(BUDI POV)
Dua minggu telah berlalu sejak musibah terbakarnya mall itu, dan kehidupanku telah kembali normal
Saat ini waktu menunjukan pukul 12 siang dan bel waktu istirahat telah berbunyi
Seperti biasanya aku menunggu erik membuat catatan dari pelajaran sebelumnya sambil berseluncur di internet mencari beberapa info, untuk saat ini hasil penyelidikan polisi menyebut kalau kebakaran berasal dari arus pendek listrik yang selanjutnya menyambar tabung gas disekitar foodcourt yang akhirnya menciptakan ledakan besar hingga menghancurkan bagian atas mall
Itu adalah pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh pihak kepolisian
Tapi entah kenapa aku merasa kalau pernyataan itu hanya palsu belaka, sebuah cerita yang dibuat untuk menenangkan masyarakat
Tidak mungkin polisi bisa sebodoh itu kan?
Bukankah didalam mall ada banyak cctv? Jika mereka mengecek nya pasti ketahuan kalau itu bukan kebakaran biasa
Walaupun tanpa cctv sekalipun polisi pasti sudah tahu kalau ledakan itu bukan karena kebocoran gas, maksudku gas lpg apa yang bisa membuat ledakan hingga melubangi lima lantai? Bahkan tembus hingga basement dan menciptakan kawah yang besar?
Kalau memang benar begitu, bagaimana kalau mereka melihat wajahku melalui cctv?
Bagaimana dengan robot atlantean dan para spirit?
Siapa juga yang akan menyangka kalau aku akan bertemu robot milik master boneka secepat ini? Dan siapa juga yang menyangka kalau target mereka itu afiyah?
Aku menghela nafas panjang
Tidak ada gunanya memikirkan itu semua, kepalaku malah makin pusing
saat masih tenggelam dalam pikiranku tiba tiba seseorang menepuk pundakku
“hayo nonton apa serius banget”
Ternyata itu adalah afiyah
“a-afiyah”
Dia tersenyum dan menarik bangku depanku
“mau kekantin bareng gak?”
“bentar deh aku lagi nungguin erik”
Mendengar jawabanku dia hanya membalasnya dengan “hm” dan duduk didepanku
“lho, kamu gak kekantin?”
“gak ah nanti aja bareng kamu sama erik sekalian”
“ya udah”
Sebenarnya setelah musibah itu hubunganku dengan afiyah makin dekat, tidak, bisa dibilang kembali kesaat kita masih kecil dimana kita sangat akrab waktu itu, setidaknya itulah yang ada pada ingatanku didunia ini
Setelah musibah itu kita berdua dibawa kerumah sakit untuk pemeriksaan, selain itu kami juga ditanya beberapa hal oleh polisi, dan yang mengejutkan adalah afiyah tidak mengatakan kejadian yang sebenarnya pada polisi meskipun aku tidak menyuruhnya untuk merahasiakannya
Dan setelah kejadian itu juga kami jadi sering kirim pesan di media sosial dan bahkan beberapa kali kami berdua telfonan, tidak hanya itu karena dia yang sempat istirahat karena trauma kejadian itu aku juga beberapa kali pergi kerumahnya yang memang lokasinya tidak jauh dari rumahku untuk mengirimkan tugas dari guru dan kado dari teman teman, dan bila dilihat dari cara kedua orang tua afiyah menyambutku entah kenapa aku merasa mereka senang sekali saat bertemu denganku aku juga gak ngerti
“eh bud?”147Please respect copyright.PENANAAjOuaJ9Jn7
”hm”
“tadi tugas yang dikasih pak mito banyak banget”
“iya aku pusing gimana ngerjainnya”
“sama, mana pelajarannya susah lagi”
“ah kalau itu aku tadi setengah memperhatikan”
Memang benar, pak mito guru fisika kami itu sangat membosankan dan dia punya kebiasaan ngasih banyak tugas juga
“besok sabtu kita kerja kelompok yuk?”
“kita berdua? Dimana”
“dirumahku aja”
Kerja kelompok ya? Besok sabtu aku juga gak ada kegiatan apa apa sih
“oke ya udah”
Mendengar jawabanku afiyah bersemangat
“oke kalau gitu pulang sekolah ya?”
“eh gak sorean aja”147Please respect copyright.PENANAP5xU8DvcJc
”jangan nanti gak cukup waktunya”
“iya deh”
“yess”
Disaat kami baru selesai ngobrol erik datang menghampiri kami berdua
“hayo ngobrolin apa semangat banget”
“eh udah selesai nyatetnya?”
“lama banget sih nyatet gituan aja laper nih”
“heh aku ini begini biar masa depanku gak kayak kamu ya”
Mendengar kata kata sarkasku dia menjawab ketus
“lho sapa bilang masa depanku suram? Masa depanmu itu yang suram”
“aku gak ngomong lho kalau masa depanmu suram kamu sendiri”147Please respect copyright.PENANA9rhOXhl5z0
”hey hey udah udah jadi gak nih kekantin”
Afiyah yang sudah tidak sabar menyela percakapan kami
“ayok”
“yuk”
--//--
Waktu menunjukan pukul 5 sore dan saat ini aku, erik, afiyah, ajeng dan dewi
Sedang berada diruang OSIS untuk mengerjakan project yang akan kami pamerkan saat pameran sains seminggu lagi
“yes dengan ini selesai”
Erik dengan semangat berteriak
Dia sedang mengerjakan software untuk robot yang akan kami pamerkan, sebenarnya ini adalah sebuah robot sederhana yang berbentuk bulldozer kecil yang dilengkapi crane dan juga gergaji kecil untuk memotong dan mengangkat halangan yang dihadapinya, selain itu robot ini juga bisa dikendalikan dari jauh dengan remote maupun dengan perintah suara, didalam robot ini juga terpasang sensor yang memungkinkannya mengenali antara benda mati dan makhluk hidup untuk menghindari kecelakaan yang tidak diperlukan
Meskipun bisa dibilang sederhana proses perakitan dan programnya lumayan menyulitkan apalagi waktu pameran yang semakin mepet
Untung saja semua bahan yang memang sebelumnya sudah dipesan oleh guru pembimbing kami yang kubeli dua minggu yang lalu berhasil diselamatkan oleh gimmel
Aku juga tidak tahu bagaimana dia melakukannya tapi dia memberitahuku kalau semua barang belanjaanku sudah berada dimotorku yang terpakir dilapangan parkir tempat evakuasi
“teman teman cemilan datang”
Ajeng yang baru kembali dari minimarket berteriak sambil mengangkat kantung plastik penuh snack
“hore” kita semua bersorak
Ditengah suasana seru istirahat ngobrol dan makan cemilan sore itu aku melihat erik dan afiyah yang ngobrol berdua, jika dilihat dari senyuman mereka berdua sepertinya obrolan mereka berdua cukup seru dan entah kenapa aku merasakan perasaan yang aneh
“hei bud budi?”147Please respect copyright.PENANAkaNdMLU0cA
”eh iya wi kenapa?”
“haduh si budi ditanya diem aja”
“kenapa?”
“kamu tahu gak mereka itu pacaran gak sih?”
Sambil menunjuk kearah erik dan afiyah
“pacaran? Setahuku erik selalu ngeles kalo ditanya masalah itu”
“ah ternyata sama aja jeng”
“iya nih gimana sih yang katanya sahabatnya erik”
“heh meskipun sahabat kalo masalah pribadi ya masing masing lah, pernah tau istilah privacy gak sih?”
“tapi kalian bertiga kan akhir akhir ini bersama terus mana kamu juga pulang bareng kan sama afiyah?”
“iya katanya kalian tetangga?”
“meskipun tetangga juga gak kepo lah”
“apa jangan jangan kamu yang pacarnya afiyah?”
“eh mulutnya ya! Awas kalo nyebar jadi rumor aneh ya”
Mereka berdua tertawa
“ah payah nih padahal kan mereka berdua itu lagi hot banget rumornya kan wi?”
“bener jeng”
emang bener sih seminggu terakhir ini saat afiyah mulai masuk sekolah kedua orang tuanya memintaku untuk mengantar jemputnya tiap hari itu demi kesehatan afiyah kata mereka
Dan entah kenapa ayahku yang juga adalah teman kerja ayah afiyah juga mengatakan hal yang sama
Meskipun itu bukan tugas yang sulit dan aku juga tidak keberatan, begitu pula dengan afiyah, tapi dia kan ada erik? Apa boleh aku sebagai sahabat berdiri diantara keduanya?
“bud budi?”
“iya”
Kali ini yang memanggilku erik
“kenapa bro?”
“bisa tolong bantu kesini bentar bro?”
“oke”
Kuputuslan untuk mengabaikan perasaan seperti itu, karena bagaimanapun mereka berdua adalah sahabatku
--//--
Akhirnya kami bisa pulang pukul enam sore, project kami sebagian besar sudah selesai meskipun ada beberapa bagian yang salah dan perlu sedikit perbaikan, tapi itu bisa diperbaiki besok
Setelah pamitan dengan erik dan yang lainnya aku tancap gas kembali kerumah
Tentu saja aku tidak sendirian, selama seminggu terakhir ini aku berboncengan dengan afiyah yang entah kenapa selalu memelukku, saat kutanya pertama kali dia beralasan kalau dia kedinginan dan beberapa kali dia menyandarkan kepalanya dipungungku dan untuk ini saat kutanya jawabnya karena kepalanya pusing saat terkena angin
Tapi entah kenapa aku merasa kalau alasannya itu cuma bohong, tapi karena yang dia lakukan sama sekali tidak menggangguku kuputuskan untuk membiarkannya meskipun aku juga gak enak hati dengan erik
Tapi kenapa saat kutanya erik hanya tertawa dan mengatakan ‘bagus kan bro kamu jadi tahu rasanya boncengin cewek’
Apa dia gak cemburu ceweknya diboncengin orang?
Apa mungkin erik gak bener bener suka sama afiyah?
Waduh untuk masalah itu kayaknya aku gak boleh ikut campur
Dan tanpa sadar kami sudah tiba didepan rumah afiyah
“terima kasih ya bud”
“iya sama sama fi”
“mau mampir kedalem?”
“nggak deh lain kali aja”
Setelah itu baik aku ataupun afiyah terdiam karena kami memang tidak ada subjek percakapan lain menciptakan suasana canggung untuk beberapa saat
“kamu masuk dulu aja deh aku tungguin”
“oh I-iya aku masuk dulu yah”
“iya”
Sebenarnya aku bisa saja langsung pergi setelah menurunkan afiyah tapi karena aku tahu kalau dia jadi sasaran atlantean tanpa sebab yang jelas atau lebih tepatnya sebab yang belum diketahui aku jadi khawatir karena itu aku menunggunya masuk kedalam rumah
Tapi saat afiyah baru berjalan beberapa langkah tiba tiba ayahnya keluar dari rumah
“lho budi?”
“iya, malem om”
“ayo sini masuk dulu”
‘”ndak om lain kali aja om”
“ah gak usah takut nanti aku yang bilang ke ayahmu”
“terima kasih, tapi ndak om saya belum mandi”
“ah gak papa namanya pulang sekolah, rumahmu kan deket satu komplek juga kok”
Aku yang merasa tidak enak dengan ayah afiyah, selain itu menolak kebaikan orang lain apalagi sampai berkali kali kan gak baik juga
“ayo sini masuk”
Aku melirik kearah afiyah, dia hanya diam sambil tersenyum melihatku
“iya om permisi”
Aku lalu turun dari motor matic ku dan menuntunnya kedalam
“nah motornya parkir disini aja”
Menunjuk tempat kosong disamping mobilnya
“iya om”
“afiyah ayo cepet mandi terus makan”
“iya yah” jawab afiyah lalu bergegas masuk kedalam rumah
“ayo sini budi, kita makan bareng”
“iya permisi om”
“lho ada budi”
Ibu afiyah menyapa dari dalam
“iya tante”
“ayo sini masuk bud”
“udah anggap aja rumah sendiri, kamu dulu kan juga sering main kesini juga”
Mendengar kata kata itu aku hanya tersenyum
Dan begitulah hariku yang panjang ditutup dengan makan malam bareng di rumah afiyah
Sungguh hari yang panjang
ns 15.158.61.48da2