Waktu bumi
Tanggal XX, bulan XX tahun XXXX
268Please respect copyright.PENANAZa2EV8LXse
Disebuah mansion yang megah yang dikelilingi halaman yang sangat luas seorang gadis kecil sedang duduk disebuah taman bunga
Perawakannya sangat cantik dan kulitnya putih, dia mengenakan gaun terusan berwarna cerah dengan floppy hat melindungi wajahnya dari panasnya matahari
Dengan tersenyum dia melihat album foto yang ada dipangkuannya
“meissa kamu lagi liat apa?”
Tanya seorang wanita yang menghampirinya
“ibu!”
Dengan senyum lebar meissa menyambut wanita itu
“aku lagi liat album foto ayah dan ibu dulu”
“kamu nakal, kamu masuk kekamar ayah dan ibu lagi ya!”
Mendengar amarah sang ibu meissa hanya tersenyum
“habis kakak selalu cerita kalau bumi itu indah, meissa kan juga pengen liat meskipun cuma foto”
“jadi kamu ambil album foto cuma gara-gara itu”
Meissa tertunduk matanya berkaca kaca
“maaf bu”
Meissa paham kalau dialah yang salah disini karena itu dia sudah siap dimarahi
Tapi, alih-alih marah, sang ibu malah tertawa sambil mengelus rambutnya
“iya lain kali ibu janji akan ajak meissa jalan jalan”
Meissa yang mendengar itu raut wajahnya berubah riang
“ibu janji?”
“iya”
Disaat keduanya sedang berbincang seorang laki-laki dan pelayan perempuan datang menghampiri keduanya
“hayo lagi ngomongin apa!”
“ayah bikin kaget!”
“hehe, ayah kan juga pengen ikut dengerin obrolan kalian”
“sayang, bukannya kamu ada pertemuan penting hari ini”
“pertemuannya diundur minggu depan”
“lagi? Bukannya ini sudah kedua kalinya”
“aku sudah bilang untuk membereskan semuanya tapi masalahnya terlalu besar”
Merasa diabaikan meissa menarik lengan ayahnya
“ayah ayah”
“iya meissa sayang kenapa?”
“pangku meissa, meissa pengen dipangku ayah”268Please respect copyright.PENANAV1XSi7oXHj
”iya iya sini ayah pangku”
“meissa kan udah besar gak boleh manja! Ayah capek kan pulang kerja”
“tapi meissa kan pengen dipangku ayah”
Wajah meissa memerah dan matanya berkaca-kaca
“gak papa kok sayang lagian hari ini gak seberapa sibuk juga”
“yey, ayah aja gak marah kok”
“gak begitu, meissa sebagai putri harus bisa disiplin sejak kecil”
“udah udah dia udah belajar dari pagi kan? Sekali-kali manja gak papa”
Mendengar jawaban suaminya, sang ibu menyerah
“eh, ini ibu ya?”
Meissa menunjuk salah satu foto didalam album
“itu foto ibu waktu masih SMA”
“wah ibu dari dulu udah cantik”
Mendengar pujian meissa sang ibu tersenyum
“meissa juga kalo udah besar juga cantik kok, sekarang aja kamu udah cantik”
“hehe, meissa kan mirip ibu”
“eh kok gitu meissa gak mau mirip ayah?”
“enggak, meissa gak mau jadi kayak kakak”
“jahatnya”
“hihihi, bercanda yah, ayah juga hebat kok”
“telat hati ayah udah sakit nih, cium dulu”
Setelah mencium ayahnya meissa kembali menunjuk foto yang ada didalam album
“kalo ini siapa? Temannya ibu?”
Ayah dan ibu meissa terdiam dan saling tatap
“foto itu foto sahabat ayah dan ibu dulu”
“iya, dia perempuan yang tangguh dan juga pintar”
“jadi kakak ini sahabatnya ayah dan ibu ya! Meissa jadi pengen ketemu”
“iya lain kali kalo ada waktu ayah ajak ketemuan ya”
“asyikk”
Begitulah mereka bertiga tertawa bersama sambil mengenang masa lalu
“ayah ayah ini siapa?”
“ah, itu sahabat ayah udah ayah anggap saudara, dia yang banyak bantu ayah dulu”
“kalo mereka ini?”
Meissa menunjuk sebuah foto bersama beberapa orang dengan seragam yang sama
“mereka itu juga sahabat ayah dan ibu”
“wah ayah dan ibu punya banyak teman ya! Meissa juga pengen punya banyak teman kayak ayah dan ibu!”
Mendengar jawaban putri kecilnya, kedua orang tua itu tersenyum
“tapi kenapa aku tidak melihat foto ayah dan ibu berdua?”
Ayah dan ibunya saling tatap
“itu yah…”
Disaat sang ibu akan menjawab si ayah memotongnya
“karena dulu ayah dan ibu gak sempat aja foto bedua”
Puas dengan jawaban ayahnya meissa kembali membuka halaman demi halaman album foto tersebut
“kalo ini siapa yah?”
Melihat foto yang ditunjuk putrinya, si ayah tersenyum
“itu teman dekat ayah dulu”
“teman dekat?”
“iya, dia itu orang yang keren, dia punya hati yang baik dan peduli pada orang lain”
“dia sekarang ada dimana yah? Kapan ayah main kesana meissa mau ikut?”
Ayahnya terdiam, kali ini si ibu yang menjawab
“sayang, paman yang ada difoto itu sudah meninggal”
Mendengar jawaban ibunya meissa diam
Dia sadar kalau dia baru saja menanyakan sesuatu yang seharusnya tidak boleh dia tanyakan
Dia lalu merangkul tangan ayahnya
“ayah maafin meissa”
Si ayah diam kemudian tersenyum, dia meletakan tangannya diatas kepala meissa dan mengelus rambutnya
“oh iya meissa mau ayah ceritain sesuatu?”
“cerita apa yah?”
“cerita dongeng tentang pahlawan”
“wah mau mau!!!”
Mata meissa berbinar binar
“Kalau gitu kita pindah kesana aja yuk teduh”
Dia menunjuk kearah meja bundar dengan payung yang ada diatasnya lengkap dengan empat kursi yang mengelilingi meja tersebut
“rose, bisa tolong bawakan kue kering dan teh?”
“baik nyonya”
Sang pelayan lalu pergi kedalam mansion
“ayo yah cerita!”
“iya iya, tapi ini ceritanya panjang banget lho?”
“gak papa yah meissa pengen denger!”
“oke kalau meissa pengen tahu”
"Iya iya"
“oke ceritanya ada disebuah dunia yang damai, disana hidup seorang manusia biasa yang…”
ns 15.158.61.12da2