyright.PENANAM7TJ4ulVgR
Tim gabungan Bandung dan Jakarta akhirnya bersiap untuk melakukan pendakian di Gunung Salak. Mereka harus menempuh perjalanan menuju ke pintu rimba sekitar 2 km berjalan kaki. Ekspedisi ini dimulai dari basecamp dan mereka tidak diperbolehkan menggunakan kendaraan untuk melakukan perjalanan itu, terlepas dari para senior tidak akan pernah tau tetapi mereka harus melakukannya. Walaupun terbilang cukup dengan jaraknya dan juga jalanan sudah di aspal, tetapi perjalanan terasa melelahkan karena tanjakannya yang lumayan menguras tenaga.
Sepanjang perjalanan mereka masih saling mengobrol untuk menghilangkan rasa bosan, begitu juga dengan Pai yang sedang asik berbicara dengan dengan Isti dan Tina yang merupakan tim dari Jakarta. Ia merasa jika mempunyai teman wanita di pendakian membuatnya merasa senang karena ada seseorang yang bisa membantunya.
Setelah berjalan cukup jauh di jalan aspal, akhirnya mereka sampai di Gerbang Rimba yang menjadi pintu masuk pendakian. Papan besi tua dan berlumut sedikit menambah kesan seram dari Gunung Salak. Dari pintu inilah pendakian Salak yang sebenarnya baru dimulai. Mereka akhirnya beristirahat sejenak sambil sebagian orang lainnya ijin ke toilet agar nantinya tidak merepotkan di tengah perjalanan.
Bersepuluh itu akhirnya mulai treking melewati pintu rimba ini melalui jalur alternatif yang nantinya akan menembus ke percabangan jalur utama. Mereka memutuskan mengikuti jalur itu karena jalanannya bisa dikatakan lebih bagus dan beraspal karena itu merupakan area rekreasi milik salah satu usaha di sekitar sana.
Jalurnya tidak terlalu terjal dengan batu-batuan yang disusun rapi sebagai jalan setapak. Mereka akan melewati trek landai sepanjang 1 km lebih hingga sampai pos peristirahatan yang dinamai Bajuri. Dan selama perjalanan mereka saling membahas apa saja yang akan dilakukan ataupun sekedar bercanda ria. Tetapi mereka tidak pernah tau apa yang sedang menunggu mereka di atas sana.
ns 15.158.61.41da2