Ukhti Hafshah mengambil studi di jurusan Teknik Fisika. Ukhti Hafshah sudah masuk ke semester 3 saat ini dan menjabat sebagai salah satu pimpinan di KMI Fakultas Teknik di PTN tersebut.
Awal pertemuan ukhti Hafshah dan akhi Farid adalah ketika ospek jurusan. Saat itu tengah ada lomba antar kelompok ospek. Di sanalah ukhti Hafshah mulai tertarik dengan aura kepemimpinan akhi Farid. Meskipun fisik dan wajah akhi Farid tergolong biasa saja dengan kulit sawo matang, namun kepiawaian berbicara dan kemampuan memimpin kelompok membuat setiap akhwat dalam kelompok ospek itu tertarik padanya.
Di lain hari, ukhti Hafshah menyadari bahwasanya akhi Farid mengambil jurusan yang sama denfan dirinya, hanya saja ia berbeda kelas dengannya. Setiap hari, ukhti Hafshah selalu memperhatikan gerak-gerik akhi Farid bahkan sampai teman-teman dekatnya. Hingga suatu saat ukhti Hafshah mendapatkan info bahwasanya akhi Farid mendaftar sebagai kader KMI. Ukhti Hafshah pun segera mencari informasi tentang pendaftaran KMI di Fakultasnya.
Hafshah : Afwan kak, masih open recruitment kah?
Panitia : Ohh masih.. ini silakan diisi dulu lembar formulir pendaftaran.. Ukhti Hafshah dengan antusias mengisi formulir pendaftaran KMI.
Ia pun juga mendaftar di departemen yang sama dengan akhi Farid. Singkat cerita akhirnya ukhti Hafshah diterima menjadi anggota KMI dan juga sesuai dengan keinginannya untuk bisa satu departemen dengan akhi Farid. Departemen ukhti Hafshah adalah departemen kaderisasi yang bertugas untuk menseleksi dan memastikan setiap anggota KMI memahami proker, visi misi, dan tujuan utama KMi.
Setiap kali ada pertemuan departemen kaderisasi, mata ukhti Hafshah tak bisa lepas dari akhi Farid. Meskipun terkadang ia menunduk khawatir pandangan diketahui akhi Farid. Di KMI hubungan antara ikhwan dan akhwat sangat dibatasi. Memang ada beberapa anggota KMI yang mencuri-curi kesempatan untuk berpacaran di luar sana. Namun pendirian ukhti Hafshah meyakini bahwasanya pacaran adalah hal yang dilarang oleh agama. Bahkan sudah termasuk ranah yang mendekati zina dan hal ini sangat bertentangan dengan visi misi KMI.
Semakin lama ukhti Hafshah semakin merasa ada bibit-bibit rasa sayang di dalam hatinya yang tumbuh pada akhi Farid. Meskipun selama ini ketika berjumpa, mereka hanya berbicara sebatas keperluan tidak lebih. Akhi Farid pun berusaha menjaga jarak dengan wanita, apalagi akhwat aktifis dakwah kampus. Ukhti Hafshah hanya mampu memendam rasa di dalam dirinya dan hanya bisa mengadukannya di sepertiga malam.
Namun sekuat apapun iman seorang aktifis dakwah yang sering duduk dalam kajian-kajian kemuslimahan, rasa futur ataupun lemah iman sering menyerang. Begitupun dalam diri ukhti Hafshah. Saat ia pulang ke kontrakan dan sedang sendiri di kamar tanpa ada kegiatan, ia sering membayangkan bisa berduaan dengan akhi Farid layaknya orang lain yang berpacaran. Bahkan ia sering berkhayal bisa mencium bibir akhi Farid. Seorang akhwat tetaplah wanita yang memiliki hati dan lelaki yang menjadi idaman dalam kehidupannya.
Suatu ketika, ada tugas dari dosen yang mengharuskan mahasiswanya untuk mencari tutorial tentang salah satu mata kuliah yang diajarkan. Berhubung di kontrakan tidak ada wifi, ukhti Hafshah pun bergegas menuju warnet. Ini pertama kalinya ukhti Hafshah datang ke warnet. Ia pun menempati salah satu bilik warnet. Memang semua bilik di warnet yang ia datangi memiliki pembatas yang tingfi sehingga privasi pengguna internet benar-benar terjamin. Namun bagi ukhti Hafshah sama sekali tidak ada bedanya, toh dia beranggapan hanya akan mencari video tugasnya saja. Beberapa menit browsing, akhirnya ukhti Hafshah mendapatkan video yang dia cari. Sembari menunggu download selesai, terbesit pikiran untuk menstalker sosial media akhi Farid.
Ukhti Hafshah kembali terbuai dalam angan-angan ketika ia melihat-lihat foto-foto akhi Farid di sosial media. Tak lama kemudian ia mendapatkan notifikasi download telah selesai, namun dengan cerobohnya ukhti Hafshah langsung men-close pop up notification itu padahal ia tidak tahu di mana lokasi penyimpanan videonya barusan. Akhirnya terpaksa ia harus mencari satu per satu folder yang ada. Sampai ukhti Hafshah menemukan folder berisi banyak sekali video. Ia beranggapan mungkin ini folder destinasi setiap download pelanggan di sini.
Tanpa pikir panjang ukhti Hafshah melihat-lihat nama file video di folder itu, namun hampir semua nama video berupa angka tidak ada yang mendeskripsikan tentang isi file videonya. Akhirnya ukhti Hafshah melakukan random klik ke file video yang ada. Ia pun tak lupa memasang headset.
Ketika video telah dimulai, betapa terkejutnya ukhti Hafshah ternyata yang ia buka adalah file video porno. Ukhti Hafshah yang panik langsung berupaya mematikan video yang barusan ia play. Namun ternyata PC yang ia gunakan tidak merespon pointer mousenya. Akhirnya terpaksa ukhti Hafshah menonton video yang ada di PC nya. Karena banyak orang yang lalu lalang di depan biliknya, ia berfikir kalau panik malah akan menimbulkan perhatian.
Ukhti Hafshah berupaya tetap tenang dengan berusaha menutup mata sembari jemarinya tetap berusaha mengklik tombol close video itu. Namun karena headset masih menempel di kepalanya, ukhti Hafshah pun mau tidak mau harus mendengar suara erotis video itu. Ukhti Hafshah tau benar ini adalah hal yang dilarang oleh agama, namun rasa penasaran pada dirinya mendorongnya untuk mengetahui apa yang ada di video itu.
Nampak dalam video itu seorang wanita pirang tengah telanjang bulat dan sibuk memainkan memeknya. Tiba-tiba datang seorang laki-laki dengan kontol besar dan panjang menuju si perempuan. Kemudian mereka saling berciuman dengan mesranya sementara tangan si lelaki membelai lembut toket si wanita. Ukhti Hafshah memperhatikan setiap aksi mereka dengan seksama. Dalam hatinya berkecamuk antara bisikan malaikat dan bisikan setan. Akhirnya ukhti Hafshah berkata pada hatinya kalau sekali-sekali inshaaAllah tidak masalah. Akhirnya bisikan setan itupun ia ikuti.
Kini si wanita mulai menjilati kontol si lelaki dan mulai memasukkan kontol besar dan panjang itu ke mulutnya. Ukhti Hafshah yang baru pertama kali melihatnya pun merasa eneg bercampur mual, namun rasa penasarannya mengalahkan itu semua. Nampak wanita dalam video itu begitu menikmati mengoral kontol si lelaki, akhirnya adegan-adegan dalam video itu pun perlahan mempengaruhi ukhti Hafshah.
Hafshah : *Ahh.. emang kemaluan ikhwan selezat itukah??* gumam nya dalam hati.
Ukhti Hafshah pun mulai mengganti posisi duduknya dengan membuka sedikit pahanya. Kini adegan dalam video berganti si lelaki mengulum puting si wanita secara bergantian. Desahan dan rintihan si wanita membuat pikiran ukhti Hafshah menjadi tak karuan. Si wanita dalam video terlihat begitu menikmati setiap rangsangan yang diberikan oleh si lelaki. Ukhti Hafshah yang mengenakan setelan Jilbab antem hitam dan gamis hitam panjang mulai merasakan rangsangan mengalir di tubuhnya. Kini tangannya mulai meremas-remas toketnya dari balik jilbab hitam yang ia kenakan. Ia pun mencoba memainkan putingnya.
Ukhti Hafshah merasakan geli kenikmatan pada putingnya. Tanpa ia sadari desahan lembut mulai keluar dari mulutnya.
Hafshah : Mmhhhh.. sshhh..ahh..
Ukhti Hafsah semakin penasaran dengan apa yang akan diperbuat lelaki dalam video itu selanjutnya. Kini si lelaki mulai menjiati dan menghisap memek si wanita. Si wanita dalam video itu pun merintih mendesah menahan nikmat. Lidah si lelaki mulai menyeruak masuk ke dalam memek si wanita. Ukhti Hafshah yang sudah terangsang pun mulai meraba-raba memeknya yang masih tertutup gamis dan CD. Merasa kurang, Ukhti Hafshah lebih menekan jari-jemarinya di memeknya dan mulai menggerakkan jarinya seperti gerakan jilatan lelaki di video itu.
Hafshah : Sshhhh.. Mmmhhhh.. Mmffhhh.. Aaaahhh..
Tanpa sadar rintihan dan desahan ukhti Hafshah semakin intens. Rasa nikmat yang ia rasakan di memek dan putingnya membuatnya lupa akan dirinya yang seorang akhwat aktifis dakwah. Kini si lelaki mulai melesakkan kontolnya ke memek si wanita dan mulai menggenjotnya. Suara hantaman tubuh kedua manusia di video itu dan suara desahan si wanita membuat syahwat ukhti Hafshah memuncak. Ia pun sudah tak menghiraukan keadaan kiri-kanannya. Ukhti Hafshah dengan gencarnya memainkan memeknya, sementara tangannya kini menyusup ke balik gamis dan meremas-remas toketnya langsung. Sebenarnya ukhti Hafshah tau benar ini hal yang dilarang oleh agama, bahkan salah satu ustad yang ia kagumi pun menekankan pentingnya seorang akhwat menghindari hal-hal seperti ini, namun itu semua hanya menjadi angin lalu baginya hari ini. Gelora syahwat telah benar-benar menguasainya. Memeknya pun terasa makin becek, matanya terpejam merasakan kenikmatan yang belum pernah ia rasakan selama ini. Ukhti Hafshah menggerak-gerakkan tubuhnya, mencoba mengejar syahwatnya yang tak terbendung. Rintihan dan desahannya pun semakin kuat. Nafasnya memburu cepat seakan ia tengah berlari.
Hafshah : Sshhh.. Mmhhh.. Ahhhhh.. Ahhhh.. Nghhh.. Sshhhh.. Mmhhhh..
Tak lama kemudian ukhti Hafshah merasakan sensasi seperti ingin buang air kecil namun kali ini terasa nikmat. Ia pun tak tahan lagi dan menekan jemarinya sedalam mungkin ke selakangannya. Kedua pahanya menjepit erat tangan kanannya yang berada di selakangannya, sementara tangan kirinya meremas kuat toket kanannya, kepalanya menunduk dengan bibir bawahnya ia gigit.
Hafshah : NNNGGHHHHHHH..
Ukhti Hafshah melenguh melepaskan orgasme pertamanya seumur hidup. Sensasi kenikmatan yang tiada tara ia rasakan untuk pertama kalinya. Memeknya berdenyut-denyut melepaskan birahi yang tertahan. Ia pun kemudian tersandar lemas di tembok bilik warnet. Nafasnya masih tersengal-sengal setelah merasakan kenikmatan dosa duniawi.
Setelah beberapa saat, ukhti Hafshah kembali mendapatkan kesadarannya. Ia pun merasa bersalah dengan apa yang telah ia lakukan. Sebagai seorang muslimah yang taat kenapa dirinya bisa terjerumus dalam hal ini. Bulir air mata pun mulai muncul dan membuat matanya berkaca-kaca. Rasa bersalah akibat masturbasi yang ia lakukan begitu membekas pada dirinya hari itu. Namun tangisan kecilnya tertahan ketika ia mendapatkan telpon dari temannya. Ukhti Hafshah pun menanyakan bagaimana cara mematikan/merestart PC dalam kondisi seperti itu. Akhirnya ukhti Hafshah berhasil mengembalikan tampilan PC seperti sedia kala. Notifikasi dari billing pun muncul, ukhti Hafshah pun tak mau ambil pusing untuk menseleksi satu per satu file yang ada. Ia pun mencopy seluruh isi folder itu ke flashdisknya.
Sesampainya di kontrakan, ia segera mengunci pintu dan rebahan di kasur kamar. Ukhti Hafshah masih merasa bersalah dengan kejadian tadi. Namun dalam hati kecilnya berbisik bahwa manusia tak bisa lepas dari salah dan lupa, dan ia juga teringat dengan pesan ustadnya bahwa Allah maha pengampun selama hambanya mau beristighfar setelah berbuat dosa. Ilmu yang ia dapat dari kajian-kajiannya membuatnya sedikit lega. Tiba-tiba rasa kantuk menyerangnya, ia pun tertidur dengan jilbab dan gamis masih melekat di tubuhnya.
Suara adzan Ashar membangunkan ukhti Hafshah dari tidurnya. Ia pun bersegera mandi junub. Ketika tengah mandi, tak sengaja telapak tangannya menyentuh putingnya beberapa kali dan memberikan sensasi seperti tadi.
Hafshah : *Ahhh.. geli enakk.. apa lanjut yaahh?* Gumamnya dalam hati.
Namun tak lama ingatannya tentang dosa mencegahnya dari berbuat yang lebih jauh. Selesai mandi ia pun sholat. Jam menunjukkan 16.03 saat ia teringat kembali dengan tugas video dari dosennya. Ukhti Hafshah merasa ragu-ragu untuk membuka isi folder di flashdisknya, khawatir ia akan kembali terjerumus dalam kenikmatan dosa sesaat itu. Tapi apa daya, kalau tidak di cek satu per satu bagaimana dia akan tau. Akhirnya ukhti Hafshah kembali menseleksi satu per satu video.
Hafshah : Alhamdulillah ketemu.. gak harus download lagi dehh..
Ukhti Hafshah pun menyimpan file tugasnya di folder tersendiri. Menjadi kebiasaan ukhti Hafshah kalau sedang di kamar, ia biasanya hanya mengenakan jilbab instan dan daster tanpa dalaman karena menurutnya mengenakan dalaman membuatnya risih. Sementara jendela kamarnya cukup tinggi sehingga tirainya tak mampu menutup bagian atas jendelanya. Ia mengenakan jilbab khawatir apabila ada orang-orang yang iseng mengintip ke kamarnya.
Kini ukhti Hafshah pun hendak menghapus video-video lainnya, namun setan dalam dirinya kembali membisikinya kalau siapa tau nanti ia membutuhkan video itu. Tak hanya itu, ukhti Hafshah juga penasaran dengan salah satu video yang sempat tadi ia play dimana pemeran wanitanya berjilbab layaknya orang asia dan bercadar.
Hafshah : *Ternyata ada juga akhwat yang kayak gini.. jadi penasaran..* gumamnya dalam hati.
Ukhti Hafshah kembali lebih menuruti hawa nafsunya. Tak lupa earphone ia gunakan. Tanpa ragu ukhti Hafshah pun mem-play video akhwat itu. Sang akhwat dalam video mengenakan jilbab segi empat hitam, cadar tali hitam dan berkacamata namun tanpa busana, hanya bagian kepalanya saja yang tertutup jilbab.
Adegan dimulai dengan si akhwat memainkan memeknya dengan dildo, sementara tangannya meremas-remas toket besarnya dengan gemas. Tak lama berselang datanglah si lelaki dengan kontolnya yang langsung ia sumpalkan ke mulut si akhwat. Si akhwat pun dengan rela dan enjoy mengoral kontol si lelaki.
Melihat aksi dalam video tersebut ukhti Hafshah kembali di landa birahi. Perlahan tapi pasti syahwat dalam dirinya pun bergolak. Ukhti Hafshah pun tak mau kalah merasakan nikmat seperti si akhwat dalam video itu. Ia pun duduk bersandar pada tembok kamarnya, sementara laptop berada tepat di depannya. Ukhti Hafshah menyingkapkan dasternya hingga ke perut, sementara bagian atas dasternya ia turunkan hingga ke perut juga. Kini tubuh putih mulusnya yang berpaha jenjang mulus tanpa cela berhiaskan toket ukuran 34D dengan puting yang mulai mengeras terpampang jelas. Ia membuka pahanya hingga posisinya kini mengangkang. Tangan kanannya dengan sigap langsung memainkan memeknya secara perlahan, sementara tangan kirinya meremas lembut toketnya yang belum pernah dijamah lelaki itu.
Hafshah : Sshhh.. Ohhh.. Mmhhh.. Mass Fariddd..
Adegan di video itu kini beralih si lelaki tengah menjilati memek si akhwat, sementara dildonya tertancap di liang anus si akhwat. Desahan si akhwat begitu erotis menghipnotis ukhti Hafshah hingga membuatnya berfantasi dengan akhi Farid. Ukhti Hafshah membayangkan akhi Farid menjamahi tubuhnya, mencupang dan menjilati lehernya turun ke kedua toketnya dan langsung melahap putingnya. Ukhti Hafshah semakin bernafsu memainkan kedua putingnya secara bergantian. Rasa geli bercampur nikmat di ujung putingnya memberikan sengatan-sengatan birahi ke sekujur tubuh ukhti Hafshah. Tangan kanan ukhti Hafshah membelai lembut memek dan kelentitnya membayangkan akhi Farid membenamkan wajahnya di selakangannya.
Hafshah : AHHHH.. MMMHH.. AKHIII.. TERUUSSHH.. ENAAKKKHH.. MMMFFHH..
Crep.. Crep.. Crepp.. memek ukhti Hafshah semakin becek sementara adegan di laptop, si akhwat tengah di anal oleh si lelaki dengan posisi missionary. Tangan si akhwat pun dengan lihai memainkan dildo di memeknya sementara tangan yang lain meremas-remas toketnya. Melihat adegan itu ukhti Hafshah semakin berfantasi liar membayangkan tentang akhi Farid.
Ukhti Hafshah tengah membayangkan akhi Farid mengobok-obok memeknya dengan kontol perkasanya. Dengan gagahnya, akhi Farid menyodok-nyodok memek mungil ukhti Hafshah dengan posisi Men on Top. Ukhti Hafshah yang membayangkan hal itu syahwatnya semakin memuncak. Gerakan tangan di memeknya semakin cepat sementara tangan kirinya semakin liar meremas toket 34D miliknya.
Hafshah : MMMMHHHHHHHHH..
SERRRRRRRRRRR.. SERRRRRRRRRRR..
Ukhti Hafshah mengerang tertahan sembari memeknya menyemburkan cairan surgawinya dengan deras hingga membasahi laptopnya. Kenikmatan yang tiada tara baru saja ukhti Hafshah rasakan hingga akhirnya ia melepaskan seluruh syahwatnya dengan squirting hebat. Tubuhnya terkulai lemas setelah orgasme, nafasnya tersengal-sengal merasakan sisa-sisa orgasmenya. Keringat mengucur dan rasa lelah mulai menerpa dirinya.
Dalam pikirannya ukhti Hafshah merasa menyesal. Namun kenikmatan yang baru saja ia rasakan bukanlah sesuatu yang bisa ia tinggalkan begitu saja. Ukhti Hafshah pun tertidur dengan tubuh telanjang dan kasur yang basah dengan cairan surgawinya.
Hari-hari berikutnya ukhti Hafshah mulai disibukkan dengan perkuliahan dan organisasi KMI yang ia ikuti. Sehingga ia tak punya waktu luang untuk kembali menikmati video-video porno di Laptopnya. Kajian-kajian kemuslimahan yang ia ikuti kembali menggugah imannya untuk meninggalkan dosa itu. Namun manusia, ukhti Hafshah pun masih sering khilaf.
Farid : Assalamualaikum ukhti Hafshah..
Hafshah : Wa’alaykumsalam yaa akhi.. afwan..
Farid : Ana lihat ukhti nglamun.. baru banyak pikiran kah? Tanya Farid sambil ia memilah-milah berkas proker departemen mereka.
Hafshah : Ohh.. nggak kok akhi.. Cuma keinget sesuatu aja.. jawab ukhti Hafshah untuk menjaga image dirinya padahal sebenarnya ia tengah membayangkan bercumbu dengan akhi Farid di tempat itu.
Mereka tengah ada diskusi tentang proker departemen selama 2 semester ini. Ukhti Hafshah begitu terpesona dengan kewibawaan akhi Farid dalam memimpin diskusi. Hingga ia terbayang dengan video tentang akhwat kemarin. Ukhti Hafshah duduk dengan gelisah karena menahan syahwatnya yang mulai datang.
Hafshah : Afwan akhi, ana izin kebelakang dulu..
Farid : Ohh iya.. silakan ukh..
Ukhti Hafshah kemudian bergegas menuju toilet sekre KMI sementara tatapan akhi Farid tertuju pada ukhti Hafshah yang berpakaian serba hitam itu. Akhi Farid ternyata juga memendam perasaan kepada akhwat cantik berkacamata tersebut.
Sesampainya di toilet, ukhti Hafshah langsung melepas celana panjang dalamnya dilanjutkan dengan CDnya. Tak lupa ia juga membuka resleting depan gamisnya dan membebaskan toket montoknya dari sangkarnya. Desain toilet sekre cukup luas 2x2,5 meter sehingga ukhti Hafshah bisa dengan leluasa berpose bebas. Ukhti Hafshah duduk di pinggir bak yang terbuat dari semen dan di keramik. Kakinya yang jenjang putih mulus menjuntai ke bawah dengan posisi sedikit dibuka. Sementara jilbab hitam pet antemnya ia singsingkan di pundaknya.
Hafshah : Sshhh.. Ahhhh.. Akhiii.. Mmmhhh..
Kembali ukhti Hafshah masturbasi kali ini di toilet sekre KMI. Fantasi nya dengan akhi Farid telah membius keimanan dalam dirinya. Ia tengah membayangkan akhi Farid mensetubuhi dirinya di ruangan toilet itu. Tangan kanannya begitu lihai memainkan memeknya yang masih perawan namun telah terbanjiri lendir nafsu syahwat nya. Birahi yang menerpa dirinya kini ia luapkan dengan memanjakan dirinya berfantasi ria tentang ikhwan idamannya.
Tangan kirinya pun tak lepas memijat lembut gunung kembar indahnya. kadang memilin-milin putingnya secara bergantian untuk mendapat sensasi rangsangan yang maksimal. Suara rintihan dan desahan ukhti Hafshah cukup keras dalam toilet itu. Bodohnya lagi ia tidak menyalakan kran bak toilet untuk menutupi desahan yang ia keluarkan.
Hafshah : Ahhhh.. Aaahhhh.. Yaa Akhiii.. Terusshh.. Oouhhh.. Mmhhhh..
Memek ukhti Hafshah semakin becek, kepalanya mendongak merasakan luapan birahi yang semakin tak terbendung. Beberapa saat kemudian ia menyerah dan melenguh panjang merasakan orgasme yang meledak.
Hafshah MMMMHHHHHHHHH...
SERRRRRRRRRRR.. SERRRRRRRRRRR.. CCRKKKK..CCRRRKKKKK..
Deras suara cairan surgawi ukhti Hafshah menggema di seluruh ruangan. Rasa puas dan lega membuat ukhti Hafshah sedikit lemas. Namun belum sempat ia merasakan sisa-sisa orgasmenya, ia dikejutkan oleh suara ikhwan yang menggedor pintu toilet sekre.
DOK.. DOK.. DOKK..
Farid : Ukhti.. anti kenapa? Gak papa kan?.. suara akhi Farid membuat ukhti Hafshah panik.
Hafshah : Emm.. Ehmm.. Gak papa kok.. jawab ukhti Hafshah yang langsung turun dari bak kamar mandi dan merapikan kembali pakaiannya.
Farid : Oohhh.. yasudah.. ana kira kenapa..
Farid pun beranjak pergi setelah memastikan akhwat yang ia idamkan baik-baik saja padahal ia juga sebenarnya tahu tentang apa yang diperbuat ukhti Hafshah di dalam toilet hanya saja ia lebih memilih diam dan menunggu waktu yang tepat. Sementara itu ukhti Hafshah telah kembali cantik dan rapi, kemudian ia kembali ke sekre KMI untuk bersiap-siap kuliah.
Selama semester 1 dan 2 ini berjalan, ukhti Hafshah hanya bisa bermasturbasi ketika ia birahi berat. Bahkan pernah ia bermasturbasi ketika kuliah umum sedang berlangsung meskipun ia tidak sampai squirting. Akhi Hamdan pun ia rasakan kini sedikit lebih terbuka dengan dirinya. Kadang ketika chat WA yang dulunya ia jutek, kini lebih aktif dalam membalas chat dari ukhti Hafshah. Bahkan kadang ia chat terlebih dulu hanya untuk menanyakan kabar tentang ukhti Hafshah. Ketika diskusi pun, akhi Farid lebih memperhatikan setiap kata-kata yang disampaikan oleh ukhti Hafshah. Namun tetap saja mereka saling menjaga jarak karena larangan agama meskipun dalam hati mereka ingin untuk segera memadu kasih.
Hingga datanglah sore itu di mana Hamdan di dalam sekre KMI tengah mensetubuhi ukhti Hafshah bersama Alisa. Ukhti Hafshah nampak menikmati setiap sodokan Hamdan di memeknya. Rintihan, desahan, racauan ukhti Hafshah begitu erotis dan terlihat kontras dengan kesehariannya sebagai seorang akhwat alim yang selalu menjaga auratnya dari ikhwan yang bukan mahramnya. Akhi Farid menyaksikan secara langsung setiap hal yang terjadi di dalam sekre itu melalui jendela belakang sekre yang memang sudah rusak sehingga mudah untuk dibuka-tutup. Akhi Farid yang datang ke sekre berniat untuk mengambil berkas yang tertinggal harus menelan kenyataan pahit di hadapannya. Akhwat yang begitu ia inginkan telah di nikmati oleh Ikhwan lain yang juga adik angkatannya. Sakit hati yang ia rasakan terlalu dalam sehingga membuatnya lemas dan memilih untuk meninggalkan ukhti Hafshah di dalam sekre menikmati kontol Hamdan yang mengobok-obok memek perawannya.
Selama perjalanan pulang, akhi Farid merasa hampa. Semua yang ia rasakan musnah sirna setelah melihat kejadian itu. Tanpa terasa butiran air mata mengalir membasahi pipinya.
Farid : Lhoohh.. kok ana nangis? Kenapa ini?
Sesampainya di kos an, ia pun merebahkan dirinya dan menangis sejadinya mengingat kenyataan yang begitu mengejutkan dalam kehidupannya. Meskipun seorang lelaki, namun ketika hati sudah tersakiti pun air mata tak mampu dibendungnya.
Hari berikutnya ukhti Hafshah merasa ada yang janggal dengan akhi Farid. Ia kelihatan murung dan terlihat menghindar darinya. Ukhti Hafshah menjadi merasa bersalah meskipun ia tidak tau letak kesalahannya dimana.
Sore harinya cuaca mendung dan mulai hujan. Sekre pun mulai ditinggalkan oleh mahasiswa yang biasanya rame hingga menjelang maghrib. Hanya tersisa akhi Farid dan ukhti Hafshah saja. Mereka masih sibuk membereskan tugas-tugas dan proker selama seminggu ini. Waktu menunjukkan jam 16.17 ketika keduanya telah selesai mengerjakan tugas departemen.
Farid : Afwan ukhti.. sudah selesai kah?
Hafshah : Ahh.. iya sudah akhi.. suara mereka terdengar canggung satu sama lain padahal sebelumnya mereka terlihat dekat dan akrab. Sore ini akhi Farid pun bertanya pada ukhti Hafshah tanpa memandangnya dan terkesan acuh.
Sementara hujan di luar semakin deras dengan angin yang begitu kencang. Jendela belakang yang rusak membuat angin mudah masuk ke dalam sekre sehingga ruangan pun terasa semakin dingin. Ukhti Hafshah memang tak terlalu kuat dengan dingin. Ia pun mulai merasakan dingin dan memeluk tubuhnya sendiri. Akhi Farid meskipun masih belum bisa melupakan kejadian kemarin sore tetap saja tidak tega melihat ukhti Hafshah kedinginan. Akhi Farid pun berdiri mendekati ukhti Hafshah dan duduk di sampingnya. Ukhti Hafshah yang menyadari keberadaan akhi Farid yang begitu dekat dengannya bahkan wangi tubuhnya bisa ia cium dengan jelas hanya bisa terdiam tertunduk. Tak ada gerak penolakan dan kata-kata yang terucap dari bibir merahnya. Berkhalwat (Berduaan) antara ikhwan dan akhwat sangatlah dilarang dalam agama karena bisa menjadi sebab timbulnya kejadian yang lebih parah. Namun ukhti Hafshah juga tak mau melewatkan kesempatan berdua dengan lelaki idamannya. Saat akhi Farid meletakkan jaketnya ke tubuh ukhti Hafshah, ukhti Hafshah jantungnya langsung berdegup kencang. Wajahnya memerah menahan rasa malu sekaligus bahagia.
Farid : Masih dinginkah ukh?
Hafshah : Ngg.. Nggak akhi.. afwan ngrepotin.. kedua tangan ukhti Hafshah menggenggam erat jaket akhi Farid yang ada di tubuhnya. Ia begitu bahagia mendapatkan perlakuan seperti itu.
Farid : Ukhti.. kalau menurut ukhti, salahkah kalau seorang ikhwan menyukai seorang akhwat?
Hafshah : Mm.. knapa akhi bertanya hal itu?.. rasa penasaran membuat ukhti Hafshah berani menatap akhi Farid.
Farid : Yaa ana cuma pengen tau aja pendapat ukhti tentang itu?
Hafshah : Mmm.. gimana ya? Namanya juga manusia akhi.. pasti juga akan merasakan hal seperti itu pada suatu saat.. biarpun ia seorang ikhwan atau akhwat yang selalu ikut kajian..
Farid : Mmm.. gitu yah? Kalau seumpama ada ikhwan yang suka sama ukhti Hafshah gimana?
Hafshah : Ehhh.. Gimana yah? Soalnya ana juga belum pernah akhi..
Farid : Mmm.. brarti ana yang pertama yah? Soalnya ana suka sama ukhti..
Mendengar jawaban akhi Farid, ukhti Hafshah bak tersengat listrik jutaan volt. Antara kaget dan bahagia bercampur menjadi satu. Hatinya benar-benar berbunga mendengar kalimat yang baru saja diucapkan akhi Farid. Sebuah kalimat yang ia nantikan selama ini. Karena terlalu bahagia, ia pun tak sanggup menatap akhi Farid, hanya tertunduk menahan rasa yang indah dalam dirinya.
Farid : Yaahh.. udah beberapa bulan ini.. tapi baru bisa ngomong sekarang.. kalau ukhti sendiri gimana?
Ukhti Hafshah tak mampu menjawab kata-katanya, hanya bisa mengangguk perlahan.
Farid : Kok diem ukh..??
Hafshah : Mm.. sebenernya ana juga suka sama akhi.. Cuma malu mau ngomong..
Farid : Beneran ukh? Duhh senengnya ana dengernya..
Ukhti Hafshah yang mengenakan setelan jilbab jumbo pet antem dan gamis panjang warna dongker hanya mengangguk saja. Ia masih menunduk merasakan kebahagiaan yang baru ia rasakan selama ini.
Farid : Hemmhh.. Cuma ana kecewa ukh.. sakiit banget hati ana waktu lihat ukhti kemarin sore di sini..
Bak disambar petir, jantung ukhti berdegup kencang serasa mau copot, tubuhnya langsung lemas mengetahui akhi Farid tau tentang persetubuhannya dengan Hamdan.
Farid : Ana gak habis pikir.. selama ini yang ana tau.. ukhti seorang Akhwat yang terjaga.. selalu semangat dalam kegiatan dakwah.. namun kenyataan sore kemarin.. aghh.. ana gak tau lagi..
Sembari akhi Farid bersandar ke tembok sekre dengan raut wajah kesedihan. Ukhti Hafshah pun tak bisa menjawab setiap kata-kata akhi Farid. Rasa bersalah akan dosa yang ia buat telah menghancurkan seluruh kebahagiaan yang ia baru saja rasakan. Hatinya benar-benar hancur remuk ibarat gelas dilempar jatuh dari ketinggian. Hanya isak tangis ukhti Hafshah yang mulai terdengar.
Farid : Ana jadi bingung.. benarkah kata-kata ukhti kalau ukhti suka sama ana? Padahal kemarin sore sampai bilang sayang ke Hamdan waktu itu.. yang benar yang mana ukh? Ana pun sakit hati juga..
Ukhti Hafshah semakin kuat tangisannya. Kedua tangannya berkali-kali mengusap wajahnya yang putih dan berhiaskan kacamata yang basah oleh deraian air mata. Dengan tersedu-sedu, ukhti Hafshah ingin sekali mengatakan kalau rasa di hatinya benar-benar nyata, namun rasa bersalah yang terlalu parah telah menghancurkan kepercayaan dirinya. Ia hanya mampu menangis meratapi semua yang telah terjadi.
Hafshah : Aff.. Hikss.. Afwanhh.. Hikss.. Hikss.. Srupp.. Afwan akhi.. Afwann.. sembari kedua tangan putih mulus ukhti Hafshah bergantian mengelap wajahnya dari air mata.
Farid : hufft.. gimana biar ana tau ukhti serius suka sama ana? Apa bukti dari ukhti..??
Hafshah : Aaff.. hikss.. Afwann.. hikss.. Afwan akhii.. ana udah salah banget.. hiks.. ana ga tau lagi harus gimana.. hikss.. hikss.. tapi demi Allah.. ana.. hikss.. ana.. suka banget sama akhi..
Mendengar jawaban ukhti Hafshah yang merasa bersalah akhi Farid pun luluh hatinya. Baginya, ukhti Hafshah tetaplah akhwat yang ia sukai. Akhi Farid yang duduk disebelah kanan ukhti Hafshah kemudian merangkulkan tangan kirinya ke pundak ukhti Hafshah sementara tangan kanannya memegang dagu ukhti Hafshah. Ukhti Hafshah hanya terdiam ketika akhi Farid mengarahkan wajahnya ke arah wajah akhi Farid. Ukhti Hafshah terkejut ketika akhi Farid tiba-tiba mendaratkan ciuman ke bibirnya. Tangan ukhti Hafshah hanya terdiam tak menolak sama sekali perlakuan akhi Farid. Akhi Farid kini mulai melancarkan ciuman lembut ke bibir ukhti Hafshah. Meski masih merasa bersalah, ukhti Hafshah tetap membalas ciuman dari akhi Farid. Tangan kanan akhi Farid menggenggam erat tangan ukhti Hafshah. Lama kelamaan ciuman mereka semakin liar. Akhi Farid yang juga terkenal alim dikalangan para akhwat ternyata juga lihai melakukan frenchkiss padanya. Ukhti Hafshah yang sudah mulai merasakan nyaman seakan tak mau kehilangan momen ini, ia segera merangkul leher akhi Farid dengan kedua lengannya.
Mmhhh.. Mmmfhh.. Mmmmchh.. Mmfhh.. Ahhh.. Mmmhh..
Akhi Farid semakin intens menyerang ukhti Hafshah. Lidah mereka mulai saling melesak masuk ke rongga mulut lawannya saling melilit satu sama lain. Air liur mereka pun saling bercampur satu sama lain. Pihak ketiga yang hadir di ruangan sekre itu telah berhasil menjerumuskan kedua insan aktifis dakwah itu ke dalam jurang kenikmatan dosa.
Tangan kanan akhi Farid mulai menjamahi setiap detil tubuh ukhti Hafshah mulai dari paha hingga kali ini berhenti di atas gundukan kenyal milik ukhti Hafshah yang masih tertutup gamis dan jilbab. Serangan kedua akhi Farid lancarkan ke toket 34D milik ukhti Hafshah. Perlahan-lahan akhi Farid meremas-remas toket ukhti Hafshah yang membuat ukhti Hafshah mendesah.
Hafshah : Mmfhhh.. mmmhh... Mmmmmm..
Akhi Farid pun mulai dilanda birahi yang tak tertahankan. Ia pun memeluk ukhti Hafshah dan secara perlahan merebahkan ukhti Hafshah di karpet sekre. Beberapa saat akhi Farid dan ukhti Hafshah saling memandang satu sama lain. Akhi Farid pun tersenyum melihat kecantikan ukhti Hafshah, sementara ukhti Hafshah yang berkacamata turut tersenyum melihat senyum manis akhi Farid.
Kembali akhi Farid melumat bibir ukhti Hafshah yang disambut juga dengan lumatan ganas ukhti Hafshah. Posisi akhi Farid yang berada di atas tubuh ukhti Hafshah membuatnya dengan mudah meng-eksplore setiap lekuk tubuh akhwat syar’i itu. Tangannya dengan lihai menyibakkan jilbab ukhti Hafshah dan langsung membuka resleting depan gamis dongker ukhti Hafshah hingga ke perutnya. Akhi Hamdan menghentikan ciumannya dan memandangi keindahan tubuh ukhti Hafshah yang begitu putih mulus tanpa cela. BH warna putih berenda menghias toketnya yang besar. Sebuah pemandangan haram bagi akhi Farid, namun di sisi lain ia begitu menikmati keindahan yang tersaji di hadapannya. Ukhti Hafshah pun melepas bagian lengan gamisnya dan juga BHnya, kemudian dengan senyuman akhi Farid menarik lepas penjara bagi toket ukhti Hafshah itu.
Akhi Farid menelan ludah melihat keindahan tubuh ukhti Hafshah yang kini terekspose di hadapannya dengan kedua bukit indahnya berhiaskan puting yang sudah tegak mengeras berwarna pink muda.
Hafshah : Kenapa akhi? Ada yang salah kah sama tubuh ana?
Farid : Gak ada yang salah ukh.. Cuma ini terlalu indah.. sembari akhi Farid membelai lembut pipi ukhti Hafshah.
Dahulu ketika masih SMA, akhi Farid memang sempat bergaul dengan teman-teman sekelasnya yang notabene tidak baik. Bahkan hampir tiap hari selalu saja ada temannya yang membawa update video porno untuk ditonton rame-rame di kelas, termasuk juga akhi Farid. Dengan apa yang ada dihadapannya kini, akhi Farid pun tau apa yang harus ia lakukan.
Dengan lembut akhi Hamdan mencupangi pangkal leher ukhti Hafshah sementara kedua tangannya meremas kedua gunung kembar ukhti Hafshah bersamaan. Cupangan dan jilatan akhi Farid turun dari pangkal leher hingga berada belahan toket ukhti Hafshah. Permainan lidahnya menyapu membasahi toket ukhti Hafshah tanpa menyentuh putingnya. Ini membuat syahwat ukhti Hafshah semakin memuncak.
Hafshah : Ahhhh.. Akhiii.. Mmmhhh.. Iyaahhh.. Aduuhh.. Isep dongg..
Haphh.. akhi Farid melahap puting ukhti Hafshah bulat-bulat. Tangan akhi Farid semakin kuat meremas-remas toket ukhti Hafshah yang begitu kenyal dan padat. Lidah akhi Farid pun menari liar di puting ukhti Hafshah yang masih tenggelam di mulutnya. Rangsangan birahi yang begitu hebat dari lidah akhi Farid membuat ukhti Hafshah makin kehilangan kesadarannya sebagai seorang akhwat syar’i yang selalu menjaga marwahnya.
Hafshah : SSSHHH.. AHHH.. OHHH AKHIII.. MMMFFHH.. TERUSSHH.. SSHHH..
Ukhti Hafshah akhirnya bisa merasakan fantasinya dicumbu oleh ikhwan idamannya. Nafsu syahwat yang telah menguasai ukhti Hafshah membuatnya rela untuk kembali memberikan tubuh nya yang selalu ia jaga kepada lelaki yang bukan mahramnya. Akhi Farid melakukan serangan akhir dengan menyatukan kedua puting ukhti Hafshah dan menggesek-gesekkannya sebelum akhirnya ia lahap kedua puting pink muda ukhti Hafshah.
Hafshah : OOOUHHHHHHH.. AKHI FARID SAYAANGHHHH.. SSHHHH.. MMHHH..
Mata cantik ukhti Hafshah terpejam, kepalanya mendongak sembari menggigit kuat bibir bawahnya merasakan hantaman kenikmatan dari permainan lidah akhi Farid. Tangannya dengan kuat meremas-remas kepala akhi Farid dan semakin membenamkannya di gunung kembarnya. Tarian lidah akhi Farid semakin liar ditambah dengan gigitan-gigitan mesra pada kedua puting akhwat berjilbab lebar itu menyebabkan ukhti Hafshah menyerah. Ia pun meluapkan desakan orgasme yang tak lagi mampu dibendungnya.
Hafshah : AAAAAAAKKKHHHIIIIII.. MMHHHHHH....
Tubuh putih ukhti Hafshah mengejang hebat, tangannya menjambak kuat rambut akhi Farid. Sementara mulutnya menganga merasakan orgasme yang datang akibat permainan ikhwan yang ia sukai.
Akhi Farid yang juga sudah terasuki nafsu syahwat, tak memberi ampun pada ukhti Hafshah. Kedua tangannya dengan kuat menarik gamis, CD, dan celana panjang ukhti Hafshah secara bersamaan. Ia lemparkan ke salah satu sudut sekre hingga kini ukhti Hafshah tubuhnya kembali tersaji indah tanpa busana. Menunjukkan setiap lekuk indah tubuh ukhti Hafshah yang mulus putih tanpa cela. Perutnya yang ramping dengan pinggul sempurna serta paha yang aduhai membuat siapapun yang melihatnya tak dapat mengedipkan mata meski hanya sedetik. Gundukan selakangannya nampak bersih tanpa bulu.
Farid : Ya Allah indahnya ciptaan Mu.. ukhti Hafshah.. bolehkah ana menikmati anti?
Hafshah : Iyah.. akhi Farid sayang.. ana diciptakan untukmu yaa akhi..
Akhi Farid yang sudah terbius oleh kata-kata ukhti Hafsha barusan kembali memulai permainannya dengan menjilati kaki ukhti Hafshah dari lutut hingga selakangan secara bergantian kiri dan kanan. Jilatan lembut akhi Farid kembali membuat ukhti Hafshah terbuai dalam birahi duniawi.
Srruupppt... Mmmchh.. sruuppptt..
Hafshah : Ahhh.. mmmhh.. shhhh.. iyahhh akhii sayanghh.. ouuhh...
Akhi Farid yang sudah tak sabar, kemudian membenamkan wajahnya di selakangan ukhti Hafshah. Ukhti Hafshah uang melihat pemandangan itu pun kembali teringat fantasi nya selama ini. Rasa bangga dan nikmat bercampur jadi satu mendorong birahi ukhti Hafshah menuju puncak. Ukhti Hafshah membuka kedua kakinya, mempersilakan lelaki yang bukan mahramnya untuk menikmati bagian tubuhnya yang paling diminati oleh semua pria. Akhi Hamdan dengan buas menjilat, menghisap, menyapu memek pink muda ukhti Hafshah. Lendir khas akhwat pun mengalir deras membasahi memek ukhti Hafshah yang sudah terbakar birahi.
Hafshah : NGHHHH.. SAYAANGHH.. AKHII.. OUHHH.. ENAK BANGET.. YA ALLAAHH.. NIKMATNYAHHH.. MMHHH..
Kedua aktifis dakwah itu kini tengah merasakan nikmatnya berbuat dosa. Tak lagi menghiraukan tempat dan jati diri mereka. Akhi Hamdan semakin semangat menggarap memek ukhti Hafshah yang menebarkan aroma khas akhwat. Kedua ibu jarinya membuka labia mayora tipis ukhti Hafshah dan langsung melesakkan lidahnya menerobos liang surgawi ukhti Hafshah.
Mmmmm.. srrupptt.. mmcchh.. sruupt.. sruupt..
Hafshah : OUHHH.. AHHH.. AKHII.. AHHHH GA TAHAANNN.. OOOOUNNGHHHHH..
SERRRRRRRRRRR.. SERRRRRRRRRRR..
Dengan derasnya ukhti Hafshah menyemburkan cairan surgawinya ke wajah akhi Farid. Sontak akhi Farid memundurkan badannya kebelakang karena ini pengalaman pertamanya dimandikan oleh cairan surgawi seorang akhwat sementara ukhti Hafshah melengkungkan tubuhnya dan sedikit mengangkat pinggulnya merasakan ledakan orgasme di memeknya.
Farid : Ooohh.. wow.. ahahah.. bisa gini yaa ukhtiku sayang? Gimana rasanya?
Hafshah : Hhhh.. Hhh.. afwan akhii.. ana gak bisa ngontrol.. duhh jadi basah semua dehh.. hhh..
Nafas ukhti Hafshah masih tersengal-sengal setelah orgasme keduanya. Sementara akhi Farid hendak melepas semua pakaiannya yang kini telah basah kuyup.
Hafshah : MashaaAllah akhi.. afwan banget yahh.. sini biar ana saja yang lepasin baju akhi Farid sayangh.. sembari Hafshah kini duduk di depan akhi Farid.
Raut wajah ukhti Hafshah kini nampak bahagia, tak ada lagi kegelisahan dalam dirinya. Dengan senang hati ia mulai melepas kancing baju akhi Farid satu per satu. Akhi Farid pun hanya bisa tersenyum puas melihat akhwat yang ia sukai kini mempersembahkan tubuhnya untuk ia nikmati. Selama ini ia tak pernah menyangka akan bisa melihat tubuh indah ukhti Hafshah. Kini ukhti Hafshah hendak bersiap-siap melepas sirwal akhi Hamdan. Kontol akhi Farid yang sudah keras membentuk jelas dari balik celana sirwalnya. Akhi Farid sediit mengangkat pinggulnya dan dengan satu tarikan ukhti Hafshah berhasil membebaskan kontol akhi Hamdan dari kandangnya.
Hafshah : Ahhhh.. akhirnyaaa..
Meskipun ukuran kontol akhi Farid tak seperti Hamdan, namun tetap saja ukhti Hafshah bahagia bisa melihat bagian tubuh lelaki idamannya itu. Tangan putih mulus ukhti Hafshah dengan lembut menggenggam kontol akhi Farid. Perlahan-lahan ukhti Hafshah mulai mengocok kontol akhi Farid. Sensasi kocokan dari tangan lembut ukhti Hafshah membuat akhi Farid melayang dalam belaian syahwat.
Farid : Ahhhh.. sshhh..
Melihat akhi Farid menikmati kocokan tangannya, dengan penuh tatapan nakal ukht Hafshan mulai memasukkan kontol berukuran 19cm diameter 4cm itu ke mulutnya. Mulai dari ujung kontol perlahan-lahan turun hingga setengah kontol kemudian naik lagi dan turun lagi. Gerakan kepala naik turun ukhti Hafshah secara perlahan dengan tangannya yang meremasi lembut sisa kontol akhi Farid membuat akhi Farid merasakan kenikmatan tak terkira. Belaian kembut lidah ukhti Hafshah pada kontol akhi Hamdan di dalam mulutnya pun juga memberikan rangsangan yang luar biasa. Tak hanya sampai disitu, kini ukhti Hafshah melakukan deepthroat hingga kontol akhi Farid menyentuh tenggorokannya.
Ockk.. Occkk.. Ockk.. suara decak becek hantaman kontol akhi Farid ke tenggorokan ukhti Hafshah membuat kedua insan manusia itu semakin bernafsu.
Puas dengan kontol akhi Farid, ukhti Hafshah segera mengambi posisi mengangkang di atas kontol akhi Farid. Akhi Farid hanya terdiam melihat aksi akhwat idamannya itu. Deru nafas keduanya menandakan keduanya telah dilanda birahi seluruhnya. Dengan posisi Women On Top dan dibantu tangan kirinya, ukhti Hafshah mengerahkan kontol akhi Farid ke memeknya dan Bleshhh. Dengan 1 gerakan, seluruh kontol akhi Farid terbenam seluruhnya.
Hafshah : OUUUHHHHHH.. SHHHHH...
Farid : AHHHHHH...
Dengan berpegangan pada pundak akhi Farid, ukhti Hafshah mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur. Rasa nikmat yang diberikan memek ukhti Hafshah pada kontol akhi Farid begitu intens. Akhi Farid merem melek merasakan permainan ukhti Hafshah. Ukhti Hafshah merasakan seluruh liang surgawinya sesak oleh kontol akhi Farid. Rasa nikmat kontol akhi Farid telah membuatnya lupa daratan. Gerakan maju mundur ukhti Hafshah pun semakin cepat.
SPLEK... SPLEKK.. SPLEK.. makin lama memek ukhti Hafshah semakin becek. Suara persenggamaan kedua aktifis KMI itu memenuhi ruang sekre. Derasnya hujan menjadi tabir rintihan dan desahan ikhwan dan akhwat itu dalam mengarungi nikmatnya perzinahan.
Hafshah : AHHHH.. OUUHH.. AKHII.. ENAK BANGET KONTOLNYAAH.. AHHH AKHII.. TERUSSHH.. AHH MAU KELUAR SAYANGHH... NGHHHHH..
Tak lama berselang ukhti Hafshah pun merasakan luapan birahi telah mengumpul di ujung memeknya. Ia pun semakin liar menggerayangi pinggulnya maju mundur. Akhi Farid yang melihat ukhti Hafshah seperti kesetanan segera meremas dan memilin puting ukhti Hafshah yang sedari tadi berayun-ayun mengikuti tarian pinggulnya.
Hafshah : AHHHHH AKHIIII... OOOOOUHHHHHH..
SERRRRRRRRRRR.. SERRRRRRRRRRR.. SERRRRRRRRRRR.. Orgasme yang paling kuat yang malam ini ukhti Hafshah rasakan. Kenikmatan fantasinya selama ini akhirnya bisa ia rengkuh. Tubuh ukhti Hafshah langsung terkulai lemas di karpet sekre merasakan sisa-sisa orgasme. Tulang-tulang nya serasa copot. Lelah bercampur nikmat ia rasakan, jilbabnya kini mulai kusut tak beraturan. Pekuh membasahi seluruh tubuhnya. Sementara cairan surgawinya membanjiri karpet sekre dan membentuk seperti pulau raksasa.
Hafshah : Hhh.. Hh.. akhi.. yaa akhii.. enak bangethh.. ahh.. akhii.. ana sayang akhii..
Farid : Iyahh ukhti Hafshah sayanghh.. ana juga sayang ukhti..
Hafsah : Akhi Farid sayang belum keluar yah?.. hh.. hhh.. lanjut aja akhii.. pakai tubuh ana semau akhi..
Nafas ukhti Hafshah masih tersengal-sengal merasakan kenikmatan seks bersama ikhwan idamannya itu. Akhi Farid yang belum terpuaskan birahinya segera mengambil posisi di antara kedua belah paha mulus ukhti Hafshah. Dengan satu hentakan, Bleshhh.. seluruh kontolnya melesak sempurna ke dalam memek ukhti Hafshah.
Hafshah : AHHHHHH.. SAYANGHHH..
Akhi Farid mulai mengobok-obok memek ukhti Hafshah dengan posisi missionary. Hantaman demi hantamn ia lancarkan pada memek ukhti Hafshah.
Plakk.. Plakk.. Plakk..
Toket ukhti Hafshah berayun-ayun indah mengikuti ritme sodokan kontol akhi Farid di memeknya. Gerakan kontol akhi Farid kembali merangsang syahwat ukhti Hafshah. Kini ukjti Hafshah menyilangkan kakinya di pinggul akhi Farid, sementara kedua tangannya merangkul leher akhi Farid dengan kuat.
Hafshah : OOUHHH.. IYAHH.. TERUSS AKHII.. AHH ENAKK.. MMHH..
Farid : OHHH.. MMHHH.. ENAK BANGET KAH UKHTI SAYANG??.. AHHH.. GAK TAHAN LAGI ANAA SAYANGHH.. KELUARIN DIMANAHH??
Hafshah : AHH.. IYAHH BANGET AKHII.. NGGHH.. TERSERAH AKHII.. AHH.. HAMILIN ANA AKHII.. HAMILIN ANAA... OUUHHHH..
CROOTTTT.. CROTTT.. CROOOTTTTT..
Hafshah : OUHHHH AKHIIII... MMHHHHH...
SERRRRRRRRRRR.. SERRRRRRRRRRR..
Sodokan akhir akhi Farid memuntahkan seluruh spermanya ke dalam rahim ukhti Hafshah. Ukhti Hafshah yang merasakan semburan hangat sperma akhi Hamdan puntak kuasa menahan orgasmenya. Lelah yang menumpuk membuat kedua insan itu akhirnya tertidur dalam posisi ukhti Hafshah memeluk akhi Farid, sementara akhi Farid tertidur diantar kedua bongkahan toket ukhti Hafshah.
Malam pun semakin larut, namun tak ada tanda-tanda hujan akan berhenti. Jam menunjukkan pukul 20.35 ketika akhi Farid terbangun dari tidurnya.
Farid : Ukhti.. bangun sayang.. udah kemaleman nih..
Hafshah : Mmhh..?? Udah malem ya akhi? Tapi masih ujanhh.. ukhti Hafshah masih setengah sadar ketika menjawabnya. Keduanya pun masih belum mengenakan pakaian sama sekali.
Farid : Hemm.. iya yah.. mana deres.. sepi pula.. enaknya ngapain yah ukh?
Akhi Farid memandang wajah imut ukhti Hafshah yang dibalas dengan tatapan nakal ukhti Hafshah. Akhirnya mereka pun kembali melanjutkan aktivitas dosa mereka. Akhi Farid kali ini melepas total jilbab ukhti Hafshah. Maka rambut hitam lurus ukhti Hafshah pun tergerai. Melihat kecantikan wajah ukhti Hafshah tanpa jilbab membuat akhi Farid kesetanan. Ia langsung menubruk dan melumat bibir ukhti Hafshah.
Ruangan sekre itu menjadi saksi bisu persetubuhan ukhti Hafshah dengan dua ikhwan uang berbeda. Malam itu akhi Farid kembali menyodok memek ukhto Hafshah dengan posisi doggy. PLOK.. PLOKK.. PLOK.. akhi Farid dengan beringasnya menggenjot ukhti Hafshah. Ia menarik ukhti Hafshah sembari terus mengobok-obok memek ukhti Hafshah dengan sekuat tenaga.
Hafshah : AAHHH.. AHHH.. AKHII... AHH.. KONTOLH.. TERUSS.. AHH.. PAKAI ANA SEMAU ANTUM AKHII... SETUBUHIN SEPUASNYAHHH.. OUHHH..
Akhi Farid yang mendengar racauan ukhti Hafshah semakin beringas menghantam bokong ukhti Hafshah dan akhirnya ia kembali menumpahkan spermanya di rahim ukhti Hafshah. Rasa puas, nikmat, dan lelah menjadi satu. Ketika hendak beranjak pulang, ukhti Hafshah ingin mandi terlebih dulu. Karena sudah malam akhirnya akhi Farid memandikan ukhti Hafshah di toiler sekre. Namun yang terjadi kembali ukhti Hafshah meracau liar meraskan nikmat karena memeknya kembali disodok oleh akhi Farid.
Hujan pun mulai reda jam 21.38. Akhi Farid pun menemani ukhti Hafsah pulang meskipun mereka berkendara masing-masing. Sesampainya di kontrakan, sebelum akhi Farid pergi, ukhti Hafshah mendaratkan ciuman terkahir nya malam itu pada bibir akhi Farid.
Hafshah : Syukron yaa akhi Farid sayang.. Assalamualaikum..
Pada malam makrab, ukhti Hafshah kembali beraksi dengan akhi Farid di depan adik angkatannya. Pengalaman bersetubuh di depan orang lain memberikan sensasi tersendiri bagi ukhti Hafshah. Hamdan pun tersenyum melihat permainan ukhti Hafshah yang begitu lihai memanjakan akhi Farid.
Hamdan : Padahal baru sekali kemarin aku pakai.. sekarang uda liar gitu..
Alisa : Siapa sayang?
Hamdan : Itu.. kak Hafshah..
Nadia : Uhhh.. Hamdan sayannghh.. Ayok lanjut ngentotnyaa.. ahhh..
Hamdan : Tenang aja sayangg.. nih.. Hamdan pun kembali menggenjot ukhti Nadia dan Alisa, sementara ukhti Hafshah telah menyerah pada keperkasaan akhi Farid dan tertidur di pelukan akhi Farid sementara sperma akhi Farid meleleh dari sela-sela memeknya.
ns 15.158.61.5da2