Ukhti Yuna : Duhh.. gimana ntar yaahh..?? Harus gini kaahh?? Atau gini yaaa..?? Uwwhh.. gumam Ukhti Yuna dalam hatinya yang kebingungan bagaimana harus menyambut ikhwan yang sebentar lagi akan memasuki kamarnya.
2 minggu yang lalu saat ia mendengar pengumuman kalau namanya disebut oleh Ummi Pipik sebagai pemenang dan mendapat hadiah “Malam intim Eksklusif bersama ustad Hamdan”, ia begitu bahagia karena bisa menjadi pemenang. Namun saat ini, di saat ia harus menerapkan ilmu yang ia pelajari, justru panik menghampirinya. Kekhawatiran akan ketidaksempurnaan dirinya dalam menjadi calon istri ‘Solehah’ mulai menghantuinya. Ukhti Yuna mencoba kembali mengingat setiap pembelajaran yang ia dapatkan dari Upgrading sesi 1 dan 2 bersama Ummi Pipik waktu itu sembari merapikan dan mempercantik dirinya yang mengenakan setelan serba hitam mulai dari cadar Yaman, Jilbab, Abaya, stoking, dan handsock. Kulitnya yang putih layaknya orang korea terlihat mencolok saat lengan abaya yang ia kenakan tersingkap.
Ukhti Yuna : Mmhh.. Gini ajah lah yaahh.. Ehh.. bentarr.. Ahhh.. Udah ahh.. sebisanya ajah dehh.. toh katanya bakalan dibantu ntar.. ucap Ukhti Yuna berbicara sendiri sambil merapikan cadar yaman yang ia pakai di depan cermin.
Saat Ukhti Yuna sedang sibuk dengan pakaiannya, ia dikejutkan dengan langkah kaki yang mendekat ke arah pintu kamarnya. Ia pun bersegera berdiri menghadap pintu dengan jarak sekitar 3 meter dari pintu kamar layaknya pelayan kerajaan yang siap menerima titah apapun dari rajanya.
Cklek.. klek.. (Suara pintu dibuka dan ditutup)
Amin : Assalamu’alaykum.. Udah lama nunggunya ukh..?? Tanya Amin sambil menutup pintu.
Ukhti Yuna : Wa’alaykumsalam warahmatullahi wa barakatuh Ustad.. Ngga kok ustad.. baru aja juga ana disini.. jawab Ukhti Yuna yang menundukkan pandangannya karena menahan grogi.
Amin : Ehh.. kok formal banget sih.. mmm.. kalo dibuat santai aja gimana..?? Tanya Amin yang juga ikut-ikutan salting saat berhadapan dengan Ukhti Yuna di hadapannya.
Ukhti Yuna : Mmm.. afwan ustad.. ana.. takut ga sopann.. inih.. duhh.. afwan.. jawab Ukhti Yuna yang bingung mencari kata-kata yang pas untuk mencairkan suasana.
Amin : Emmm.. ffuuhh.. Yaaahh.. ana juga sama kok Ukhh.. yaudah, sinihh ana bantuh.. ujar Amin yang memberanikan diri untuk menggenggam kedua tangan Ukhti Yuna yang masih terbalut handsock.
Tak seperti saat bertemu dengan Sulwa dulu, saat ini tak banyak waktu yang Amin miliki untuk bisa membuat sang akhwat di hadapannya itu merasa nyaman. Ia hanya diberi waktu hingga Dhuhur saja sebelum acara sesi 2 di mulai, Hanya sekitar 1,5 jam saja waktu yang tersisa. Kalau dulu saat menaklukkan hati Sulwa ia memiliki waktu berhari-hari bahkan hingga beberapa minggu, maka kalau ia tidak segera mengambil tindakan ‘ekstrim’, waktu 1,5 jam akan terbuang sia-sia. Itulah yang ada di benak Amin yang membuatnya memberanikan diri untuk menggenggam kedua tangan putih mulus Ukhti Yuna yang dihias henna merah marun di kuku jemari lentiknya.
Amin : Afwan Ukh.. Cupphhh..
Ukhti Yuna dibuat terkejut tidak karuan antara harus mengelak atau membiarkan apa yang sedang terjadi. Saat Amin tiba-tiba menggenggam tangannya saja sudah membuatnya shock, karena Amin adalah laki-laki ajnabi pertama yang berani menyentuh dirinya. Belum usai dirinya terkejut, kini Amin mencium mesra punggung tangannya tanpa bertanya lebih dulu padanya.
Ukhti Yuna : Aahh.. Ustaadhh.. jawab Ukhti Yuna yang menahan malu bercampur senang.
Selama ini ia hanya beranggapan kalau apa yang ia alami pagi itu hanya ada di sinetron-sinetron percintaan lebay yang sering ditayangkan di televisi. Ia juga beranggapan kalau aktris yang ada di sinetron itu terlalu berlebihan saat tangan mereka dicium oleh aktor yang berperan sebagai ‘pacar’nya dalam sinetron itu. Tapi ternyata apa yang ia rasakan saat Amin mencium perlahan pun mengubah seluruh mindsetnya selama ini. Meski ia belum mengenal Amin, tapi rasa nyaman dan senang yang ia rasakan begitu nyata meski dibalut dengan rasa malu.
Amin : Kenapa Ukh..?? Gapapa kan kalau ana genggam tangan cantik Ukhti kayak gini..?? Tanya Amin dengan nada syahdu seraya memijat lembut kedua punggung tangan Ukhti Yuna dengan kedua ibu jarinya.
Ukhti Yuna : Eemmhh.. E’emhh.. Ga.. Papah.. Ustadhh.. jawab Ukhti Yuna yang masih tertunduk malu.
Amin : Hem..?? Kenapa harus malu Ukh..?? Apa ana bukan ikhwan yang ukhti suka..?? Tanya Amin mesra sambil mengangkat dagu Ukhti Yuna.
Ukhti Yuna pun hanya bisa terdiam pasrah saat Amin mengangkat dagunya sehingga membuat kedua mata mereka saling bertatapan. Ingin sekali ia memejamkan mata karena rasa malu yang terlalu berlebihan bagi Ukhti Yuna, tapi pertanyaan lembut Amin yang baru saja ia lontarkan membuat Ukhti Yuna tak sampai hati kalau harus mengabaikannya. Ia pun memberanikan diri untuk menatap secara langsung mata Amin yang juga disambut balik oleh Amin. Ukhti Yuna teringat qoul Ulama tentang pandangan mata yang mengatakan kalau pandangan mata adalah salah satu panah-panah setan, dan benar saja itulah yang ia rasakan. Entah apa yang terjadi, tapi begitu mudahnya Ukhti Yuna merasakan dirinya luluh hanya dari pandangan mata Amin yang begitu tulus dibalut senyum manis dari seorang ikhwan ‘soleh’.
Ukhti Yuna : Mmmhh.. bu.. bukan gituhh.. Ustaadhh.. Cu.. Cumaahh.. jawab Ukhti Yuna yang meremas erat jemari Amin karena terlalu gugup.
Amin : Ohh iya.. afwan yaahh.. ana belum memperkenalkan diri.. nama ana Amin.. kalau Ukhti cantik ini siapah..?? Tanya Amin yang kini mulai berani membelai wajah Ukhti Yuna yang masih tertutup cadar yaman hitam dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya masih menggenggam tangan kanan Ukhti Yuna.
Ukhti Yuna : Mmm.. ana Yuna ustadhh.. jawab Ukhti Yuna yang kembali menundukkan pandangannya.
Melihat respon Ukhti Yuna yang terlihat masih malu-malu, Amin yang sebenarnya juga sedang kebingungan harus segera mencari cara untuk bisa membuat Ukhti Yuna merasa nyaman. Tak lama, Amin terbesit ide setelah melihat kaca kamar yang begitu besar dan langsung menghadap ke indahnya pemandangan gunung Merapi. Tanpa ragu Amin kemudian menggandeng Ukhti Yuna untuk berdiri bersama menatap keindahan gunung yang sempat erupsi di tahun 2010 lalu. Dan bersyukurnya Amin karena Ukhti Yuna pun terlihat tak ada penolakan saat Amin berdiri di belakangnya sementara kedua tangan Amin berpegangan di pinggul Ukhti Yuna.
Amin : Cantik banget gak sih Ukh.. pemandangannya.. ga banyak orang di Jogja ini yang bisa menikmati pemandangan seindah ini.. apalagi ditemani akhwat secantik ukhti.. bisik lembut Amin di telinga kanan Ukhti Yuna dengan sedikit membungkuk karena perbedaan tinggi tubuh keduanya.
Ukhti Yuna : Emmhh.. Iyaah Ustaddhhh.. Sshhh.. Ahh.. ana ga secantik itu ustaadhh.. jawab Ukhti Yuna sambil merem merasakan sensasi rangsangan yang mulai dilancarkan Amin.
Amin : Hemm..?? Mungkin Ukhti beranggapan seperti itu.. tapi bagi ana, baru kali ini juga ana bisa berjumpa dengan ciptaan Allah yang seindah dan semenakjubkan Ukhti Yunaa.. jawab Amin yang semakin intens memuji Ukti Yuna.
Ukhti Yuna : Mmhhh.. masa sih ustaadhh.. Uhhh.. jadi maluuhh.. jawab Ukhti Yuna yang mulai terbawa suasana romantis yang Amin lancarkan.
Selama sekitar 10 menitan, Amin terus menyanjung tentang diri Ukhti Yuna yang memang cantik meski tertutup cadar. Aroma parfum yang digunakan Ukhti Yuna semakin membuat Amin berhasrat untuk bersegera menikmati keindahan tubuh santriwati hafidzah itu. Tapi ia juga tau kalau semua itu akan terasa nikmat kalau Ukhti Yuna dalam kondisi ‘nyaman’ sehingga ia harus bersabar. Dan kini semua mulai membuahkan hasil. Ukhti Yuna pun mulai berani menyandarkan kepalanya di dada atas Amin sementara kedua tangannya menggenggam tangan Amin yang kini mulai merangkul pinggangnya.
Amin : Mmmhh.. nyaman kan Ukhh.. kalo boleh tau, Ukhti dari daerah mana?? Tanya Amin yang mulai mengencangkan dekapannya di pinggul Ukhti Yuna.
Ukhti Yuna : Mmhhh.. Sshhh.. ana dari Lombok Ustaddhh.. jawab Ukhti Yuna yang tak lagi malu-malu untuk melepas desisan birahinya.
Amin : Oohh.. Lumayan jauh juga yaahh.. ngomong-ngomong kalau ana termasuk ikhwan yang Ukhti suka ngga sihh..?? Tanya Amin seraya mengecup mesra telinga kanan Ukhti Yuna sambil mulai menggoyang perlahan pinggul Ukhti Yuna.
Ukhti Yuna : Aauhh.. Sshhh.. He’emhh.. Ustadhh Amiiinn.. Sshhh.. Salah ngga sih kalau Yunaaahh suka samah ustadh..?? Meski baru pertamaah ketemuuhh.. Mmmhh.. jawab Ukhti Yuna yang bergidik saat telinganya dicium Amin.
Amin : He’emh.. gapapa kok Ukhh.. jujur ajah, ana juga mulai suka sama Ukhti.. ntah kenapa meski baru beberapa menit kenal tapi serasa seperti sudah lama menanti bisa peluk kayak ginihh.. jawab Amin mesra sambil tangan kanannya mulai menggerayangi toket Ukhti Yuna.
Ukhti Yuna : Sshh.. Iyakah Ustadhh.. Afwan Ustadhh.. Gara-gara ana, ustad jadi berdosaahh ginihh.. Mmhh.. Aahhh.. Tapiihh.. Yuna udah ga tahan ustaadhhhh.. Mmhhh.. ingin sekali layaknya akhwat-akhwat lain yang bisa pacarannhh.. aahhh.. Mmhh.. jawab Ukhti Yuna yang membuat Amin terenyuh karena tak menyangka kalau santriwati pun ingin juga merasakan asiknya pacaran.
Amin : Hem..?? Gapapa kok.. sesekali buat dosa kan gapapa.. mmmhh.. kalau pacaran sama ana gimana ukh..?? Tanya Amin yang semakin berani menggoda Ukhti Yuna dengan rayuannya.
Ukhti Yuna : Nghh.. Serius Ustadhh?? Mmm.. Jujur aja ana juga langsung suka sama Ustad Amin pas tadi pertama kali Ustad masuk kamarhh.. Mmhh.. Sshh.. Tapihh.. gapapa kah Ustad kalau Yuna suka sama Ustad Amiinnhh.. jawab Ukhti Yuna sambil terpejam menyandarkan kepalanya di pundak Amin dengan tangan kanannya menggenggam tangan Amin yang mulai berani meremas toket kanannya dari belakang sementara keduanya masih menghadap kaca kamar yang menampilkan view gunung Merapi secara luas.
Amin : Buat ana..?? Hahah.. gimana ana bisa nolak permintaan wanita secantik dan se-solihah Ukhti Yuna coba? Kalaupun ada ikhwan yang nolak, bisa dibilang itu ikhwan ga normal.. jawab Amin yang semakin mendekap erat Ukhti Yuna dari belakang sementara tangan kanannya tengah menikmati kekenyalan hakiki toket ranum hafidzah itu yang masih terbalut abaya dan jilbab.
Ukhti Yuna : Aahh.. Beneranhh Ustad Amin?? Kalau gituh.. boleh ngga.. sehari ini ajah.. Yuna pengen tau rasanya disayang ikhwannhh.. Sshhh.. pinta Ukhti Yuna yang kemudian membelai kepala Amin dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya menggenggam erat tangan kiri Amin yang mendekapnya.
Mendengar permintaan tulus dari Ukhti Yuna yang selama ini selalu terkekang oleh kehidupan pondok, Amin pun tak sampai hati untuk menolaknya, disamping itu bagaimana ia bisa menolak permintaan akhwat cantik dan bercadar di dekapannya itu. Kini Amin mulai berani untuk menciumi telinga kanan Ukhti Yuna yang masih tertutup jilbab. Biarpun masih tertutup lembaran kain hitam, tetap saja hangat desahan nafas Amin yang membelai lembut telinga Ukhti Yuna membuat hafidzah itu menggeliat geli keenakan. Mata Ukhti Yuna terpejam menikmati sensasi baru dijamah oleh ikhwan yang selama ini ia idam-idamkan. Tangan Amin meremas lembut kedua bongkahan gunung indah Ukhti Yuna yang terasa begitu nikmat oleh akhwat cantik kelahiran Lombok itu meski masih tertutup abaya. Tubuh kedua insan aktifis islam yang berbeda firqoh itu pun mulai bergoyang perlahan berirama. Desisan lembut mengalir perlahan menembus lembaran tipis cadar yang menutupi wajah Ukhti Yuna. Ukhti Yuna pun berniat untuk menyerahkan seluruh raganya pada Amin siang itu.
Amin : Nyaman yah Ukh..?? Atau enak..?? Kok kliatannya kayak ga mau dilepas nih tangannya..?? Tanya Amin menggoda Ukhti Yuna yang sudah terbakar birahi.
Ukhti Yuna : Aaahh.. Dua-duanya ustadhh.. Mmmhh.. Bukannya ini dosa yah ustadd?? Tapihh.. Sshh.. Yuna juga pengennhh.. Aaaahh.. tangan Ustadh nakal sihh.. Mmmhhh.. desah Ukhti Yuna menikmati permainan tangan Amin.
Amin : Hemm..?? Dosa kenapah Ukhti sayaang..?? Ini kan proses belajar untuk masa depan.. apa ada dalil yang mengharamkan manusia untuk belajar..?? inshaaAllah kalau Ukhti siang ini sungguh-sungguh.. mimpi Ukhti untuk jadi istri solehah pun akan menjadi kenyataan.. jawab Amin mencoba meneguhkan kembali syahwat dalam diri Ukhti Yuna yang agak bimbang.
Ukhti Yuna : Mmhh.. Ustaad.. He’emhh Yunaah pengen jadiihh.. istri solehah.. pengen bisa bahagiain suami Yunaahh besok.. tolong ajari Yunahh Ustaadhh.. Mmhhh.. jawab Yunah yang sudah tak mampu menahan desakan birahi yang begitu besar.
Amin : Iyahh inshaaAllah.. tapi kita harus kerjasama yaah.. coba kita mulai dengan beranggapan kita adalah sepasang kekasih.. Yuna Sayanng.. jangan panggil ustad.. panggil pakai Mas saja biar lebih romantis.. ujar Amin yang semakin intens meremas toket Ukhti Yuna.
Amin pun membalikkan tubuh Ukhti Yuna hingga kini mereka berdua saling berhadapan. Kembali Amin membelai lembut kepala Ukhti Yuna yang disambut dengan mata Ukhti Yuna yang terpejam merasakan lembutnya perlakuan Amin padanya. Mulai dari ujung kepala, kening, pipi, dan berakhir di dagu Ukhti Yuna yang kemudian diangkat dan Cuuphh.. Amin pun tanpa ragu mendaratkan ciumannya di bibir Ukhti Yuna yang masih tertutup cadar. Sontak saja Ukhti Yuna agak terkejut ketika mendapati Amin sudah menempelkan bibirnya meski terhalang selembar kain.
Ukhti Yuna : Mhhh..!! Ahh.. bentar mass Aminn.. ucap Ukhti Yuna yang agak sedikit berontak seakan ingin agar Amin menjaga jarak dengannya.
Amin : Hhmm.. kenapa Yuna sayang..?? Tanya Amin kebingungan.
Ukhti Yuna : Aahh.. Ngg.. Ngga Mass.. Bentarhh.. Ffuuhh.. Mmhh.. jawab Ukhti Yuna yang sepertinya tengah mempersiapkan dirinya.
Amin pun hanya diam saja menanti apa yang akan dilakukan Ukhti Yuna. Setelah menghela nafas, perlahan Ukhti Yuna mulai mengangkat kedua tangannya dan ia lingkarkan di leher Amin. Dengan sedikit berjinjit, Ukhti Yuna memberanikan dirinya untuk kemudian Cupphh.. kembali kedua bibir mereka saling bertemu meski diganjal oleh selembar kain. Selama beberapa saat Amin dan Ukhti Yuna hanya terdiam. Ukhti Yuna yang memang belum berpengalaman pun tak tahu harus bagaimana. Tapi Amin menyadari hal itu dan bersegera membuat manuver dengan langsung mendekap erat tubuh Ukhti Yuna. Bersamaan dengan itu pagutan erotis khas Frenchkiss pun Amin lancarkan yang membuat Ukhti Yuna terpejam syahdu.
Ukhti Yuna : Mffhh.. Mffhh.. Mmhhh.. Mhhh.. Mfffhhh.. Mas Aminnhh Sayanghh.. bentarrhh..
Tiba-tiba Ukhti Yuna menghentikan pagutannya. Amin yang diperlakukan seperti itu untuk kedua kalinya dalam waktu yang singkat sempat ingin marah. Namun ia segera menghilangkan niatannya itu saat melihat bibir merah merona Ukhti Yuna yang selama ini terpendam di balik cadar hitam yang ia kenakan. Tabir cadar yang menutupi sebagian wajahnya, Ukhti Yuna selipkan di jilbabanya sehingga tak mengganggu kenikmatan frenchkiss pertamanya dengan ikhwan ajnabi.
Ukhti Yuna : Mffhh.. Sshhh.. Maashh.. Mffhh.. Mfffhhh.. desah tertahan Ukhti Yuna yang berusaha mengimbangi pagutan Amin.
Meski sudah terbiasa dengan Sulwa, tetap saja rasa bibir setiap akhwat berbeda. Begitu pula yang Amin rasakan, entah kenapa bibir Ukhti Yuna terasa begitu manis. Meski agak pasif tapi justru itu yang membuat Amin begitu menikmati perpaduan lidah keduanya. Air liur pun tak terasa menetes karena intensnya pagutan yang Amin lancarkan.
Amin : Mffhh.. Mffhhh.. Hhmmff.. Mmffhh.. Aahh.. Gimana Yuna sayanghh..?? Enak kaann..?? Lanjut atau udahan..?? Tanya Amin yang nampak air liur keduanya masih terhubung di bibir keduanya.
Ukhti Yuna : Mmffhh.. Aahhh.. Nghhh.. Haemffhh.. Mffhhh.. Masssffhhh.. Mffhh.. Mcchh.. Mcchh.. mffhh.. Mcchh..
Ukhti Yuna tak membalas pertanyaan Amin dan kembali mendaratkan ciumannya di bibir Amin. Kembali kedua anak adam itu memadu kasih, saling merangsang syahwat yang ada dalam diri keduanya. Tangan Amin yang sedari tadi mendekap punggung Ukhti Yuna kini beralih mendekap dan meremas bongkahan bulat kencang bokong santriwati cantik itu. Layaknya pasangan yang sudah lama tak berjumpa, pagutan Ukhti Yuna begitu liar dan nikmat. Bahkan Ukhti Yuna mendorong tubuhnya yang membuat Amin kehilangan keseimbangan.
Brukkhh..!!
Amin : Aghh!! Wuuhh.. Yunah Sayaang.. pelan-pelan lhoo.. ahahah.. ujar Amin yang terhempas di ranjang sementara Ukhti Yuna menindih tubuhnya yang otomatis membuat toket kenyal jumbo Ukhti Yuna tergencet sempurna.
Ukhti Yuna : Mmhh.. Sshh.. Udah ga sabaar.. Mmhhh.. jawab Ukhti Yuna yang nafasnya terdengar menderu.
Amin : Ahahah.. iyaa deehh.. coba mas mau liat yang Yuna sayang pelajari waktu di pondok.. jawab Amin yang tiduran terlentang beralaskan bantal dan kedua tangannya.
Ukhti Yuna : Mmm.. Tapi jangan ketawa yaahh.. pinta Ukhti Yuna yang masih malu-malu untuk memulai apa yang menjadi arahan dari Ummi Pipik.
Ukhti Yuna termasuk santriwati yang berprestasi di pondok bu Vyrna. Meski tergolong santriwati baru, tapi kemampuannya untuk memahami materi lebih cepat daripada yang lain, Termasuk ke-aktifannya dalam tanya-jawab semua ilmu yang diajarkan. Saat ada Bahtsul Masail yang diadakan di lingkungan pondok antar kelas pun, ia termasuk santriwati yang diunggulkan. Tapi kali ini, Ukhti Yuna dihadapkan dengan sesuatu yang ‘baru’, yang selama ini ia tak pernah lakukan, bahkan membicarakan pun masih tabu untuknya. Jasa Ummi Pipik lah yang telah berhasil mengalihkan pemikiran Ukhti Yuna yang menjadi lebih moderat.
Ukhti Yuna yang sekarang doggy di atas Amin perlahan mulai beraksi. Dimulai dengan kedua tangan lentiknya melepasi perlahan kancing gamis Amin. Mata Ukhti Yuna terlihat indah saat terkejut melihat bentuk tubuh Amin. Seperti halnya ketika seorang lelaki senang melihat keindahan bentuk tubuh wanita, begitu pula akhwat, meskipun bercadar kalau sudah ‘dimanjakan’ dengan keindahan tubuh ikhwan, libido dalam diri mereka pun akan bergolak. Begitu pula yang terjadi pada diri Ukhti Yuna yang memang selama ini sudah memendam gejolak hasrat birahinya. Dada bidang dan perut kencang Amin telah memutuskan benang tipis yang mempertahankan marwahnya sebagai seorang muslimah bercadar.
Ukhti Yuna : Yaa Allaahh.. indahnya tubuh mas Aminn.. gumamnya dalam hati.
Meski masih sedikit malu, Ukhti Yuna tetap memberanikan dirinya mulai menciumi tubuh Amin mulai dari pangkal leher Amin meski wajahnya masih ditutup cadar Yaman. Justru saat melihat seorang akhwat bercadar mau merendahkan dirinya untuk mentaati syahwat dalam dirinya, itulah hadiah terbesar yang ditunggu Amin dan sebagian besar ikhwan nakal lainnya. Hangat kecupan dan deru nafas yang melepas birahi di setiap hembusannya dapat Amin rasakan dengan jelas di dadanya. Apalagi kedua tangan Ukhti Yuna yang terampil memainkan puting Amin membuat Amin mulai mendesah lirih.
Amin : Mmhh.. Sshhh.. Naahh gituhh sayangh.. lanjut gihh.. ga usah maluu.. ujar Amin yang tengah enjoy melihat aksi Ukhti Yuna menapaki jalan baru menuju dosa zina.
Ukhti Yuna : Mmhh.. E’emhh.. Mmffhh..
Kata-kata Amin mungkin terdengar biasa bagi Sulwa, tapi bagi Ukhti Yuna merupakan sebuah pujian yang membuatnya semakin percaya diri untuk melangkah lebih jauh. Penjelasan Ummi Pipik tentang Foreplay ingin Ukhti Yuna terapkan seluruhnya. Gamis Amin pun telah terlepas sehingga menampakkan pemandangan yang menghancurkan keimanan sang hafidzah bercadar itu. Pundak yang lebar, lengan yang kuat dan kencang, berpadu sempurna dengan dada dan perut Amin di mata lentik akhwat kelahiran Lombok itu.
Amin : Mmhhh.. Oohhh.. Sshhh.. dapet ilmu kayak ginih dari siapa Sayang..?? Tanya Amin yang kini tengah dirangsang ketiaknya oleh ciuman Ukhti Yuna.
Ukhti Yuna : Mmfhh.. Mffhh.. dari Ummiihh.. Pipikk maasshh.. mffhh.. jawab Ukhti Yuna yang tengah membenamkan wajahnya di ketiak Amin.
Amin : Aaahh.. jadi gituhh.. mmmhh.. pantesshh.. Yaphh.. lanjut sayang.. udah pinter nihh.. puji Amin yang membuat Ukhti Yuna bersemangat.
Tak perlu penilaian dengan angka, cukup pujian sederhana seperti itu saja sudah cukup untuk membuat seseorang merasa dihargai. Meski Amin menahan geli, tapi disaat yang sama terasa nikmat saat kehangatan bibir Ukhti Yuna yang tertutup cadar merangsang bagian sensitif di tubuhnya. Bahkan kini Amin semakin dibuat tenggelam dalam kenikmatan saat Ukhti Yuna mengulum puting Amin. Cadarnya telah sedikit ia sibakkan sehingga memudahkan Ukhti Yuna untuk melahap bagian sensitif di tubuh Amin itu. Secara bergantian akhwat berumur 18 tahun itu menggilir kedua puting hitam Amin.
Amin : Owhhh.. Sshhh.. Mmhhh.. Nakal yaaa.. ahahaha.. wwuuh.. sayaangg..
Amin terkejut dan mendesah agak lebih dalam karena merasakan kontolnya yang tegang maksimal dan masih tertutup sirwal itu diremas dengan tangan kanan Ukhti Yuna. Kombinasi jilatan lidah di puting dan remasan lembut seorang akhwat bercadar benar-benar membuat Amin melayang. Cupangan demi cupangan terus menapaki seluruh tubuh Amin hingga kini Ukhti Yuna terhalang oleh sirwal yang Amin kenakan.
Ukhti Yuna : Mffhh.. Mchh.. Mcchh.. Mmhh.. Mas Aminnhh.. Yuna buka boleehh..?? Tanya Ukhti Yuna sambil menatap mesra ke arah Amin sementara kedua tangan Ukhti Yuna menggenggam kolor sirwal Amin.
Amin : Aaihhh.. tatapannya itu lhoo sayaangg.. Mmhhh.. emang mas ada pilihan buat nolak yaah..?? Jawab Amin yang sudah terlanjur terbius oleh kecantikan mata lentik Ukhti Yuna.
Ukhti Yuna : Hihihi.. Nnggaa donghh.. jawab Ukhti Yuna yang terlihat senang dipanggil sayang oleh Amin dan perlahan mulai menarik turun sirwal yang dikenakannya.
Slow but sure, kedua tangan mulus putih Ukhti Yuna yang dibalut handsock hitam mulai meng-unboxing grandprize yang selama ini ia nantikan. Tak ingin buru-buru, Ukhti Yuna tetap menciumi perut Amin dan terus turun mengikuti sirwal Amin yang perlahan mulai meninggalkan pos nya. Meski seorang Amin, ia tetap berdebar-debar diperlakukan seperti itu oleh seorang akhwat bercadar. Begitu pula Ukhti Yuna yang tak mampu lagi mengendalikan nafasnya yang sudah dipenuhi syahwat.
Ukhti Yuna : Aaahhhh.. Ssshhh.. Gantengghh..
Ukhti Yuna mendesah lepas saat ia mendapati pipinya disenggol kontol coklat tua Amin yang tegang maksimal, keras layaknya batu dan dihiasi urat-urat, sesaat setelah sirwal Amin terlepas. Selama beberapa saat Ukhti Yuna sengaja menyandarkan kepalanya di selakangan Amin sehingga kontol Amin melekat di wajah putih Ukhti Yuna yang masih tertutup cadar Yaman hitam. Aroma khas selakangan ikhwan begitu wangi bagi birahi sang hafidzah yang sudah banjir bandang di selakangannya itu.
Ukhti Yuna : Aaahhh.. Masshh.. Gedeehh siihh.. Mmhhh.. ujar Ukhti Yuna sambil mengendus-endus kontol Amin sementara tangan kirinya membelai batang kontol Amin.
Amin : Oohh.. iyakah sayang..?? Yuna sayang sukaa..?? Tanya Amin yang bangga karena ukuran kemaluannya.
Ukhti Yuna : He’emhh.. suka bangethh.. gantengh.. gagah.. kayak mas Amin sayanghh.. jawab Ukhti Yuna yang terkesima dengan gagahnya kontol 22cm dan diameter 4,5cm milik pacar barunya itu.
Amin : Ahahah.. Cuma buat Ukhti Yuna sayang ituuhh.. trus gimana sayang..?? Coba dong mas mau liat pelajaran yang udah Yuna pelajari.. goda Amin sambil menatap Ukhti Yuna yang nungging dengan tangan kirinya mengocok perlahan batang kontol Amin sementara tangan kanannya menyangga tubuhnya.
Ukhti Yuna : Aahh.. Gimana yahh.. Mmhh.. Diginiin yaahh..??
Ukhti Yuna mencoba mengingat kembali apa yang dulu pernah ia terima dari Upgrading di pondok. Kembali Ukhti Yuna menciumi batang kontol Amin yang terlihat dominan saat menempel di wajah Ukhti Yuna. Mulai dari pangkal hingga ke kepala kontol tak lepas dari ciuman sang Hafidzah . Alhasil cadar yang ia kenakan pun tampak mulai basah. Bahkan kini Ukhti Yuna membenamkan kepalanya di selakangan Amin dan mulai menggarap zakar Amin sementara tangan kirinya terus aktif mengocok lembut batang kontol Amin. Tentu saja Amin harus sedikit mengangkat pinggulnya supaya mempermudah kekasih barunya untuk bersenang-senang di bawah sana.
Amin : Mmmhh.. Iyaahh sayang.. Gituhh.. Sshhh.. Beehh.. Mantabhh.. desah Amin.
Amin hanya bisa terpejam menikmati oral-service dari akhwat Lombok itu di selakangannya yang kini mulai beralih menjilati batang kontol berurat miliknya. Cadar yang sedari tadi menutupi kini telah disibakkan sehingga kelembutan dan kehangatan lidah Ukhti Yuna terasa begitu nikmat. Tak hanya itu, Ukhti Yuna juga sengaja memainkan lidahnya di lubang kencing Amin yang jelas membuat Amin kelojotan. Tak pernah Amin merasakan sesuatu seperti itu saat bersama Sulwa. Melihat Amin yang kelojotan keenakan, Ukhti Yuna semakin liar menyusuri setiap bagian ‘batang’ idaman para akhwat itu. Tak ada lagi keraguan dalam diri Ukhti Yuna. Kepalanya dengan lincah naik turun dan terkadang menyesaki selakangan Amin hanya untuk memberikan kenikmatan awal sebelum hidangan utama.
Amin : Ooouuhhhh.. Ffuuhh.. Akhirnyaaahhh.. Mmmhhh.. Mhhh.. Terusshh Sayaangghh.. Sshhh..
Amin tak mampu lagi menahan desahannya saat ia merasakan kehangatan tak terkira. Perlahan kontolnya mulai melesak masuk memperawani mulut suci penghafal Al-Qur’an berumur 18 tahun itu. Mata Amin terpejam kuat menikmati sajian utama dari oral-service yang selama ini telah ia tunggu. Begitu pula Ukhti Yuna yang sedari tadi menahan dahaga yang amat sangat, kini terbayar sudah meskipun baru sepertiga bagian kontol Amin saja yang bisa ia taklukkan.
Ukhti Yuna : Haaeemmffhh.. Mmffhhh.. Mffhhh.. Ockk.. Uhukk.. Mffhhh.. Mffhh.. Srruppp..
Amin : Oohhh.. Sshhh.. Ga usah buru-buru sayanghh.. Enjoy ajaahh.. Mmhhh.. Coba pelan-pelan ditambahin masuknyaahh.. Oohh.. Yuna pasti bisaahh.. Sshhh.. ujar Amin seraya mengarahkan Ukhti Yuna.
Memang tak mudah seperti teori yang selama ini ia dapatkan. Terlebih lagi video-video porno yang selama ini menjadi konsumsi wajib Ukhti Yuna menampilkan aktris wanita yang begitu mudahnya melahap kontol berukuran jumbo. Tapi kini ia merasakan sendiri kalau ternyata itu semua bukan sesuatu yang instan. Beberapa kali Ukhti Yuna tersedak, bahkan Amin pun harus menahan nyeri saat gigi Ukhti Yuna tak sengaja menyentuh kulit batang kontol Amin. Sempat rasanya Ukhti Yuna ingin menyerah padahal sudah 2/3 kontol Amin yang berhasil ia taklukan. Air liurnya pun terlihat kental mengalir turun perlahan di batang kontol Amin.
Amin : Mmmhh.. Iyaah Sayang.. dikit lagi kokk.. ayookkk.. Yuna pasti bisaahh.. Mmhhh.. Aaaaaahhh.. Nnaaahhh.. Wwuuuhhh..
Ukhti Yuna : Mmffhh.. Ockkk.. Uhukk.. Mffhhh.. Mffhhh.. Ockkk..!!! Mffffhhhh..
Desahan lega Amin memenuhi kamar sesaat setelah Ukhti Yuna berhasil menelan seluruh kontol 22cm Amin. Dekapan erat dan hangat dinding kerongkongan Ukhti Yuna begitu nikmat yang membuat Amin menggigit bibir bawahnya. Perjuangan Ukhti Yuna terbayarkan sudah. Beberapa kali ia menahan muntah karena tersedak, dan kini rasa nikmat saat kontol Amin menyentuh pangkal kerongkongannya pun akhirnya bisa Ukhti Yuna rasakan. Selama beberapa saat Ukhti Yuna mendiamkan kontol Amin menyesaki kerongkongannya sebelum ia melanjutkan aksinya.
Ukhti Yuna : Hemm.. Mmhhhh.. Mfffhhh.. MFFHHH.. OCKK.. MFFHH.. MFFHH.. MCHH.. SRUUPP.. OCKK.. OCKK.. MMFFUAHHH.. CUUHH!! HAEMFHH.. OCKK.. OCKK.. MFFHH.. SLUURPPTTHH.. CUUHH..!! HMMFHH.. MFFHH.. OCKKK.. OCKKK.. OCKKK..
Amin dibuat megap-megap layaknya ikan diluar air karena liarnya Ukhti Yuna kini. Ia tak menyangka kalau Ukhti Yuna akan langsung mengocok kontolnya dengan liar. Persis seperti video porno yang Amin lihat tentang Mouthfuck. Kepala Ukhti Yuna begitu cepat naik turun menikmati kontol Amin dimulutnya, berbarengan dengan tangan kanannya yang kini berperan aktif mengocok batang kontol Amin yang mengkilap oleh liur Ukhti Yuna. Sesekali Ukhti Yuna meludahi kontol Amin dengan ludah kentalnya yang kemudian ia jilat kembali sebelum kemudian kontol Amin dimanjakan lagi dengan gerakan cepat kepala Ukhti Yuna naik turun. Beberapa kali Deepthroat Ukhti Yuna lalukan yang membuat Amin melayang keenakan.
Amin : Wwuuh.. Mmhhh.. Ssshhh.. Beehhh.. Truss Sayanghh.. Ahhh.. Bikin masshh ga tahan aja nihh.. Aaahhh..
Sekuat apa pun Amin menahan nafsu kalau sudah di’servis’ seperti itu jelas seluruh syahwat dalam dirinya meledak. Ia pun menarik ke atas tubuh Ukhti Yuna hingga kini keduanya saling mendekap satu sama lain dan mulut keduanya pun tak mampu untuk menahan gelora birahi yang memuncak. Frenchkiss liar menjadi pemandangan erotis di mana seorang santriwati hafidzah tengah ‘menjual’ tubuhnya secara gratis pada ikhwan ajnabi yang baru saja ia kenal. Amin yang sudah bugil kemudian membalikkan tubuh keduanya hingga kini ia yang berada di atas Ukhti Yuna.
Amin : Naahh.. Sekarang gantian mas Amin yaa.. Yuna sayang harus tanggung jawab udah bikin mas Amin nafsu nihhh.. ujar Amin sambil mencumbu leher Ukhti Yuna yang juga masih tertutup jilbab.
Ukhti Yuna : Aaahhhh.. Eemhh.. Mass Amiinnhh.. Aahhh.. Yuna sayangh mas Amiiinnhh.. Sshhh.. Mmhhh.. jawab Yuna yang merasakan sensasi enak bercampur geli saat Amin mencumbu liar lehernya.
Kedua tangan Ukhti Yuna meremas bantal saat Amin dengan cepat menarik turun resleting depan abaya yang ia kenakan. Plop..!! Toket jumbo 38DD milik akhwat kelahiran Lombok itu melompat keluar dari sesaknya abaya yang Ukhti Yuna kenakan. Begitu kenyal dan bulat penuh dihias puting coklat muda yang sudah mencuat keras membuat Amin menenggak ludah.
Ukhti Yuna : Aaaahh.. jangan diliat mass.. Yuna maluu.. ucap Ukhti Yuna sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya padahal cadar masih menutupi wajahnya.
Amin : Ahahaha.. kenapa malu sayang?? Cakep gini toketnya Yuna sayang.. Fuuhh.. bikin mas jadi ga tahan pengen cepet-cepet sumpelin muka kesitu dehh.. jawab Amin sambil menarik tangan kanan Ukhti Yuna.
Ukhti Yuna : Mmm.. mas Aminn sukaah..?? Gapapa..?? Tanya Ukhti Yuna yang baru pertama kali menunjukkan bagian tubuh terindahnya itu pada lelaki.
Amin : He’emhh.. banget.. bentuknya bulat sempurna.. idaman mas Amin bangethh.. jawab Amin seraya mengecup perlahan bibir Ukhti Yuna meski tertutup cadar.
Amin dan Ukhti Yuna kembali berpagutan mesra yang semakin membasahi cadar yaman yang Ukhti Yuna kenakan. Kedua tangan Ukhti Yuna membelai lembut kepala Amin. Tak hanya karena birahi yang melanda, tapi juga karena munculnya rasa sayang pada Amin. Amin paham dan kembali mencoba menahan gejolak syahwat dalam dirinya yang tadi sempat meledak. Ia tak ingin menghancurkan momen yang mungkin baru pertama kali Ukhti Yuna rasakan. Tapi kedua tangan Amin tetap saja meremas lembut perlahan gunung kembar jumbo akhwat bercadar cantik itu untuk mempertahankan gelora syahwat Ukhti Yuna.
Setelah sekitar 3 menit berpagutan mesra, Amin menatap sesaat Ukhti Yuna. Tampak jelas dari mata lentiknya kalau Ukhti Yuna sudah mulai membuka hatinya untuk Amin. Amin pun membalas dengan senyuman sebelum kemudian ia menyibakkan jilbab hitam jumbo yang Ukhti Yuna kenakan sehingga leher jenjang hafidzah muda itu kini siap dilahap.
Ukhti Yuna : Aaaahhh.. Sssshhhh.. Mmnhhhh.. Maaassshhh.. Mmhhhh.. Aaawwhh.. Aaahhhh.. dewh Ukhti Yuna yang baru pertama kali merasakan nikmatnya dicumbu lelaki.
Cupangan Amin pelan namun kuat yang jelas meninggalkan bekas-bekas ruam kemerahan di leher jenjang Ukhti Yuna. Geli-geli enak, itulah yang dirasakan oleh Ukhti Yuna. Meteran syahwat dalam diri Hafidzah itu meningkat cepat tak terkendali. Ditambah jemari Amin yang juga lihai memilin-milin puting, membuat akhwat bercadar 18 tahun itu mulai menggeliat keenakan. Cupangan Amin kini mulai turun dan berakhir di lembah kedua bongkahan gunung indah itu. Ukhti Yuna menahan nafasnya karena berharap Amin untuk segera melahap putingnya yang sudah sangat gatal. Tapi kenyataan tak berjalan seperti apa yang ia harapkan, Amin justru berlama-lama menciumi toket Ukhti Yuna. Lidah kasarnya pun turut aktif merangsang dengan liur yang membuat toket Ukhti Yuna nampak mengkilap.
Ukhti Yuna : Aaaahh.. Uuuwwwhh.. Mass Aminnn nakalhh ihhh.. Godaaiinn Yunaah.. Muluuhh.. Mmhhh.. Ssshhh.. Tolong isepphh mmmaasshh.. Aaaahhh.. rengek Ukhti Yuna yang sudah kelabakan menahan gejolak syahwat.
Amin : Mffhh.. Mfffhh.. Elelelempthh.. Mffhh.. Cupphh.. Mffhh.. Heemm?? Iseephh apanyah sayaanghh..?? Tanya Amin menggoda Ukhti Yuna sambil menyentil puting Ukhti Yuna.
Ukhti Yuna : Aaahhh.. Aaahhh.. iiyyaah.. i.. ituuhh.. Uuhhh.. Putingghh Yunaahhh.. Tolongghh Masshhh.. Mmmmhhh.. kembali rengek Ukhti Yuna yang kedua tangannya mencengkram erat bantal karena sudah tak kuat lagi menahan permainan Amin.
Amin : Oohhh.. yang ini yaaahh..?? Pengen banget sayanghh..?? Oke deehhh.. jawab Amin.
Ukhti Yuna : iyaahh.. sshhh.. Oooouuhhhhhhhh.. Maaassshhhh.. Mmmmmhhh.. Enaakknyaahhh.. Aaaahhh.. Mmmhhhh.. Iseepphh Maaashhh.. Ooooohhhhh.. Ssshhhh..
Lenguhan dan desahan Ukhti Yuna meledak saat kenikmatan yang luar biasa ia rasakan menjalar cepat ke seluruh tubuhnya. Tepat saat putingnya di lahap Amin dan bersentuhan dengan lidah Amin, saat itulah seluruh syaraf di otak Ukhti Yuna serasa seperti lumpuh karena sengatan kenikmatan yang tak pernah ia bayangkan. Seluruh tubuh Ukhti Yuna bergidik menikmati sensasi foreplay dari lidah Amin yang lincah membelai daging kecil yang begitu sensitif di tubuhnya itu. Mata Ukhti Yuna terpejam sementara ia menggigit bibir bawahnya karena kenikmatan yang tak terkira.
Ukhti Yuna : Aaaaahh.. Aaaaahhh.. Maasshh Aamiiinn saaayaangghh.. Mmhhhh.. Ooouuhh.. Ssshhhh.. Enaaakk Maasshhh.. Ooohhhh.. Lidaahnyaaahh.. Aaahhh.. Aaaahhh.. Ooohhhh..Yunaaahh.. Yunaaahhh mau pipisss.. Aaaahhh.. desah Ukhti Yuna yang blingsatan karena oral-play Amin.
Secara bergiliran Amin menikmati ranumnya puting Ukhti Yuna. Manis terasa di lidah Amin meskipun tak ada susu yang keluar. Semakin lama Amin menjilat dan menyapu puting Ukhti Yuna, semakin candu ia untuk berlama-lama menikmati manisnya puting hafidzah itu. Kadang gigitan kecil lembut Amin lancarkan yang pasti membuat Ukhti Yuna melenguh keenakan. Dan klimaks pun menghampiri Ukhti Yuna saat Amin dengan sengaja melahap kedua puting Ukhti Yuna bersamaan.
Ukhti Yuna : Aaaahh.. Maashh.. Aaahhh.. Mmhhh.. Mhhhh.. Nnnnghhhhhh...!!!
Ssrrrrrrr.. sssrrrrrr.. sssrrrrrrr..
Kedua tangan Ukhti Yuna yang sedari tadi meremas-remas kepala Amin kini mendekap kuat kepala Amin yang membuat Amin tak bisa bergerak karena digencet toket jumbo 38DD Ukhti Yuna. Mata Ukhti Yuna terpejam kuat, seluruh tubuhnya mengejang hebat merasakan orgasme pertamanya yang ia dapatkan dari jamahan lelaki. Bagian bawah abaya dan ranjang tempat keduanya bergumul pun basah kuyup oleh cairan surgawi Ukhti Yuna. Tubuh indahnya mengejang hebat menikmati kenikmatan yang belum pernah ia rasakan selama ini.
Amin : Mffhhh!! Fffuhh.. Kenapah sayang..?? Keluar yaahh..?? Ahahah.. tanya Amin sambil tetap meremas-remas toket kanan Ukhti Yuna.
Ukhti Yuna : Aaaahhh.. Ssshhh.. He’emhhh Maasshh.. Sshhhh.. Aaaahhh.. Aaaaahhh.. Oowwwhhh.. Mmhhhh..
Desahan Ukhti Yuna kembali terdengar saat Amin kembali melancarkan cupangan dan jilatan yang menyapu bersih setiap detil lekuk tubuh Hafidzah cantik kelahiran Lombok itu. Kedua tangan Amin pun terampil melucuti abaya yang menutupi sebagian keindahan tubuh Ukhti Yuna. Ukhti Yuna pun tak tinggal diam dan turut serta mempermudah Amin untuk meng-unboxing tubuh sucinya. Bruukk.. Abaya Ukhti Yuna terbang dan menimpa LED TV ukuran 48inch yang menghiasi ruangan itu. Amin terpana, terdiam bisu melihat keindahan tubuh bak bidadari di hadapannya.
Dengan posisi berlutut di antara kedua betis Ukhti Yuna yang terbalut kaos kaki hitam over-knee, Amin menelusuri ‘sempurna’nya tubuh akhwat bercadar yang tengah terlentang pasrah. Leher jenjang, buah dada yang jumbo membusung dihias puting kecoklatan, perut dan pinggang yang ramping berpadu indah dengan pinggulnya yang cukup lebar dan berakhir dengan lembah mulus tanpa bulu, dijepit oleh dua belah paha mulus tanpa cela. Kulit kuning langsat, lebih ke arah putih khas orang korea benar-benar tampak indah sempurna pada diri Ukhti Yuna.
Amin : Mmmhh.. Cantiknya Yuna ku sayaanghh.. bikin Mass bergairah aja nihh.. ujar Amin yang terpana melihat keindahan mirip seperti milik kekasihnya Sulwa.
Ukhti Yuna : Aaaahh.. Iyakah masshh?? Mmmhhh.. makasih mas Amin sayanghh.. Yuna Cuma buat mas Amin ajaahh.. Uuhhh.. jawab Ukhti Yuna yang tersipu malu sekaligus bahagia karena dipuji oleh orang yang ia suka.
Amin : Aaahh.. kalo kayak gini sih harus cepet-cepet dinikmatin sihh.. kata Amin Yang kemudian mulai melahap jemari kaki Ukhti Yuna yang masih terbalut kaos kaki.
Ukhti Yuna : Mmhh.. iyaaahhhhhh.. Aaaaahhh.. Aaaaaahh.. Ssssshhhh.. Maaasssshhhh.. Ooooohhh.. Mmmhhhhh..
Amin yang terduduk bersimpuh mengangkat kaki kiri Ukhti Yuna agar memudahkannya untuk menyusuri keindahan kaki jenjang hafidzah itu dengan lidahnya. Mulai dari jemari, punggung kaki, seluruh betis, lutut, pahanya yang kencang indah tak luput dari liarnya tarian lidah Amin. Sontak hal itu membuat Ukhti Yuna blingsatan keenakan merasakan derasnya birahi yang menerpa dirinya. Desahan dan lenguhan menghiasi fore-play intens yang Amin hantarkan. Namun bukan hanya keindahan tubuh yang membuat Amin terpana.
Amin : Mffhh.. Mfhhh.. Srrupp.. Mchhh.. Mchhh.. Mffhhh.. Hemmmhh?? Eeehhh.. Apa nih sayangkuh?? Wwiiihh.. binal nyaaahh Yuna ku sayangh.. udah berani ya pasang iniiihh di bokong.. ujar Amin yang terkejut ketika melihat anus Ukhti Yuna yang tersumpal dildo medium ukuran medium.
Ukhti Yuna : Ssshh.. Mmmhhh.. Sshhhh.. Ooohhh.. Maasshhh.. Aaaahhh.. Uuwwwhhh.. Maaffhh Masshh.. Yunaahh kira ikhwan bakal sukaaahh kalau Yunaahh pakai kayak gituaannhh.. Sshhh.. Mas Amiinn ga sukaa yaaahh..?? Tanya Ukhti Yuna yang menutupi wajahnya dengan tangannya meski masih bercadar.
Amin : Hemm?? Emang mas bilang kalau ga suka kah?? Justru mas malah paling seneng kalau Yunaku sayang binall ginihh.. Wwuuhhh.. Awass yahhh..!! Haemfhh.. Mfffhh.. Mffhh.. Mcchhh.. Ssruuppt.. Mchhh..
Amin semakin liar mengumbar hasrat birahinya. Kedua kaki jenjang Ukhti Yuna terlihat mengkilap oleh liur Amin. Pinggul akhwat bercadar 18tahun itu kelojotan tiap kali lidah Amin bermain-main di paha bagian dalam dan selakangan miliknya. Tapi yang lebih parah bagi Ukhti Yuna adalah Amin dengan sengaja hanya menjilati seluruh tubuh bagian bawahnya tanpa sedikitpun menyentuh memeknya. Tentu saja rasa penasaran yang amat sangat melanda diri Ukhti Yuna. Kedua tangan Ukhti Yuna berusaha keras mengarahkan lidah Amin agar segera melumat memeknya, bahkan pinggul Ukhti Yuna pun ikut ‘memaksa’ agar segera terpenuhi hasratnya, namun apa daya kekuatan fisik seorang akhwat dibandingkan dengan kuatnya fisik lelaki.
Amin : Mmfhh.. Mffhhh.. Mmchh.. Kenapa ehh sayangg..?? Ngebet banget yaahh pengen yang ini dijilat juga..?? Coba minta dulu sama mas.. ujar Amin menggoda Ukhti Yuna yang sudah kalap oleh syahwat sambil terus menggesek-gesek kelentit Ukhti Yuna dengan ibu jari tangan kanannya.
Ukhti Yuna : Aaaahh.. Iyaaahh.. Uhhh.. Kejam loohh Maass Aminn.. Mmhhhh.. Yuuukk Maasshhh.. Ooooooouuhhhhhhh.. Mmmhhhhh.. Ssshhh.. Aahhh.. Aaahhh.. Enaknyaahh.. Aaaahhh.. Mmmhhhh.. Oooohhhh..
Lenguhan panjang dan dalam Ukhti Yuna pecah saat Amin mulai mendaratkan lidahnya menyapu bersih memek sempit coklat tua Hafidzah 18 tahun itu. Labia mayoranya yang masih begitu tipis khas memek perawan terbelah perlahan oleh lidah Amin yang sudah sering membuat Sulwa blingsatan. Kini giliran akhwat cantik bercadar kelahiran Lombok itu yang menggelepar layaknya ikan di daratan. Kepala Ukhti Yuna mendongak, matanya sayu nanar, bibir bawahnya ia gigit kuat, dengan kedua tangannya mencengkram erat sprei ranjang saat merasakan kenikmatan jilatan ikhwan di memeknya untuk pertama kalinya. Syahwat begitu deras menerpa layaknya tsunami. Ukhti Yuna tak pernah membayangkan kalau jilmek akan senikmat ini. Pinggulnya pun bergerak dengan sendirinya mengikuti irama lidah Amin yang naik turun melibas habis seluruh gerbang terluar dari bagian tubuh ternikmat milik seorang akhwat.
Ukhti Yuna : Aaaahhh.. Alllaaahhh.. Nikmatnyaahhh.. Aaaahhh.. Maaasshhh.. Aaaahhh.. Mmhhhh.. Ampunnhh.. Sshhhh.. Oooooohh.. Ooohhhh.. Mmhhhhh.. Enak bangetthhh.. Aaaaahhh.. Terusshh Mass sayaanghhhh.. Aaaaahhh.. Pelan-pelanhh Maasshh.. Aaaaaahhh.. kebelet pipiisshh lagiiiihhh.. Mmhhh.. Mhhhhh.. NNNNGHHHHHH..!!!
SEEERRRRR.. SEEEERRRRR.. SSSEEEERRRRRR..
Ukhti Yuna tak mampu menahan desakan orgasme yang sudah terlalu memuncak. Seluruh tubuhnya mengejang hebat menyambut derasnya semburan cairan surgawi. Pinggulnya ia angkat cukup tinggi dengan kedua tangannya mencengkram erat sprei. Mata Ukhti Yuna menatap nanar saat menikmati kenikmatan klimaks. Amin yang saat itu masih asik di selakangan Ukhti Yuna pun tak sempat menghindar, dan memang itu yang sudah ia nantikan selama ini. Derasnya semburan cairan kenikmatan khas akhwat pun mengalir membanjiri kerongkongan Amin yang sudah dahaga karena birahi yang meluap. Selama beberapa saat Ukhti Yuna tetap mengejang meski memeknya sudah tak lagi menyemburkan cairan surgawi. Amin pun tak mau membuang setiap tetes lezatnya ‘kencing’ penuh syahwat sang hafidzah dan menjilati bersih selakangan sang akhwat.
Amin : Haemfhh.. Mffhh.. Glek.. Glekk.. Mffhh.. Srrupph.. Mmchhh.. Mmfuaah.. Lezatnyah sayang.. Fuhhh.. enak banget kan sayang?? Mau dijilatin lagiihh..??? Tanya Amin sambil menatap Ukhti Yuna yang tampak kelelahan.
Ukhti Yuna : Hhhh.. Hhh.. Aaahh.. Maaff.. Masshh.. Yunahh ga sopaaannhh.. malah pipisin mas Aminnhh.. Sshhh.. He’emmhh.. Enakkhh bangettthh.. jawab Ukhti Yuna lirih sambil menutupi wajahnya karena malu setelah membasahi wajah Amin dengan orgasmenya.
Amin : Hemm.. koo ditutupin sayang wajahnya?? Ga usah malu sihh.. mass justru seneng kok.. trus sekarang maunya gimana dongh..?? Tanya Amin sambil menarik perlahan tangan lembut Ukhti Yuna yang menutupi wajahnya.
Ukhti Yuna : Sshhh.. Mmmhh.. Maaf Mashh.. Mauu.. Iniihh.. Jawab Ukhti Yuna lirih sambil tangannya berupaya meraih kontol Amin.
Amin : Hemm..?? Ngomong apa sayanghh..?? Mas ga denger.. jawab Amin yang terpaksa harus mendekatkan telinganya ke wajah Ukhti Yuna yang masih tertutup cadar.
Ukhti Yuna : Iniihh.. Masshhh.. Ssshhh.. bisik Ukhti Yuna perlahan sambil meremas lembut kontol perkasa Amin yang kini hanya berjarak beberapa cm saja di atas selakangannya.
Amin : Oohhh.. Mauuhh ituh sayanghh..?? Maunya diapain sihh..?? Tanya Amin menggoda Ukhti Yuna dengan berbisik di telinga kiri Ukhti Yuna.
Ukhti Yuna : Uuuwhh.. Masshh.. Masukiinnhh.. sinihhh.. Mmhhh.. Ga tahaanhh Yunaahh.. rengek Ukhti Yuna berbisik seraya mendesis saat ia menggesek-gesekkan kontol Amin membelah bibir memeknya.
Amin : Pengen banget sayaanghh..?? Apasih yang ngga buat Yunakuh sayanghh.. jawab Amin yang kini kembali duduk bersimpuh di hadapan selakangan Ukhti Yuna yang terlihat becek.
Secara perlahan Amin membuka kedua belah kaki putih mulus jenjang Ukhti Yuna yang ditutupi stoking hitam tipis. Pemandangan indah tubuh putih ranum kencang seorang akhwat penghafal Qur’an yang sudah tenggelam dalam birahi kini tersaji di hadapan Amin. Selakangan putih mulus tanpa dihiasi bulu sedikitpun dengan memek yang terlihat sempit khas memek perawan sudah pasti membuat keimanan setiap ikhwan akan hancur total. Ditambah seonggok dildo ukuran medium yang menyumpal anus membuat Ukhti Yuna semakin terlihat binal.
Amin : Mmhh.. Wuuhhh.. Peretnya memek Yunakuhh.. Sshhh.. Dicopot dulu ngga sayang nih..?? Tanya Amin sambil menggesek-gesekkan kontolnya mulai menguak labia mayora tipis Ukhti Yuna yang berwarna coklat tua.
Ukhti Yuna : Aaahhh.. Ayyuukk Masshh.. Mmhh.. Gaa usaaahh.. Ssshhh.. Aaawwhh.. Uuwhhh.. Mass Aaamiinnhh.. rengek Ukhti Yuna lirih menahan birahi yang membakar dirinya sementara kedua tangannya meremasi sendiri kedua bongkahan jumbo di dadanya.
Amin hanya bisa tersenyum puas melihat seorang akhwat cantik bercadar yang sehari-hari menghafal Qur’an dan belajar tentang islam kini tengah merengek agar dirinya segera digagahi oleh lelaki ajnabi. Amin tak pernah menyangka kalau fantasinya akan menjadi kenyataan. Bahkan ia mengira kalau Sulwa saja sudah cukup liar baginya. Tapi kini ia justru mendapat yang jauh lebih liar dari apa yang selama ini ia bayangkan. “Gilak nggak sih!? Akhwat bercadar! Hafidzah! Alim! Cantik pula.. ngebet minta dikontolin!?? Behhh..!!”, gumam Amin dalam hatinya sambil memposisikan kedua kaki mulus Ukhti Yuna hingga mengangkang lebar.
Ukhti Yuna : Aaaghhh.. Ssshhh.. Mmmaasshhh.. Nghhhhh.. Sssshhh.. Aawwwhhh!!! Rintih Ukhti Yuna yang menahan perih saat Amin mulai penetrasi meski baru kepala kontol Amin saja yang masuk.
Terlihat jelas mata Ukhti Yuna terpejam kuat menahan nyeri di bagian bawah tubuhnya yang tengah diperawani Amin. Rasa pedih layaknya disayat pisau yang membelah selakangannya begitu jelas terasa disekujur tubuh Ukhti Yuna. Perlahan Amin terus melesakkan kontolnya menembus sempitnya memek perawan Ukhti Yuna. Belum lagi ditambah anus Ukhti Yuna yang tersumpal dildo semakin menekan liang surgawi Ukhti Yuna dan terasa begitu sesak bagi kontol Amin untuk menembusnya.
Ukhti Yuna : Aaaarrghhh..!!! Maasshh!! Aakkhhh!! Bentarrhh.. Perrihh Masshhh!! Awwwghhh..!! Rintih Ukhti Yuna terdengar parau dan terlihat bulir air mata mulai mengalir dari matanya yang lentik.
Melihat kekasih barunya kesakitan, Amin pun mulai tersadar. Waktu yang begitu singkat ditambah kuatnya syahwat yang menyelimuti dirinya membuat Amin lupa dan terlalu terburu-buru. Ia lupa kalau ini adalah seks pertama bagi Ukhti Yuna. Kedua tangan Ukhti Yuna mencengkeram kuat-kuat sprei dan bantal karena pedih yang tak terkira. Meski baru seperempat kontol saja yang terbenam, Amin kini berusaha tak terburu-buru dan kembali merangsang tubuh Ukhti Yuna. Cumbuan demi cumbuan, cupangan demi cupangan Amin daratkan disekujur tubuh Ukhti Yuna. Posisi Amin yang berada di atas tubuh seksi Ukhti Yuna membuatnya mudah untuk menikmati setiap lekuk keindahan tubuh akhwat cantik kelahiran Lombok itu. Lenguhan dan desisan Ukhti Yuna pun tak butuh waktu lama untuk kembali. Apalagi saat mulut Amin mengulum puting lezat Ukhti Yuna dipadu gerakan lihai idahnys memanjakan puting sang hafidzah di mulutnya, membuat Ukhti Yuna kelojotan keenakan. Tanpa sadar kedua tangan Ukhti Yuna mulai meremas-remas kepala Amin sementara pinggulnya menggeliat seakan ingin agar Amin segera melesakkan seluruh kontolnya.
Tak perlu komando lebih jelas, pinggul Amin pun menanggapi permintaan ‘cinta’ dari pinggul akhwat cantik bercadar di hadapannya. Prrtt.. Ssrrttt.. perlahan tapi pasti, centi demi centi kontol 22cm berdiameter 4,5cm Amin mulai menguak sempitnya liang kenikmatan Ukhti Yuna. Blesshh..
Ukhti Yuna : Nghh.. Ssh.. Maashhh.. Aakhhhh.. OOOUNNGHHHH.. SShhhhh.. Aaaahhhh.. Mmmhhhhh.. desis dan lenguh Ukhti Yuna pun tak terelakkan saat ia merasakan perutnya terasa penuh oleh kontol jumbo Amin.
Kedua tangan Ukhti Yuna mencengkram kuat pundak Amin saat merasakan jumbonya kontol Amin menyesaki liang peranakannya. Penuh sesak bercampur panas dan pedih yang kini mulai berangsur berubah menjadi rasa nikmat. Mata Ukhti Yuna terpejam merasakan sensasi awal seks yang sesungguhnya yang selama ini hanya menjadi fantasinya saja. Nafasnya terdengar berat bercampur dengan desisan erotis yang keluar dari mulutnya karena cumbuan panas yang terus Amin lancarkan di leher sang Hafidzah itu.
Ukhti Yuna : Aaahhhh.. Mmmhh.. Aaahh.. Ssshhh.. Massshh Amminnhh.. Gedeenyaahh.. Uhhhh.. Yuukk Masshh.. Mmhhh.. Geraakk siihh.. Ssshh.. desah Ukhti Yuna yang mulai keenakan merasakan kedua liang surgawinya disumpal benda berukuran jumbo.
Amin : Beneran sayanghh..?? Udah ngga sakit kaahh..?? Tanya Amin seraya memastikan.
Ukhti Yuna : E’eemhh.. Ayuukkhh.. Mmhhh.. OOOHHH.. MMHH.. OOHHH.. SHHH.. AAAHHH.. PELANHH MASSHH.. AAAHHH.. OHHHH.. ENAK MASSHHH.. AAAHH.. AAAHHH.. NGGHH.. AAAAHHH..
Kedua tangan Ukhti Yuna semakin erat mendekap leher Amin yang membuat Amin harus memulai sodokannya pada posisi Missionary dengan perlahan. Sesak dan seret, itu yang Amin rasakan. Memang benar kalau memek akhwat-akhwat bercadar begitu terawat dan menggigit kuat yang membuat setiap kontol yang tak berpengalaman pasti akan langsung muncrat. Sebenarnya Amin kurang suka kalau ia harus mengawali lebih dulu karena bisa mempersingkat durasi ketahanan dirinya. Tapi beruntung Ukhti Yuna belum terlalu liar, sehingga gerakan perlahan pun sudah cukup merangsang hebat seluruh dinding sensitif liang surgawinya. Ditambah desakan dildo di anus, membuat Ukhti Yuna seakan mendapatkan kenikmatan ganda.
Ukhti Yuna : AAAAHH.. SSHHH.. AAAHH.. TERUSHH MASSHH AMINNHH.. MMHH.. OHHHH.. OOOHH.. NIKMAT MASSHH.. AAAHH.. KONTOLHH.. AAAHHH.. KONTOLH MASS NAKAL SIHH.. OUHHH.. BIKIN YUNAH KEENAKANN.. AAAHH.. ALLLAAHH.. ENAKNYAHH.. AAAHH.. MENTOKKHH.. MMHHH..
Desah dan racau Ukhti Yuna semakin kuat dan lepas. Urat-urat yang menghiasi batang kontol Amin bisa Ukhti Yuna rasakan karena gesekan yang begitu intens. Meski bergerak perlahan, namun memek akhwat cantik bercadar, santriwati bu Vyrna itu, ikut tertarik keluar masuk mengikuti irama sodokan pinggul Amin. Kenikmatan yang tak pernah dibayangkan menjalar cepat ke ubun-ubun Ukhti Yuna yang membuatnya tak bisa berfikir jernih. Marwahnya sudah ia buang jauh-jauh, yang ia inginkan saat itu hanyalah Amin terus menyetubuhinya seharian.
PLOK! KREET!! PLOK!! KREETT!! PLOKK!! KREETT!!
Harmoni suara benturan perut bawah Amin yang tengah menghantam selakangan Ukhti Yuna dengan derit ranjang terdengar indah dan memacu libido kedua insan aktifis Islam itu. Intensitas genjotan Amin pun mulai meningkat yang pasti membuat Ukhti Yuna semakin kelojotan keenakan. Hampir 7 menit lamanya Ukhti Yuna bertahan dari gelombang syahwat yang bertubi-tubi menghantam dirinya hingga akhirnya ia pun menyerah.
Ukhti Yuna : AAAHH.. AHHH.. OOHHH.. MENTOK MASSHH.. AAAHH.. DUHHH.. ENAKNYAAHH.. AAAAHH.. GA TAHANN MASSHH.. MMHHH.. MMHHHH.. OUUNGGHHHH..!!!
PLOP.. SEEEERRR.. SEEEERRRRRRR.. SEEEERRRRRRR..
Amin menarik cepat kontolnya dan terduduk bersimpuh di hadapan selakangan Ukhti Yuna yang mengangkang. Semburan kuat dan deras cairan surgawi bercampur darah perawan pun membasahi perut, dada, dan selakangan Amin. Sprei tempat keduanya memadu kelamin pun basah kuyup oleh cairan orgasme sang Hafidzah. 10 detik lamanya Ukhti Yuna mengejang melepas nikmatnya orgasme pertamanya karena sodokan kontol lelaki. Nafas Ukhti Yuna terdengar tersengal-sengal, peluh mulai mewarnai tubuh putih mulus indahnya yang tampak mengkilap.
Amin : Wwuuhhh.. Deresnyaahh sayangh.. ahahah.. enak banget yaahh..?? Tanya Amin sambil beristirahat sejenak memandangi Ukhti Yuna yang menggelepar lemas.
Ukhti Yuna : Aaahhh.. Hhhh.. Hhhh.. He’emhh Maashh.. Uuwhh.. Enak bangethh.. Sssshhh.. Mmmhhh.. jawab Ukhti Yuna lirih.
Amin : Masih sakit kah sayang?? Mau lagiihh..??? Tanya Amin menggoda Ukhti Yuna.
Ukhti Yuna : Mauu.. Lagiihh Mas Amin sayaanghh.. E’emhh.. Ngga sakit.. Uuuuhh.. Ssshhh.. jawab Ukhti Yuna sambil membelai memeknya yang terasa merekah dengan tangan kanannya yang masih terbalut handsock hitam.
Amin : Hihihi.. okedehh sayangh.. kalau udah siap mas lanjuth lagiihh.. jawab Amin yang sudah bersiap melesakkan kontolnya kembali ke liang surgawi Ukhti Yuna.
Ukhti Yuna : Eeehh.. Aaahh.. Afwan Mas Amiinnhh.. Harusnya Yuna yang jadi pelayan nafsu mas Aminnhh.. Sshhh.. gantian Yunah maashh.. tukas Ukhti Yuna menyela Amin sambil berupaya bangun.
Amin : Eehh.. Tapi Sayang..
Belum selesai Amin berbicara, Ukhti Yuna segera mengambil posisi doggy dan mendorong Amin hingga terlentang di ranjang. Meski tenaga Ukhti Yuna belum sepenuhnya pulih, tapi ia tak mau hanya dirinya saja yang puas sementara Amin kecapekan. Dengan cepat Ukhti Yuna menyibakkan cadarnya dan langsung melahap bibir Amin dengan penuh nafsu. Ia merapatkan tubuhnya di tubuh Amin sehingga toket 38DD nya nampak seperti hendak pecah karena tergencet di dada Amin. Tangan kanan Ukhti Yuna begitu lihai mengocok lembut batang kejantanan Amin dibawah, sementara bibirnya yang merah merona, yang biasa ia gunakan untuk melantunkan ayat suci Al-Quran kini tengah sibuk memanjakan bibir ikhwan ajnabi dihadapannya.
Cumbuan dan cupangan kini bergsnti Ukhti Yuna lancarkan di sekujur tubuh Amin mulai dari leher, dada, perut, dan terus turun hingga selakangan Amin. Hal ini tentu saja membuat Amin begidik keenakan. Lelaki mana yang bisa menahan nafsu ketika dicumbu seorang akhwat bercadar yang hanya menyisakan cadar, jilbab, handsock, dan kaos kaki saja yang menutupi tubuh indahnya? Itulah yang Amin rasakan siang itu.
Ukhti Yuna : Aaahhhm.. Mmchh.. Cupphh.. Cuuphh.. Kontol mas gantenghh banget.. gagah ginihh.. puji Ukhti Yuna yang tengah asik menciumi sekujur kontol Amin yang sudah ia bersihkan dengan cadar Yamannya.
Amin hanya tersenyum puas melihat aksi Ukhti Yuna yang tengah melecehkan marwahnya sendiri. Semua itu terkam jelas di HP Amin dan 4 kamera yang sengaja disiapkan oleh Bu Vyrna untuk merekam setiap adegan ‘panas’ ketiga santriwatinya. Beberapa kali Ukhti Yuna yang tengah nungging dan membenamkan wajahnya di selakangan Amin, menatap nakal ke arah Amin. Amin mengira ia akans segera kembali merasakan Deepthroat dari hafidzah 18 tahun itu. Tapi justru Amin dikejutkan ketika kedua tangan Ukhti Yuna mendorong kedua kakinya hingga lututnya menempel di dada. Dengan posisi ini membuat bokong Amin agak terangkat dan menampakkan liang anusnya pada Ukhti Yuna. Benar saja, setelah asik mengulum kedua zakar Amin dengan liar, Ukhti Yuna pun beralih ke liang sempit anus Amin.
Ukhti Yuna : Mmppchh.. Mmffhh.. Srruppthh.. Mcch.. Uwmpchh.. Uwmpchh.. Heemhh.. wanginyah anus mas Amin yaahh.. bikin Yunahh jadi ga tahan.. Uwwwhhh.. Haemfhh.. Elelelempthh.. Mmfhhh.. Mcchhh.. Mchh.. Sruuppt.. Aahhh.. Mfffhh..
Mata Amin terpejam menikmati permainan Ukhti Yuna di bawah sana. Ia tak menyangka akan mendapatkan pelayanan seperti ini, bahkan Sulwa pun tak pernah melakukannya. Ia tak habis pikir tentang pelajaran apa yang para santriwati ini dapatkan di pondok sehingga bisa se-liar ini. Tanpa ragu-ragu, lidah lembut Ukhti Yuna mulai menyapu mulai dari zakar dan berakhir di anus Amin. Decak becek penuh nafsu terdengar jelas. Bahkan kedua ibu jari Ukhti Yuna menguak anus Amin sehingga mempermudah lidahnya untuk menyusuri liang bo’ol Amin.
Amin : Hhmmmhh.. Ssshhh.. Wuuhh.. Mantabbhh.. Ooohhh.. Enak yah sayangh..?? Sshhh.. desah Amin keenakan.
Ukhti Yuna : He’emhh.. Mffhh.. Mcchh.. Mcchhh.. Elelelempthh.. Mmffhh.. Srruppthh.. Mffhh.. Mcchh.. Enak bangeth mass lubanyahh.. Mmffhhh.. Srrupptt..
Selama kurang lebih 5 menitan Ukhti Yuna terus melesakkan dan meliuk-liukkan lidahnya memanjakan dinding liang anus Amin, sebelum kemudian ia melahap habis seluruh batang kontol Amin hingga ke pangkalnya. Kali ini hafidzah asal Lombok itu tak begitu kesusahan menangani kontol jumbo 4,5cm Amin dengan sekali gerakan. Hangat dan nyaman Amin rasakan saat dinding kerongkongan Ukhti Yuna memijat batang kontolnya yang coklat tua berurat.
Ukhti Yuna : HAAEMMFHH... MFFFHHH.. OCKK.. UHUK.. MMFFHH.. OCKK.. OCKK.. SRRUPPTT.. OCKK.. OCKK.. CUHHH.. SRRUPPTT.. OCKK.. OCKK.. MFFHH.. OCKKK.. UHUKK.. OCKK.. OCKKK..
Cadar yang menutupi wajah cantik Ukhti Yuna sudah terselip di sisi antara jilbab dan cadarnya sehingga hidung Ukhti Yuna yang agak mancung dan dihias bibir tipis merah merona tampak oleh Amin. Kontol Amin yang panjang begitu mudahnya keluar masuk kerongkongan sang akhwat. Meski tersedak beberapa kali, Ukhti Yuna tetap menikmati saat kerongkongannya di sesaki hingga ke pangkalnya. Ludah kental beberapa kali juga Ukhti Yuna ludahkan ke kontol Amin dan disambut kocokan lembut jemari lentik kanan Ukhti Yuna sebelum kemudian kembali ia telan bulat-bulat batang kejantanan kekasih barunya itu.
Entah apa yang membuat Ukhti Yuna begitu senang melakukan Deepthroat. Sudah hampir 8 menit Amin dibuatnya merem melek hanya dengan pelayanan dari dinding kerongkongannya saja. Zakar Amin pun sudah basah kuyup oleh liur kental Ukhti Yuna yang masih tampak liar meng-oral ‘rudal’ perkasa Amin. Bahkan kini kedua tangan Ukhti Yuna meremas bokong Amin seakan-akan ingin agar kontol Amin melesak jauh lebih dalam.
Ukhti Yuna : OOCKK.. OCKK.. HEMMFFHHHH.. MMMFFHHH.. UHUKK.. MMFFFUUAAAHH.. Hhhh.. HAEMMFFHH.. OCKKK.. OCKKK.. MFFHHH.. SRRUPPHH.. HMMNNGGGHHH..
Amin hanya bisa geleng-geleng kepala saat menyaksikan wajah Ukhti Yuna yang kini menempel di perut bawah Amin dengan mulut menggembung. Selama beberapa detik, lidah Ukhti Yuna membelai batang berurat Amin di mulutnya sementara mata lentik Ukhti Yuna menatap nakal ke arah Amin.
Setelah puas bermain oral dengan kontol Amin, kini berganti Ukhti Yuna yang mengambil posisi WOT. Ia berjongkok tepat di atas pinggul Amin, dipandu dengan tangan kanannya sendiri, Ukhti Yuna mengarahkan kontol Hamdan dan Bleshhh..
Ukhti Yuna : OOOUNNGHHHHH.. SSSSHHH.. AAAHHH.. MMMHH.. YESSSSHH.. AAAAHHH.. OOHHH.. MMHHH.. OOHHH.. GEDENYAAHH.. MENTOKKHH MASSSHH.. AAAAHH.. AAAHHH.. SSSHHH.. OOHHH.. OHHHH.. ALLLAAHH.. ENAKNYAHH.. AAAAHHH..
Dengan satu hentakan pinggul, seluruh kontol 22cm Amin melesak cepat menghantam pintu rahim Ukhti Yuna yang membuat akhwat cantik berkulit putih itu melenguh nikmat. Tak mau membuang waktu, pinggul Ukhti Yuna segera men’servis’ batang Amin dengan gerakan maju-mundur cepat. Kedua tangan Ukhti Yuna bertumpu pada dada Amin agar memudahkan dirinya bergerak bebas memacu syahwat dalam dirinya. Tiap kali Ukhti Yuna memajukan pinggulnya, kontol Amin akan terdesak dan menekan bagian G-spot miliknya yang sudah pasti membuat hafidzah itu kelojotan. Kedua tangan Amin pun tak mau tinggal diam ketika disuguhi tarian eksotis kedua gunung jumbo Ukhti Yuna yang berayun mengikuti irama tubuhnya.
Ukhti Yuna : AAAWWHH.. AAAHH.. OOHHH.. MASSSHH.. DUHH.. ENAK BANGETHH.. AAHH.. IYAAHHH PUTING YUNAAHH.. AAHHH.. MMMHHH.. AWWHH.. OOOHH.. OOHHH.. OOHHHH... KELUAR LAGIHH MASHH.. OOOUUNNNGGGHHH...!!!
PLOP..!! SEEEERRRRRRR.. SEEEERRRRRRR..
Banjir bandang cairan surgawi pun deras membasahi perut Amin sesaat setelah Ukhti Yuna mengangkat cepat pinggulnya hingga kontol Amin terlepas. Seluruh tubuh Ukhti Yuna mengejang hebat, matanya menatap nanar ke atas. Benar-benar pemandangan yang menggugah libido lelaki melihat akhwat bercadar hitam panjang bugil kini tengah jongkok mengangkang di atas tubuh lelaki yang tak dikenalnya sementara memeknya terus memuntahkan cairan orgasme tiada henti yang baru saja ia dapatkan dari sodokan kontol sang lelaki ajnabi di bawahnya.
Ukhti Yuna : Nnghh.. Sshhh.. Mmhhh.. Lagi yahh masshh.. Ssshh.. OOOUUHHHH.. MMHHH.. AHHH.. AHHH.. OOOHH.. OOHH.. OHH.. ENAKNYAHH.. MHHHH.. AHHH.. KONTOLHH.. NAKALLHH.. AAHHH.. SSSHHH.. MMHHH.. OWHHH..
Goyangan Ukhti Yuna tak ada bedanya dengan artis-artis porno yang sering Amin lihat di video porno luar negeri. Kali ini tubuh Ukhti Yuna agak condong ke belakang dengan kedua tangannya bertumpu di paha Amin. Sesekali ia menengadahkan kepalanya karena tak kuasa menahan deraan kenikmatan yang tiada tara. Ditambah lagi jemari Amin yang biasa membuat Sulwa menggelepar pun lihai memainkan kedua puting coklat muda akhwat cantik itu. Tak ayal kombo rangsangan di kedua titik paling sensitif di tubuh akhwat tersebut membuat Ukhti Yuna tak mampu membendung datangnya gelombang orgasme yang kembali menerpa.
Ukhti Yuna : MMHH.. SSHH.. OHHH.. OHHHH.. MAAS GELIIHH.. AAHH.. UWWHHH.. DUHHH.. MMHH.. MAU KELUARHH.. AAAHHH.. AHHHH.. AAUNNGHHHHH...!!!!
SEEEERRRRRRR.. SEEEERRRRRRR... SEEEEEEEERRRRRRR..
Kepala Ukhti Yuna mendongak dengan mata terpejam sementara ia mengangkat pinggulnya kembali seakan ingin melepaskan seluruh syahwatnya. Semburan deras cairan surgawi begitu kuat hingga hampir-hampir menyentuh langit-langit kamar tempat keduanya bergumul. Lebih dari 10 detik lamanya Ukhti Yuna melenguh melepas orgasme sebelum kemudian tubuhnya mengejang karena nikmat klimaks.
Amin : Mmmmhh.. mantab bangeth sayang.. ffuhh.. basah semua nih sekamar.. ahahaha.. ujar Amin sesaat setelah Ukhti Yuna selesai memberkahi seluruh ruangan dengan cairan surgawinya.
Ukhti Yuna : Aaaahhh.. Maashh.. Hhhh.. Hhhh.. Lemeshhh.. Capekk.. Masshh kuat bangeth sihhh.. Uuhhh.. jawab Ukhti Yuna yang terduduk di atas kaki Amin.
Amin : Ahhh.. Nggak kok.. biasa aja inih.. tadi kalo mas terus yang main mungkin sekarang mas yang terkapar duluan.. timpal Amin merendah.
Ukhti Yuna : Mmmhh.. trus gimanah dong masshh..?? Mas Amin kan blom keluarhh.. tanya Ukhti Yuna yang terlihat kecapekan.
Amin : Iya sih.. yaah kalo mas Amin sih ngikut Yuna sayang aja.. lanjut ngga sayang..?? Tanya Amin yang bangun dan merebahkan perlahan Ukhti Yuna.
Ukhti Yuna : Aaahh.. lanjut masshh.. silakan pakai tubuh Yunaahh.. Mmmhh.. Yuna sayang mas Amiinnhh.. jawab Yuna yang kemudian miring ke kiri sementara Amin tiduran miring di sisi kanan Ukhti Yuna.
Amin : Beneran sayangh..?? Gapapa nih..?? Tapi mas pengen coba yang lain boleehh..?? Tanya Amin sembari tangan kanannya meraba-raba bokong bulat putih kencang Ukhti Yuna.
Ukhti Yuna : Mmmhh.. Yang lainnhh..?? Ooohhh.. Mmhhh.. ituuhh.. He’emhh.. terserah mas Amin ajahh.. jawab Ukhti Yuna yang justru menggesek-gesekkan bokongnya ke selakangan Amin.
Amin pun tak mau membuang waktu yang hanya tersisa sekitar 40an menit lagi sebelum datangnya waktu sholat Dhuhur. Dengan lembut Amin mengarahkan kedua kaki Ukhti Yuna ditekuk ke depan sehingga bokongnya terlihat lancip. Tangan kanan Amin perlahan mulai mengocok dildo yang selama ini menancap di liang kenikmatan kedua milik akhwat bercadar kelahiran Lombok itu. Desisan dan desahan lembut terdengar dari balik cadar Yaman hitam yang sudah berantakan. Anus yang begitu sempit itu pun ikut tertarik keluar-masuk tiap kali Amin menggerakkan dildo berukuran medium di tangannya.
Ukhti Yuna : Aaahhh.. Aaahh.. Maashh.. Dduhhh.. Mmhhh.. Kontolhh mas Amin ajahh.. Aaahhh.. Mau kontol mas ajahh.. Ayuk mas masukinnhh bokong Yunaahh.. Aaahhh.. pinta Ukhti Yuna dengan tangan kanannya membantu menarik bongkahan bokong kanannya sehingga sedikit menguak anusnya.
Amin semakin bernafsu ketika melihat Ukhti Yuna yang malah menantangnya untuk segera menyumpalkan kejantanannya menggantikan kontol palsu yang telah merenggut keperawanan liang bo’ol sang Hafidzah itu. Plop.. Dildo yang berlumuran lendir anus khas akhwat pun terlepas dan meninggalkan keindahan liang anus yang menganga. Sesaat sebelum Amin mengalihkan Dildo, tiba-tiba Ukhti Yuna mengambil dildo dan menjilatinya. Kembali Amin tertegun dan terheran-heran. Tanpa rasa jijik dan justru terlihat seperti orang yang kelaparan, Ukhti Yuna begitu lahap menjilati dan mengulum dildo berwarna pink itu di mulut sucinya.
Amin : Weeww.. lahap bangeth sayang..?? Tanya Amin sambil mengarahkan kontolnya ke anus Ukhti Yuna.
Ukhti Yuna : Haemfhh.. Mffhh.. Sruupph.. Srrupphh.. Mchhh.. Mcchh.. Mmffhh.. E’eemhh.. Mffhh.. MmfffOOOOHHHHHHH.. SSHHH.. OHHHH.. NGHHH.. NGGHHH.. NGGHHH.. MCCHH.. NGGHHH.. MFFUAAHHH.. AAAHHH.. OHHHH.. MASSHH.. OOHHH.. TERUSSHH.. OHHH.. AAHHH.. SODOK BOKONG YUNAAHH.. OWWHH.. ALLAAHHH.. SSHH.. MHHHH..
Keasyikan Ukhti Yuna menikmati lendir di Dildo pun beralih menjadi erangan dan racauan liar saat merasakan anusnya disesaki kontol hangat lelaki yang ia cintai. Terasa jauh lebih sesak dan padat. Rasa nikmat yang berbeda Ukhti Yuna rasakan saat ini. Anal seks pertamanya akhirnya bisa ia rasakan setelah selama ini hanya bisa beradu dengan kontol karet. Meski dari segi diameter tak jauh berbeda, tapi tetap saja rasa yang dihantarkan oleh kontol asli jauh berbeda. Terbukti dari mata Ukhti Yuna yang merem melek seakan tak percaya kalau anal seks bisa senikmat ini. Toket kirinya yang sedari tadi berayun-ayun berhimpitan dengan toket kanannya kini menjadi tumbal lembut dan sensualnya handjob seorang Amin. Remasan berpadu dengan plintiran membuat santriwati bercadar itu hanya bisa megap-megap layaknya ikan karena hantaman kenikmatan bertubi-tubi.
PLOKK!! PLOKK!! PLOKK!!
Bokong Ukhti Yuna pun memerah karena hantaman pinggul Amin yang tanpa henti menggempurnya. Bibir anus Ukhti Yuna yang berwarna pink cerah mendekap erat batang kontol berurat Amin yang berwarna coklat tua gelap dan ikut tertarik keluar masuk. Beberapa kali Amin menampar bokong Ukhti Yuna dengan tangan kanannya yang semakin menambah nafsu Ukhti Yuna.
Ukhti Yuna : AAAHH.. AAHHH.. KONTOLHH.. AAHH.. ANALL ENAKK MASHH.. AHHH.. OHHHH.. AWHH!! AAHH.. AAAEWNNGHHHHHHHH..!!!
PLOKK!! PLOKKK!! PLOKKK!!! SEEEERRRRRRR.. SEEEERRRRRRR.. SEEEERRRRRRR..
Ukhti Yuna melengkungkan tubuhnya sementara kedua tangannya mencengkram erat bantal merasakan nikmatnya anal-orgasme pertamanya. Tapi bukannya berhenti, Amin justru tetap menggenjot bokong bulat indah Ukhti Yuna seakan tak peduli dengan orgasme yang tengah hafidzah itu alami. Jelas saja hal itu membuat cairan surgawi yang menyembur semakin deras dan membasahi hampir seluruh bagian ranjang.
Ukhti Yuna : AAAGHH.. AGHH.. BENN.. TAARHH MASSHH.. AAHHH.. BEN.. TARRHH.. SSSHH.. MASSHH AMIINNHH.. AAAHHH..
Bak orang kesetanan, Amin tak menghiraukan ucapan Ukhti Yuna yang memintanya untuk berhenti sebentar. Setelah beberapa detik kemudian, Amin akhirnya mencabut kontolnya yang membuat Ukhti Yuna bisa bernafas lega. Tapi bukannya ia akan beristirahat, Amin justru mendorong tubuh Ukhti Yuna hingga menungging sementara wajah Ukhti Yuna yang tertutup cadar terbenam di bantal. Dengan cepat Amin mengambil Dildo dan melesakkan paksa ke memek Ukhti Yuna. Desahan pun terdengar sesaat setelah dildo itu mentok menghantam pintu rahim Ukhti Yuna. Tak selesai sampai disitu, Amin yang segera mengambil posisi Rear-Admiral segera melanjutkan dengan melesakkan kembali kontolnya ke anus cantik akhwat di hadapannya. Srrrtt.. Blesshhh..
Amin : Nghhh.. Ooooohhhh.. Mantabbhhhh..
Ukhti Yuna : AAAUNNGHHHHHHH.. MASSSHHH.. MMHHH.. OHHHHH.. MAAASSHHH.. AAAHHH.. AHHHH.. SSSHH.. AMPUNHHH.. OHHHH.. PENUHHH MASSHH PERUUTHHH.. YUNAAHH.. AAAHHH.. AAAAHHH.. NNGHHH.. AAAAAHHHH..
Lenguhan Amin begitu lepas karena dinding anus Ukhti Yuna kini menjepit lebih kuat karena dibantu oleh dildo yang menyumpal memeknya. PLOKK!! PLOKK!! PLOKK!! Posisi Rear-Admiral tak bisa memberikan kecepatan sodokan, tapi lebih ke kuatnya hantaman pinggul yang lebih terasa, dan juga kontol akan bisa penetrasi jauh lebih dalam. Ukhti Yuna yang baru pertama kali merasakan gaya ini pun tak kuasa dibuat kelabakan karena nikmat yang dirasakan. Matanya sayu dan hanya terdengar suara khas akhwat yang keenakan. Kedua tangannya bertumpu pada Head-board ranjang.
KREETT.. KREETT.. KREETT.. ranjang pun berteriak kuat menahan kuatnya gempuran Amin siang itu menghajar bokong Ukhti Yuna. Lebih dari 15 menitan Amin bertahan pada posisi itu. Ukhti Yuna pun berkali-kali mengejang menahan kuatnya orgasme dan derasnya semburan cairan surgawi dari memeknya. Seluruh ranjang terasa becek, banjir oleh cairan khas orgasme akhwat yang membius setiap ikhwan yang menciumnya.
Ukhti Yuna : AAAGHH.. AGHH.. OOOGHHH.. MASSSHHH.. AALLLAAHH.. MMHHH.. OOONNGHHHHH..!!!
PLOKK..!! PLOKK!! SEEEERRRRRRR.. SEEEERRRRRRR.. SEEEERRRRRRR..
Entah sudah berapa kali Ukhti Yuna orgasme. Nafasnya sudah tak beraturan. Ia tak menyangka kalau ngentot bisa se-melelahkan ini. Amin pun mencabut kontolnya yang mengkilap oleh lendir anus Ukhti Yuna yang kini terlihat begitu merekah menampakkan dinding dalam anusnya yang berwarna pink kemerahan. Ukhti Yuna menghela nafas saat merasakan kontol Amin terlepas, ditambah saat dildo di memeknya pun ikut terlepas ia mulai merasa lega karena ia beranggapan bisa sedikit beristirahat.
Ukhti Yuna : Haaaahh.. Hhh.. Hhh.. Mmmhh.. Makasiihhhhhnnnnghhhhhhhh.. OOHHHH.. MASSHHH.. OHHH.. AHHH.. AHHHH.. SSHHH.. MAASHHH.. AMPUN. MAS AMIINNHH.. AAHHHH.. PELANHH.. AAHHH.. OOHHHH.. TUHANNHHH.. AAHHHH.. ALLAAHH.. NGGHHH.. AAAHHH..
Mata Ukhti Yuna terbelalak karena merasakan memeknya ditembus oleh kontol Amin. Tak hanya disitu, kini Amin yang menyodoknya dengan posisi doggy begitu liar dan cepat. Bokong bulat putih indah yang mengkilap dihadapan Amin malah semakin membuat Amin terbakar nafsu syahwat. Kedua tangannya mencengkram erat bokong Ukhti Yuna. PLOK!! PLOOKK!! PLOKKKK!! Begitu kuat dan kerasnya hantaman perut Amin sehingga seluruh ruangan kamar itu dihiasi suara erotis benturan tubuh keduanya. Paha bawah dan bokong Ukhti Yuna sudah benar-benar merah. Mata Ukhti Yuna begitu nanar seolah sudah tak bernyawa lagi. Begitu pasrah menjadi samsak buasnya nafsu Amin yang memang sudah mendekati klimaksnya.
Tapi Amin tak mau kalau harus cepat-cepat karena masih ada beberapa menit tersisa. Ia kemudian menggilir kedua liang kenikmatan Ukhti Yuna semaunya. Setelah memek, pindah anus, pindah memek lagi. Ukhti Yuna pun sudah tak peduli lagi. Otaknya sudah mati rasa karena kenikmatan yang begitu derasnya dan bertubi-tubi. Memeknya pun tanpa henti mengucurkan cairan orgasme yang tak terhitung berapa liter sudah tumpah.
Beberapa saat sebelum ejakulasi, Amin menarik kedua tangan Ukhti Yuna dan ia jadikan tumpuan untuk terus menggempur bokong indah akhwat bercadar 18 tahun itu. Ukhti Yuna hanya bisa tertunduk pasrah dengan cadarnya yang menjuntai. Toket jumbo 38DD miliknya berayun-ayun indah mengikuti liarnya sodokan Amin.
PLOKK!! PLOKK!! PLOKK!!! PLOKKKK!!
Amin : Aarghh.. Arrghh.. Aghhh.. Mau keluar nih sayang.. kluarin manaahh..??? Tanya Amin yang begitu liar mengobok-obok anus Ukhti Yuna.
Ukhti Yuna : AAAAHH.. AAAHHH.. NGHHHH.. AAAHH.. TER.. SEE.. RAAAHH.. MASSHH.. AAMINNN.. AAHHHH.. MMHHH.. NGHHHH.. OOHHHH..
Amin yang sudah tak kuat menahan desakan ejakulasi segera mencabut kontolnya, dan dengan tangan kirinya ia menggenggam kuat batang kontolnya untuk menahan sesaat desakan ejakulasi yang ia rasakan. Dengan sigap ia menarik cadar Ukhti Yuna yang membuat Ukhti Yuna terpaksa berlutut dan mengarahkan kepalanya ke selakangan Amin yang tengah berdiri di atas ranjang. Tangan kanan Amin menampari pipi kiri Ukhti Yuna dan disambut Ukhti Yuna dengan menyibakkan lembar kain cadar yang menutupi mulutnya.
Amin : AAAARRGGGHHHHH..!!!!
CRRROOTT.. CRROOTTT.. CRROOTTT..
Mulut Ukhti Yuna yang menganga pun dibanjiri sperma kental Amin. Sebagian ada yang membasahi cadar dan jilbab yang Ukhti Yuna kenakan. Begitu banyaknya sperma Amin sehingga mulut mungil Ukhti Yuna tak mampu menampungnya. Belum sempat sperma Amin mengalir keluar dari mulut Ukhti Yuna, ia segera melesakkan kontolnya menyesaki mulut sang Hafidzah uang sudah penuh dengan cairan kental pekat idaman setiap akhwat. Selama beberapa saat kontol Amin berdenyut-denyut di mulut Ukhti Yuna sebelum kemudian ia mencabutnya.
Amin : Eeitss.. jangan langsung ditelen dong sayangku.. kata Amin yang mencoba menahan mulut Ukhti Yuna agar tak segera mengatup.
Tampak bulir air mata di ujung mata Ukhti Yuna karena ini pengalaman pertamanya merasakan rasa pekat sperma. Rasa mual yang begitu kuat harus ia tahan karena ia teringat kata-kata Ummi Pipik untuk tak menyia-nyiakan setetes pun sperma lelaki. Amin tersenyum puas saat menyaksikan Ukhti Yuna menumpahkan secara perlahan sperma kentalnya yang sudah bercampur air liur ke kedua telapak tangannya sendiri.
Amin : Wuhhh.. bener-bener calon istri solehah ini.. naah, sekarang jilatin ampe bersih sayang.. dijilat yaaa.. kata Amin sambil membelai kepala Ukhti Yuna yang duduk bersimpuh memandangi telapak tangannya yang dipenuhi sperma.
Perlahan Ukhti Yuna kembali menjilati sperma kental ditangannya hingga tuntas. Meskipun beberapa kali ia hendak muntah, tapi akhirnya ia berhasil menelan seluruh sperma Amin. Rasa lelah yang menerpa Amin dan Ukhti Yuna pun tak tertahankan yang membuat keduanya terkapar sesaat setelah aksi erotis terakhir itu.
Amin : Enak yah sayang..??
Ukhti Yuna : He’emh mass Aminn sayanghh.. jawab Ukhti Yuna yang tampak kelelahan sambil tiduran miring ke kanan mendekap Amin.
Amin : Emang mana yang enak? Waktu di entot memek atau bokongnya? Atau pejuh mas yang enak..?? Goda Amin sambil menikmati kekenyalan toket Ukhti Yuna di dadanya.
Ukhti Yuna : Aaahh.. semuanyahh mas Aminnhh.. jawab Ukhti Yuna.
Tak beberapa lama kemudian Ukhti Yuna tertidur karena kelelahan sementara Amin memutuskan untuk keluar kamar karena tak ingin mengganggu istirahat kekasih gelapnya itu. Bersamaan dengan itu kamar di sebelah pun juga mulai terdengar sunyi. Padahal 10 menit sebelumnya masih terdengar jelas rintihan dan desahan Ukhti Anna yang mencoba bertahan dari liarnya genjotan Dana.
Ukhti Anna : AAAGHH!! AGHHH!! NGHHH!! MMHHHH!! NGHHHH!!! MMMMMHH!!! SSSHHH.. MMMHHHN!!!! MMNNHHHN!!
Desahan dan erangan Ukhti Anna agak tertahan karena mulutnya tersumpal dildo yang cukup besar yang sedari tadi menyumpal anusnya. Dengan posisi doggy, Dana terus menggenjot tanpa ampun anus Ukhti Anna yang sempit luar biasa. Toket 36C Ukhti Anna bergoyang kencang mengimbangi irama genjotan Dana. Dildo yang menyumpal mulut Ukhti Anna memang sengaja Dana tempelkan di Head-board ranjang sehingga tampak seperti Hafidzah cantik bercadar itu mengalami Double-penetration di mulut dan anusnya. Tampak Dana begitu buas menikmati kedua liang kenikmatan santriwati muda meskipun sudah hampir 45 menit lebih keduanya saling beradu selakangan.
*Cklek.. klek..* Suara pintu dibuka dan ditutup.
Dana : Assalamu’alaykum.. ucap Dana sesaat setelah membuka pintu.
Ukhti Anna : Wa.. Wa’alaykumsalam akhi.. jawab Ukhti Anna yang terlihat cantik elegan dengan cadar yaman hitam panjang, abaya, handsock, jilbab jumbo yang juga berwarna hitam.
Dana : Kok sendirian aja ukh..?? Tanya Dana yang membuat Ukhti Anna sedikit menahan tawa.
Ukhti Anna : Pfft.. Aah.. Afwan akhi.. iya dong sendirian.. kan bakalan ditemenin akhi nih.. jawab Ukhti Anna yang tanpa malu menggoda Dana sekitar jam 10.40 saat itu seraya menuangkan teh yang sudah disiapkan oleh pihak hotel.
Dana : Eeehh.. iya ya.. ahahah.. ketauan banget kalo.. ahahh.. bingung juga sih.. mmm.. pengalaman pertama saya nih Ukh.. kata Dana yang terlihat canggung.
Ukhti Anna : Mmm.. sama kayak ana juga akhi.. duduk dulu sini akhi.. kata Ukhti Anna yang duduk di pinggir ranjang yang berwarna putih dengan secangkir teh hangat ditangannya.
Dana : Ohh.. iya.. maaf ukh.. jawab Dana yang berjalan agak membungkuk layaknya orang-orang jawa kalau lewat di depan orang lain.
Ukhti Anna : Silakan akhi diminum dulu.. ujar Ukhti Anna sambil menawarkan teh hangat.
Meski ini baru pertama kali berjumpa dengan Dana, tak tampak sikap gugup ditunjukkan oleh Ukhti Anna. Bahkan ia dengan luwesnya yang berinisiatif untuk mengajak ngobrol Dana terlebih dulu. Justru Dana yang terlihat amat canggung, beberapa kali ia membuang pandangannya karena malu. Ia tak pernah satu kamar dengan wanita sebelumnya, apalagi akhwat bercadar cantik penghafal Qur’an seperti yang ada di hadapannya kini.
Dana : Ohh.. iya ukhti Anna.. kalau nama saya Dana.. Srruupptthh.. aahh.. enak Ukhh.. bikinan Ukhti kah tehnya?? Ujar Dana mencoba membalas pembicaraan.
Ukhti Anna : Ahahah.. nggak kok akhi, Anna tadi Cuma nuangin aja.. jawab Ukhti Anna dengan sedikit tertawa terlihat dari matanya yang sipit.
Keduanya pun mulai saling bercengkrama. Meski awalnya Dana tampak canggung, tapi lama kelamaan ia pun bisa lebih luwes dan terlihat santai. Gelak tawa pun sesekali terdengar diantara keduanya. Kadang kala Ukhti Anna yang bercanda, kadang kala juga Dana. Setelah beberapa saat, Dana merasakan tubuhnya seakan lebih hangat daripada sebelumnya padahal di kamar itu termasuk ruangan ber-AC.
Dana : Eemmhh.. Iya yah Ukh.. apa mungkin karena ada Ukhti Anna di samping saya jadi hangat gini yaahh..?? Ahahah.. gombal Dana mencoba merayu Ukhti Anna.
Ukhti Anna : Aaahh.. Akhi apaan sih.. dingin gini kok.. kalau Anna peluk mungkin jadi anget yaa.. jawab Ukhti Anna yang justru menggoda Dana.
Dana : Eeehh.. awas lho ntar jadi beneran.. balas Dana sambil meletakkan teh yang sudah habis ia minum.
Ukhti Anna : Ahahah.. emang akhi berani kah..?? Tanya Ukhti Anna dengan nada menggoda sembari kedua tangannya mendekap tubuhnya sendiri.
Dana : Yaaa.. ngga tau juga sih.. tergantung ukhti.. ehh ya, tapi maaf sebelumnya.. ukhti gimana sih kok bisa mudah gini ngobrol sama ikhwan.. kan setau saya ya.. biasanya akhwat bercadar tuh paling anti sama cowo gitu.. mmm.. tapi kalo Ukhti ga keberatan sih.. kalo keberatan ga masalah buat saya.. tanya Amin sambil menunduk karena melihat perubahan raut mata Ukhti Anna.
Ukhti Anna : Mmm.. Salah ana juga sih akhi.. jadinya gini.. jawab Ukhti Anna yang kemudian bercerita tentang masa lalunya.
Dalam Islam ada nasihat dari para ulama untuk tidak membuka aib yang sudah ditutup oleh Allah. Apalagi dengan sengaja diceritakan kepada orang lain. Tapi siang itu, ntah kenapa Ukhti Anna tak ada alasan untuk tak menceritakannya pada Dana. Rasa nyaman, yaa.. itulah yang Ukhti Anna rasakan meski baru beberapa menit ngobrol dengan Dana.
Semuanya berawal dari setahun yang lalu ketika Ukhti Anna masihlah pelajar di salah satu Madrasah Tsanawiyah di daerah Banyuwangi. Di tahun ajaran terakhir, kelas 12, saat itulah Ukhti Anna mulai merasakan cinta untuk pertama kalinya. Berawal dari sebuah kegiatan Rohis di OSIS, akhirnya hatinya luluh untuk seorang ikhwan. Raka namanya.
Ukhti Anna : Iyah.. inshaaAllah nanti setelah sekolah yah sayang.. ujar Ukhti Anna menjawab ajakan makan siang Raka.
Raka : Iya sayang.. ehh, tapi ntar ga dijemput orang tuamu kah?? Tanya Raka memastikan.
Ukhti Anna : Mmm.. ngga sih, kemarin udah bilang kalau mau ada tugas kelompok trus ana bilang kalo ntar baliknya sama temen gitu.. jawab Ukhti Anna yang sudah mulai berani berbohong karena kata yang ia sebut ‘cinta’.
Seiring berjalannya waktu, Ukhti Anna dan Raka semakin jauh dalam menjalin percintaan. Di awal-awal, layaknya pasangan yang sedang PDKT, Raka pun masih menjaga sikapnya. Hanya bertegur sapa dan menambah intensitas chatting dengan Ukhti Anna. Tapi itu tak berlangsung lama, hanya butuh waktu 1 bulan saja, akhirnya Ukhti Anna sudah berani melanggar larangan Islam tentang Khalwat. Berawal dari meng-iya-kan ajakan makan bareng di kantin sekolah, kini keduanya sudah berani berboncengan berdua hanya untuk keperluan yang sepele.
Ukhti Anna : Deket sih.. jalan kaki aja nyampe sebenernya.. jawab Ukhti Anna.
Raka : Iya sih.. Tapi kan aku gamau ayang cape.. trus ntar kalo kelamaan kepanasan cantiknya ilang.. jawab Raka yang sudah berani membelai wajah cantik putih Ukhti Anna yang memang belum bercadar saat itu.
Siapa yang tidak lumer hatinya ketika diperlakukan seperti itu, apalagi oleh Ikhwan yang disayanginya. Dan begitulah awal mula hubungan keduanya berlanjut ke kontak fisik. Mulai dari berpegangan tangan, gandengan, bahkan sampai berpelukan saat berboncengan. Meski ketika Ukhti Anna sedang di rumah dan sendirian, rasa bersalah selalu menghampirinya. Ancaman dosa dari Alloh selalu membuatnya khawatir dan bersegera untuk memperbanyak istighfar. Namun hal itu tak cukup untuk membendung gelora hasrat di kalangan pemuda, apalagi tengah dilanda kasmaran yang begitu kuat. Sesaat ketika melihat Raka, hilanglah semua keimanan yang sejak semalam hingga pagi itu ia jaga.
Ukhti Anna : Hem..?? Video apa sih yang..?? Tanya Ukhti Anna yang sedang duduk bersandar sisi kiri badan Raka dan sedang menikmati Thai Tea.
Raka : Udaahh.. bagus nih.. tonton dulu aja.. kata Raka sambil membelai lembut kepala Ukhti Anna dimana keduanya tengah hang-out bareng di salah satu resto yang berada di daerah pesisir pantai.
Ukhti Anna tak menaruh curiga dengan video yang diputar oleh Raka. Bahkan ia terus bertanya-tanya setiap adegan yang ada di video itu. Ini pertama kalinya Ukhti Anna melihat video porno. Karena terlalu awam, Ukhti Anna pun tetap enjoy dengan video yang diputar Raka. Raka pun menjelaskan maksud dari video itu kalau ini penting dipelajari supaya nantinya kalau sudah berkeluarga tidak bingung.
Raka : Gimana..?? Mau coba ngga yang..?? Dikit dulu aja.. kata Raka sambil membelai lengan Ukhti Anna yang siang itu masih mengenakan seragam biru putihnya.
Ukhti Anna : Mmmhh.. dikit kan ayaang..?? He’emh.. jawab Ukhti Anna.
Raka pun berpindah posisi dan kini duduk bersandar di tembok gazebo tempat keduanya hang-out. Ukhti Anna pun kini terduduk di dekapan Raka dengan punggungnya menempel di dada Raka. Jemari Raka mulai aktif menyusuri tubuh kencang Ukhti Anna yang masih terbalut seragam MTS itu sementara Ukhti Anna masih asyik menyaksikan video seks yang ada di HP Raka. Desahan dan desisan pun mulai terdengar dari mulut manis Ukhti Anna saat tangan kanan Raka meraba paha bagian dalam Ukhti Anna sementara tangan kiri Raka mulai membelai gunung kembar Ukhti Yuna yang nampak sesak oleh bajunya.
Ukhti Anna : Aaahh.. Sayangh.. Mmmhhh.. Ssshhh.. Gelihhh.. Mmmhhh.. desah Ukhti Anna yang sudah menggeliat-geliat karena rangsangan tangan Raka.
Tangan kiri Ukhti Anna pun mulai merangkul kepala Raka saat tiba-tiba Raka mencumbu lehernya yang tertutup jilbab segi empat putih khas siswa MTS. Mata Ukhti Anna mulai terpejam menikmati birahi yang mulai menerpa dirinya untuk pertama kalinya. Desahan Ukhti Anna semakin menjadi saat tangan Raka kini mulai meremas-remas toket Ukhti Anna yang cukup montok bagi tangan Raka, sementara dibawah sana, rok span biru tua yang dikenakan Ukhti Anna sudah naik hingga pinggul sehingga menampakkan kemulusan kaki jenjang siswi itu yang hanya terbalut kaos kaki putih selutut. Tangan kanan Raka begitu lihai menggesek memek sempit perawan Ukhti Anna yang masih terbalut CD berwarna pink muda yang mulai tampak basah.
Raka : Gimana sayang..?? Enak kaann..?? Tanya Raka yang nafasnya terdengar menderu di telinga kiri Ukhti Anna.
Ukhti Anna : Eemmhh.. Shhh.. Aaahhh.. He’emmhh.. Mmhhhh.. Aaaahhh.. Sayaanghhh.. desah Ukhti Anna menikmati permainan tangan Raka.
Namun Raka yang sudah terlanjur terbakar syahwat terlalu terburu-buru sehingga jemarinya justru menelusup ke dalam CD Ukhti Anna. Sontak hal itu membuat Ukhti Anna tersadar dan langsung menarik paksa tangan Raka yang membuat Raka terkejut.
Ukhti Anna : Udahan ajah!! Yuk pulang!! Kata Ukhti Anna yang terlihat kecewa.
Raka : Ahh.. Maaf sayangh.. ga sengaja.. jawab Raka yang menyesal karena terburu-buru.
Ukhti Anna : Dahh yuk.. jawab Ukhti Anna yang segera merapihkan pakainnya dan segera menuju parkiran motor tanpa menunggu Raka.
Setelah kejadian itu, hubungan diantara keduanya mulai merenggang. Meski begitu, Ukhti Anna yang sudah terlanjur merasakan nikmatnya syahwat tak bisa benar-benar meninggalkannya. Akhirnya masturbasi pun menjadi pelariannya saat ia rindu akan permainan jemari Raka ditubuhnya. Setiap pulang sekolah, ia langsung mengunci rapat pintu kamarnya dan segera bermasturbasi ria sambil membayangkan Raka. Bahkan ia berfantasi kalau wajahnya dilumuri sperma Raka saat ejakulasi.
Hubungan keduanya terus seperti itu, hingga menjelang Ujuan Nasional. Beberapa kali Raka berupaya untuk menebus kesalahannya, tapi Ukhti Anna tak ingin hal itu terulang kembali meski hanya berlaku ketika ia bertemu Raka saja. Pagi, siang, sore, malam Ukhti Anna hari-hari berusaha untuk menahan gejolak birahinya. Hingga akhirnya ia tak tahan lagi dan ia pun berniat untuk sekali saja melakukan hal itu lagi sebelum wisuda.
Ukhti Anna : Iya.. nanti setelah kita selesai rapat ROHIS yaa.. di UKS.. kata Ukhti Anna lewat chat WA.
Raka : Iya.. inshaaAllah.. maaf yah sayang.. jawab Raka menyesal.
Sore harinya, sekitar jam 16.00 Raka sudah menanti di ruang UKS. Tak lama berselang, Ukhti Anna pun memasuki ruangan. Rasa canggung yang amat sangat dialami oleh Raka, ia tau benar kalau dirinya bersalah dan tidak berhak untuk meminta apapun. Tapi belum sempat Raka mengucapkan sepatah kata, Ukhti Anna langsung berlari dan mendekapnya dengan erat. Layaknya orang yang telah lama berpisah, Raka pun membalas dekapan Ukhti Anna.
Ukhti Anna : Jujur.. aku masih sayang banget sama ayang.. Cuma.. cumaa.. tolong.. sekali ini saja.. aku pengen ngrasain lagi kehangatanmu sayang.. ucap Ukhti Anna yang membenamkan wajahnya di dada Raka.
Raka : Mmmm.. aku juga masih sayang banget.. maaf buat yang dulu.. maaf banget.. jawab Raka sambil membelai kepala Ukhti Anna.
Pandangan mata keduanya pun saling beradu sesaat setelah Raka mengakhiri kalimatnya. Dan tak butuh waktu lama hingga akhirnya bibir mereka pun saling berpagutan. Sore itu, ranjang UKS menjadi saksi pasangan muda-mudi MTS saling mencumbu satu sama lain. Keduanya telah berjanji hanya sampai di Petting saja tak lebih.
Raka yang lebih dulu memulai aksinya dengan mencumbu seluruh tubuh Ukhti Anna yang sudah terlentang di ranjang UKS. Secara perlahan tanpa melepas cupangannya, Raka melucuti baju dan rok Ukhti Anna hingga hanya menyisakan jilbab putih di kepala dan kaos kaki putih yang menutup kemulusan tubuh Ukhti Anna.
Raka tertegun menenggak ludahnya melihat keindahan bak bidadari di hadapannya. Tubuh yang ramping mulus putih tanpa cela dihias gunung kembar 36B berputing kecoklatan yang sudah mencuat tinggi sementara di bawah, tersaji lembah mulus tanpa bulu yang benar-benar rapat seperti garis saja.
Ukhti Anna : Ssshh.. Jangan diliatin terus sayanghh.. ujar Ukhti Anna yang menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
Raka pun melanjutkan aksinya menikmati kelezatan tubuh ranum Ukhti Anna yang sudah terlihat pasrah itu. Kembali bibir keduanya berpagutan sesaat sebelum kemudian Raka turun dan mencumbu leher jenjang Ukhti Anna hingga dipenuhi ruam kemerahan. Desahan nikmat remaja yang baru akan beranjak dewasa itu begitu menggugah libido Raka. Ditambah lagi saat ia mulai melancarkan serangan ke kedua toket indah bulat Ukhti Anna, lenguhan panjang dibarengi dengan hentakan tubuh Ukhti Anna pun menyambut datangnya hantaman kenikmatan yang belum pernah ia rasakan.
Ukhti Anna : Aawhh.. Aaahh.. Sshhh.. Oohhhh.. Saayaanghh.. Mmhhhh.. Ooohhh..
Kedua tangan Ukhti Anna menjambak, menarik, mengacak-acak rambut Raka saat mulut sang ikhwan yang ia cintai tengah melahap habis kedua putingnya tanpa jeda. Mata lentik Ukhti Anna merem melek dan sesekali ia menggigit bibir bawahnya menikmati foreplay Raka. Tak berhenti disitu, setelah sekitar 10 menitan Raka membombardir gunung kembar Ukhti Anna, kini mulutnya mulai melanjutkan perjalanannya menyusuri lekuk tubuh kekasihnya. Hampir di setiap bagian tubuh Ukhti Anna tak lepas dari ruam merah akibat cupangan kuat Raka.
Ukhti Anna : Ooooooonnnghhh.. Ssshhhh.. Aaaaahhhh.. Ssaaaayyaanghh.. Oohhh.. Mhhh.. Aaahhh.. Iyaahh.. Enaakhh.. Mmhhhh.. Aawwhhh.. Aaahhhhh..
Kembali lenguhan dalam dan panjang keluar dari mulut Ukhti Anna saat lidah Raka menyapu seluruh bibir memeknya mulai dari pangkal dan berakhir di kelentit. Sudah tentu seluruh tubuh Ukhti Anna bergidik hebat merasakan sengatan kenikmatan yang tiada tara. Terlebih lagi saat lidah liar Raka sengaja memainkan klitorisnya, pinggul Ukhti Anna pun bergerak liar tak terkendali. Kedua tangan Ukhti Anna berusaha mendorong kepala Raka agar berhenti karena geli yang tertahankan sekaligus nikmat. Tapi Raka justru menepisnya dan mengarahkan kedua tangan Ukhti Anna agar menahan kedua kakinya yang ia tekuk ke atas agar mengangkang lebar.
Seluruh pikiran Ukhti Anna kalut. Antara ia harus menghentikan apa yang ia lakukan karena ia khawatir ini akan berlanjut terlalu jauh, atau membiarkan semuanya mengalir apa adanya dan berhenti apabila merasa akan kebablasan. Tapi pikiran itu tak bertahan lama. Terampilnya lidah dan bibir Raka menari memanjakan bagian paling sensitif di tubuh akhwat itu telah menghamburkan kekhawatirannya. Kedua ibu jari Raka membantu menguak sedikit memek Ukhti Anna yang masih begitu rapat.
Ukhti Anna : AAAAAHHH.. OOOOOHHHH.. SSHHH.. SAYAANGHH.. DIAPAINNN SIIHHHH.. NNGHHH.. AAAHHH.. MMHHH.. OOOOHHH..
Ukhti Anna tak lagi mampu mengendalikan dirinya. Untungnya sore itu sekolahan sudah kosong sehingga lenguhan dan desahan Ukhti Anna yang begitu lepas saat merasakan lidah Raka menyeruak masuk ke memeknya tak terdengar oleh siapapun. Hampir lebih dari 7 menit Raka bermain-main dengan memek Ukhti Anna. Mulai dari menjilati kelentit, mengecup, menyedot, dan menyapu keseluruhan memek. Alhasil Ukhti Anna tak mampu lagi bertahan dan mencapai orgasme pertamanya.
Ukhti Anna : AAAAUUNNGHHHH..
CRRRTTT.. SEERRR.. SEEEERRRRRRR..
Raka terkejut ketika mendapati semburan hangat dan deras cairan orgasme Ukhti Anna membasahi wajahnya. Namun ia bertindak cepat dan langsung membenamkan wajahnya sehingga seluruh cairan surgawi Ukhti Anna masuk membanjiri kerongkongannya.
Raka : Haemfhh.. Mffhh.. Glekk.. Glekk.. Glekk.. Mffhh.. Srrupppt.. Ahhhhh.. enak yah sayang?? Tanya Raka sambil menyeka wajahnya dengan baju yang ia pakai.
Ukhti Anna : Hhahhh.. Mmhh.. Ssshhh.. He’emhh.. Makasih yah sayangh.. Gantian aku yaahh.. jawab Ukhti Anna sambil berupaya bangun setelah beberapa saat tubuhnya kelojotan karena klimaks.
Kini berganti Raka yang duduk bersandarkan tembok di ranjang UKS sementara Ukhti Anna secara perlahan menarik lepas celana panjang biru tua Raka. Plop.. kontol Raka yang berukuran 16cm dengan diameter 3,5 cm pun tampak mengacung gagah dihiasi urat-urat di batangnya. Ukhti Anna yang juga baru pertama kali melihat kontol lelaki pun bergidik menahan desiran birahi yang mulai mendatanginya lagi.
Ukhti Anna : Mhhh.. bentuknya lucu yahh.. kayak jamur.. kata Ukhti Anna sembari meremas lembut batang kontol Raka dengan tangan kanannya.
Raka : Hahaha.. kamu suka sayangh?? Tanya Raka yang sudah lama menanti momen ini.
Ukhti Anna : Mmmhh.. E’emhh.. trus digimanain sayanghh.. tanya Ukhti Anna sambil menatap mesra Raka sementara tangannya terus mengocok perlahan kontol Raka.
Raka : Aaahhh.. masa iya harus aku kasih tau sih sayangh?? Udah tau kaann..?? Jawab Raka sambil meremas toket kanan Ukhti Anna yang menggantung.
Ukhti Anna pun tertawa kecil karena tak bisa membohongi kekasihnya, Raka. Ia bermaksud sedikit menggodanya, tapi justru Raka lebih tau kalau Ukhti Anna sebenarnya sudah tau apa yang harus dilakukan selanjutnya. Tanpa ragu, Ukhti Anna yang juga sudah menanti momen itu juga, segera memberikan ‘servis’ terbaiknya untuk batang kejantanan Raka. Dimulai dari ciuman lembut di kepala kontol, kemudian beralih ke seluruh batang kontol Raka. Darah di tubuh Raka berdesir cepat merasakan sensasi nikmat dari permainan bibir kekasihnya. Bukan hanya karena ciuman bibir manis Ukhti Anna, tapi pose Ukhti Anna yang begitu menantang semakin membakar syahwat dalam dirinya. Akhwat cantik berjilbab putih yang cukup lebar kini tengah doggy untuk menikmati kenikmatan kontol lelaki pertamanya. Tubuh putih mulus kencang dihias toket bulat ranum 36C yang menggantung terlihat semakin sempurna dengan bokong bulat putih yang tajam menantang setiap lelaki yang melihatnya.
Raka : Nahh kan beneran.. ternyata udah profesional.. ujar Raka yang tersenyum melihat aksi kekasihnya.
Tak serta merta Ukhti Anna melahap kontol Raka, tapi ia terlebih dulu mengulum buah zakar Raka secara bergantian sembari tangan kanan Ukhti Anna terus mengocok lembut batang kontol Raka. Puas dengan buah zakar, barulah Ukhti Anna melancarkan serangan utamanya. Perlahan tapi pasti kehangatan rongga mulut Ukhti Anna membuat Raka memejamkan matanya saat setiap senti kontolnya mulai masuk menyumpal mulut siswi kelas 12 MTS itu.
Ukhti Anna : Haemfhh.. Mmfhh.. Mfhhh.. Mcchhh.. Ockk.. Mfhhh.. Sruuppt.. Ockk.. Ockk.. Ockkk.. Ockk..
Kini berganti Raka yang dibuat merem melek oleh oral-seks yang diberikan Ukhti Anna. Melihat Raka keenakan membuat Ukhti Anna semakin bernafsu untuk lebih jauh beraksi. Ia pun memaksakan dirinya untuk bisa mengulum seluruh batang kontol Raka meskipun beberapa kali tersedak. Desahan Raka semakin keras seiring suara tersedak Ukhti Anna yang sesekali terdengar merdu di telinganya. Kepala Ukhti Anna begitu lihai bergerak naik turun hingga mentok ke perut Raka. Benar-benar kenikmatan yang tiada tara yang Raka rasakan sore itu.
Namun syahwat yang sudah tak terkendali membuat Raka ingin lebih. Kedua tangannya pun mencengkeram kepala Ukhti Anna dan segera menyodok cepat mulut akhwat cantik berumur 17 tahun itu. Tentu saja Ukhti Anna terkejut dan hanya bisa pasrah menjadi samsak kebuasan hasrat birahi Raka. Meski ia harus membuka mulutnya selebar mungkin agar memudahkan kekasihnya, Raka, untuk menikmati mulutnya, disisi lain Ukhti Anna juga menikmati perlakuan itu. Fantasi yang selama beberapa minggu ini ia impikan akhirnya menjadi kenyataan. Air liur kental pun mengalir di sekujur batang kontol Raka yang membuatnya tampak mengkilap.
Raka : Aahh.. Ahhh.. Ohhh.. Enaknya mulut kamuh sayanghh... Ahhh.. Ahhh.. Kluarin manah Sayanghh..?? Tanya Raka yang semakin kuat dan cepat menggenjot mulut Ukhti Anna.
Ukhti Anna : MFFFHH.. MFFHH.. OCKK.. OCKK.. OCKKK.. OCKKKK..
Ukhti Anna tak bisa menjawab karena mulutnya disumpal kontol Raka yang memang terasa lebih besar daripada sebelumnya. Benar saja, hanya beberapa detik kemudian Raka mencabut kontolnya dan segera berdiri di atas ranjang. Dengan tangan kirinya, Raka meminta Ukhti Anna untuk duduk bersimpuh dan CROOTT.. CROOOTTT.. CRRROOOTTT..
Raka : AAAARRGGGHHHHH..
Semburan hangat sperma kental Raka pun membanjiri wajah cantik putih Ukhti Anna. Bahkan jilbabnya pun penuh berlumuran cairan kental khas ikhwan itu. Ukhti Anna hanya terdiam menikmati perlakuan Raka itu karena hal itu juga menjadi fantasinya beberapa hari terakhir, yaitu merasakan semburan sperma di wajahnya.
Dana : Waaahhh.. trus abis itu masih lanjut kah ukh..?? Tanya Dana yang sedari tadi menyimak kisah panas Ukhti Anna.
Ukhti Anna : Ngga lah akhi.. Ehh ya.. ga enak manggilnya akhi.. panggil mas Dana aja yahh..?? Tanya Ukhti Anna.
Dana : Hem..?? Ahahah.. terserah Ukhti aja deh..
Ukhti Anna : Okay.. Nggak lanjut lagi mas.. yaudah trus abis itu kita bersihin diri masing-masing trus pulang.. jawab Ukhti Anna ringan.
Dana : Trus sampe sekarang gak kontak-kontakan sama sekali kah??
Ukhti Anna : Ngga mas.. emang Ana sendiri yang membatasi diri karena Ana udah janji kalu itu ysng terakhir kalinya..
Dana : Ohhh.. bisa yah bertahan.. padahal kebanyakn ga bisa loh istiqomah bertahan kalo udah pernah ngrasain nikmatnya zina gitu.. ehhh.. afwann Ukh.. jawab Dana spontan.
Ukhti Anna : He’emh.. gapapa kok mas.. jujur aja sejak kejadian itu.. bener kata mas Dana.. susah banget buat Ana move on.. yaahh.. gituuuhh.. jawab Ukhti Anna sambil menghela nafas.
Dana : Yaah.. Gituuuhh..?? Maksudnya ukh..?? Tanya Dana sambil mencoba merangkul pundak Ukhti Anna yang kini duduk hanya berjarak sekitar 10cm darinya.
Ukhti Anna : Aaaahh.. Mas Danaaahhh.. masa iya sihh Ana suruh jelasinnhh.. jawab Ukhti Anna sambil memukuli genit Dana.
Dana : Aduduhh.. Ahahah.. kan saya penasaran.. ehh kok saya, mas maksudnya.. kan penasaran sama ukhti.. gituh.. jawab Dana.
Ukhti Anna : Mas Dana ihhh.. ga usah panggil ukhti yahh.. biar kedengaran akrab.. mmm.. panggil Ana aja.. jawab Ukhti Anna yang mulai berani bersandar di bahu Dana.
Dana : Emm.. Mmhh.. Ya.. Mmm.. boleh.. siihh.. Ehh iyaa.. jadinya.. gimana Ana kalau pas lagi pengen gituhh.. tanya Dana yang agak gugup karena belum pernah sedekat ini dengan akhwat bercadar.
Ukhti Anna : Heemm..?? Mashh mau tauuhh..?? Jawab Ukhti Anna sambil berbisik di telinga Dana yang sudah tentu tubuh Ukhti Anna menempel di dada Dana.
Dana : Eeehh.. Mmm.. i... iyaahh.. jawab Dana.
Ukhti Anna : Ginihhh.. jawab Ukhti Anna yang kemudian tangan kirinya bergerilya di selakangan Dana.
Dana : Eeehh.. waduhh.. brarti lanjut ‘maen’ sama ikhwan gitu kah..?? Tanya Dana yang mulai terangsang karena liarnya jemari Ukhti Anna.
Ukhti Anna : Hihihi.. Nggak lah Mashh.. tapi bayangin ajahh.. bayangin kalau ‘ini’ nya mas Danahh genjotin Anaaahhh.. jawab Ukhti Anna berbisik di telinga kiri Dana.
Dana : Ssshh.. Mmmhh.. kok Cuma bayangin..?? Kalau Ana bisa umbar hasrat itu sekarang, kenapa ngga..?? Tanya Dana yang kini berganti menantang Ukhti Anna.
Ukhti Anna : Eeehh.. kok malah nantangin Mashh..?? Hihihih.. oke deehh.. jawab Ukhti Anna yang kemudian mulai beraksi.
Ia pun semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh Dana sehingga kekenyalan toket Ukhti Anna terasa jelas meski masih tertutup jilbab dan abaya. Ukhti Anna menatap genit dengan mata lentiknya yang semakin membuat Dana salah tingkah. Belum lagi tangan kiri Ukhti Anna yang semakin liar meremas-remas batang kontol Dana yang mulai menunjukkan bentuk aslinya dibalik celana sirwal yang ia kenakan. Pikiran Dana sudah tak bisa berpikir jernih dan hanya ingin segera menikmati keindahan tubuh sang hatidzah. Belum sempat ia tersadar dari fantasinya, Ukhti Anna sudah mendaratkan bibirnya yang masih tertutup cadar dan mulai memagut penuh nafsu bibir Dana. Dana pun tak mau kalah dan menunjukkan skillnya yang telah ia pelajari selama menikmati tubuh bu Donita beberapa minggu yang lalu. Sudah jelas cadar Ukhti Anna yang membatasi kedua bibir mereka kini basah kuyup oleh liur. Namun justru ini yang Dana inginkan. Sensasi yang baru dimana ia bisa melumat bibir akhwat bercadar.
Dana : Mffhh.. Mffhh.. Mcchh.. Mffhhh..
Selama beberapa menit keduanya saling berpagutan, memacu mesin birahi dalam diri keduanya agar menjadi lebih ‘panas’. Tak hanya terlatih untuk menghafal Al-Qur’an dengan cepat, para santriwati hasil didikan pondok bu Vyrna juga terlatih untuk melucuti pakaian ikhwan dengan cepat tanpa disadari. Begitu pula yang terjadi pada Dana, hanya butuh waktu beberapa detik saja kini Dana sudah bertelanjang dada dan menunjukkan tubuhnya yang cukup bagus.
Ukhti Anna : Mmmmhhh.. seksinya mas Danaahhh.. jadi makinn gimanaaahh gituuuhhh.. ujar Ukhti Anna yang terbius melihat kencangnya tubuh Dana meskipun tak seatletis Hamdan.
Kembali Ukhti Anna menyasar leher kencang Dana sembari kedua tangannya meraba-raba dada bidang Dana. Layaknya ikhwan ketika melihat keseksian tubuh akhwat yang aduhai, akhwat pun juga merasakan hal yang sama ketika melihat keindahan tubuh ikhwan. Kencang, padat, bidang, apalagi kalau berotot, sudah pasti sekuat apapun iman akhwat pasti akan lumer juga. Hembusan nafas hangat Ukhti Anna yang sudah terbakar birahi bisa dengan jelas Dana rasakan di sekujur tubuhnya saat akhwat cantik kelahiran Banyuwangi menelusuri seluruh tubuhnya dengan bibirnya.
Dana : Emmhhh.. Sshhh.. Ga nyangka lohh kalau Ana bisa seliar ini.. ahahah.. jawab Dana yang kini terlentang di ranjang menikmati permainan Ukhti Anna.
Ukhti Anna : Uwwhh.. Mas Danah sihh.. badannya bagusshh.. seksiihh.. jawab Ukhti Anna yang kali ini sudah doggy di atas kedua kaki Dana.
Dana terkekeh melihat aksi akhwat penghafal Qur’an yang baru saja ia kenal itu. Tak pernah terbayangkan kalau hidupnya akan berubah drastis seperti ini hanya karena mengenal Hamdan. Dulu, baginya akhwat bercadar adalah sesuatu yang ‘mustahil’ bagi dirinya untuk bisa mendapatkannya. Bahkan untuk sekedar berbicara saja Dana selalu canggung, apalagi untuk bisa menikmati tubuhnya. Tapi siang ini, justru akhwat bercadar itu sendiri, bahkan seorang hafidzah, yang justru menawarkan tubuh sucinya untuk Dana nikmati sepuasnya.
Ukhti Anna : Aaahhh.. Maashhh.. Gedeehh bangetthh.. ujar Ukhti Anna yang terperanjat melihat ukuran kontol Dana yang jauh lebih panjang dan besar daripada Raka.
Panjang 19cm dan diameter 4cm berwarna coklat dan dihias urat-urat yang melingkari batang kontol menjadikannya tampak gagah menawan di mata Ukhti Anna. Dahulu ia menganggap ukuran kontol Raka sudah termasuk besar baginya, tapi setelah melihat ukuran kontol Dana yang begitu dominan, persepsi Ukhti Anna pun berubah.
Dana : Kenapa Ana sayanghh..?? Kaget ya?? Tanya Dana menggoda Ukhti Anna.
Ukhti Anna yang masih tertutup sempurna seluruh tubuhnya dengan set syar’i hitam mulai menciumi perlahan kontol perkasa Dana dengan posisi doggy. Mulai dari pangkal hingga ke ujung kepala kontol. Pemandangan yang sangat ironis. Seorang santriwati yang seharusnya menjaga marwahnya sebagai hafidzah sekaligus akhwat bercadar, kini rela melecehkan dan menjual dirinya untuk dinikmati lelaki ajnabi hanya supaya syahwatnya terpenuhi. Cadar Ukhti Anna yang menutupi bibirnya benar-benar sudah basah kuyup oleh liurnya sendiri. Zakar Dana pun tak lepas dari pijatan kembut jemari lentik Ukhti Anna yang membuat Dana merem melek.
Dana : Ooooooonuuhhhhhff... Ssshhh.. Ffuuuckkkkk.. Ssshhhh.. Mmhhhh.. Nikmatnyaahhh.. Wwuuuhhh..
Dana pun melenguh lepas sesaat setelah kontolnya mulai melesak masuk memenuhi mulut Ukhti Anna. Aroma khas selakangan dan kontol ikhwan membelai lembut hidung Ukhti Anna yang membuatnya tak mampu menahan lebih lama lagi. Tiba-tiba kerongkongannya terasa begitu kering dan ingin segera merasakan kelezatan kontol ikhwan di mulutnya. Tanpa pikir panjang, tangan kiri Ukhti Anna sedikit menyingkapkan cadarnya agar tak mengganggu sementara tangan kanan Ukhti Anna yang terbalut handsock hitam menggenggam batang kontol Dana.
Ukhti Anna : Aaahhh.. Haaaeemfhhh.. Mmffhhh.. Sssshh.. Mmffhh.. Mfffhh.. Mmmhh.. Srrrpp.. Mchhh.. Mffhhh.. Ockk.. Ockk.. Mffhhh.. Ockkk..
Dana begitu puas melihat kini selakangannya ada seorang akhwat yang masih mengenakan cadarnya tengah asik menikmati ‘sesuatu’ yang seharusnya diharamkan oleh Islam. Bukan si akhwat tidak tahu akan larangan zina, tapi luapan syahwat yang mungkin terlalu deras dan tak mampu ia tahan sehingga bisikan setan lebih ia turuti daripada seruan malaikat yang terdengar lemah. Meski ini pertama kalinya Ukhti Anna merasakan kontol Dana, tapi tak terlihat kesulitan baginya untuk mengulum separuh dari keseluruhan panjang batang kejantanan Dana. Bahkan kepalanya naik turun begitu lincah, terkadang sesekali dipadukan dengan gerakan memutar yang semakin membuat Dana meleleh karena nikmat.
Dana : Mmmfhh.. MMmffhh.. Ssshh.. Wuuhhh.. Ayuk sayanghh.. Masukin semuanya donghh.. Bisa lahh pasti Ana ku sayanghhh.. Yuukk.. Ssshhh... Pelan-pelan ajahh.. kata Dana yang sudah tak bisa menahan birahi untuk merasakan Deepthroat dari santriwati untuk pertama kalinya.
Mendengar permintaan Dana, Ukhti Anna justru tertantang untuk melakukannya. Dalam hati ia beranggapan kalau ini tak ada bedanya dengan kontol Raka yang dulu juga pernah ia lahap secara keseluruhan. Ia pun perlahan mulai memaksa kontol Dana untuk menyesaki kerongkongannya. Baru beberapa milimeter saja Ukhti Anna sudah tersedak. Tapi bukan berarti ia berhenti. Dana pun membantunya dengan memberikan arahan agar Ukhti Anna mengubah posisinya agak maju. Alhasil meski kesusahan, kini seluruh kontol 19cm Dana berhasil melesak jauh menyusuri sempit dan hangatnya kerongkongan penghafal Al-Qur’an.
Dana : Wwwuuuhhhhhh.. Sshhhh.. Jadi ginih rasanya yaaahh.. Mmhhh.. angetnyahhhh.. Tahan dulu yaah Sayanghhh.. Sshhhh..
Selama beberapa saat Ukhti Anna harus menahan kepalanya yang kini sudah menempel dengan perut bawah Dana. Agak susah bagi Ukhti Anna bernafas karena saluran nafas di lehernya digencet oleh kontol Dana, tapi ia juga merasakan puas dan juga nikmat karena bisa menelan batang kontol yang jauh lebih besar daripada sebelumnya.
Ukhti Anna : HHMMFHH.. MFFHH.. OCKK.. OCKK.. MFFHHH.. OCKK.. OCKKK.. SSRPTT.. OCCKK.. OCKKK.. MFFHHH.. OCKKK.. OCCKKK..
Ukhti Anna tak bisa mempungkiri kalau dirinya kini mulai menikmati sensasi saat kerongkongannya dipaksa melar oleh kontol ikhwan. Tiap kali dinding kerongkongannya digesek cepat oleh kontol, secara bersamaan memeknya pun berkedut semakin hebat. Apalagi saat kontol Dana menghantam kasar pangkal kerongkongannya, mata Ukhti Anna menjadi nanar karena kenikmatan yang tak terbayangkan sebelumnya.
Ukhti Anna : Aaahhh.. Jauh beda daripada punya Raka.. baru di mulut aja enak banget ginihh.. aahhh.. gumam Ukhti Anna dalam benaknya.
Sekitar 5 menit lamanya Ukhti Anna terus memanjakan kontol Dana dengan mulut dan kerongkongannya. Sesekali ia mencabut kontol Dana, menjilati dan mengocok sebentar, kemudian kembali ia telan. Berbagai teknik yang ia pelajari dari Ummi Pipik, meskipun belum sempurna, cukup membuat Dana megap-megap.
Dana : Aaahhh.. Ccukk.. kok bisa enak banget gini sih sayang!? Ssshhh.. Aaahhh.. Sini aahhh.. Mas juga pengen buat Ana enakk.. kata Dana seraya menarik jilbab Ukhti Anna.
Dana mengarahkan Ukhti Anna untuk mengambil posisi 69. Dana menahan nafasnya karena ia kini disuguhi bokong seorang hafidzah meskipun masih tertutup abaya hitam. Kedua tangan Sana mulai nakal membelai dan sesekali menampar bokong Ukhti Anna sementara matanya merem melek karena kontolnya sudah kembali ditelan keseluruhannya oleh akhwat kelahiran Banyuwangi itu.
Dana : Wueeehh.. Apaaan nihh..?? Cantik sih bokongnyaa.. tapi.. wahh.. binal yaaahh.. ahahaha.. Ana kuh sayanghh.. ujar Dana terkejut melihat bokong bulat putih mulus Ukhti Anna.
Setelah menyibakkan bawahan abaya hitam yang dikenakan Ukhti Anna, Dana seperti mendapatkan jackpot. Bukan hanya karena keindahan bokong akhwat bercadar 18tahun itu yang putih, bulat, mulus tanpa cela dan dihias oleh memek sempit wangi yang mulus tanpa bulu dan terlihat rapat layaknya garis, Dana juga dikejutkan oleh Dildo medium ukuran medium yang menyumpal anus Ukhti Anna. Tak henti-hentinya Dana dibuat keheranan dengan binal nya santriwati pondok di hadapannya itu yang membuat Dana semakin gemas. Tamparan demi tamparan Dana daratan di bokong Ukhti Anna yang kini mulai tampak kemerahan.
Ukhti Anna : MFFHH..!! MFFHH.. OCKK!! OCKK!! OCKK!! MMFHH..!! SSRRPTT.. SRRPPT..!! MMFHHH!! MFFHHUAAHH..!! AAHHHM.. MASHH.. SSHHH.. HAEMFHHH..!! OCKK!! OCKK!!
Ukhti Anna mengerang tertahan saat merasakan dildo medium yang menyumpal anusnya dikocok cepat oleh Dana. Erangan Ukhti Anna semakin keras karena kini Dana mulai melancarkan serangannya. Lidah Dana mulai menggeliat membelah sempitnya bibir memek Ukhti Anna. Jelas saja sensasi rangsangan yang luar biasa nikmat menyebar cepat ke seluruh syaraf Ukhti Anna. Seluruh tubuh Ukhti Anna kelojotan merespon terpaan syahwat yang meledak sesaat setelah lidah Dana membelai kelentitnya dengan intens.
Ukhti Anna : HMMFHH..!! MMFHHH..!! MMFFUAAH.. AAAHHH.. AMPUNNH MASSHH.. MMHHH.. AAHH GELIIHH.. AAAHH.. AAHHH.. SSHHH.. OOOHHHMMFHH.. MFFHH!! MFFHH!! OCKK!! OCKK!! OCKK!!
Tubuh Ukhti Anna tak mampu menahan gejolak kenikmatan yang melanda. Matanya merem melek, sementara mulutnya hanya bisa mengerang dan mendesah. Tapi tak berselang lama, Ukhti Anna kembali melesakkan kontol Dana hingga mentok ke pangkal kerongkongannya. Ia berusaha mengimbangi liarnya lidah Dana mengobok-obok liang senggamanya dengan gerakan cepat kepalanya naik-turun melakukan Deepthroat seks.
Dana : Mmfhh.. Mcchh.. Sruuppt.. Srruuppt.. Elelelempthh.. Mmfhh.. Srruppthh.. Mmfhh.. Mcchh.. Srrupptt.. Aaahhh.. Enak bener nih memekmuh sayanghh.. Mmmmffhh.. Bikin mas ketagihannhh.. Haemfhh.. Mmffhh.. Srrupptt.. Mmfhhh..
Dana begitu beringas menenggelamkan wajahnya di selakangan mulus putih milik akhwat bercadar itu. Lidahnya pun terus menyapu mulai dari ujung hingga ke pangkal memek, kemudian dilanjutkan dengan menyeruak masuk menari dan merangsang dinding liang peranakan Ukhti Anna. Tak ingin mubadzir, tangan kanan Dana kembali mengocok cepet dildo medium. Kombinasi rangsangan kenikmatan di tiga titik lemah akhwat pun membuat Ukhti terbang tinggi di langit kenikmatan zina.
Ukhti Anna : MMFHHH..!! MFFHH!! OCKK!! OCKK!! OCCK!! MFFHHH.. MMMFFFNNGGHHHHHHH..!!!
SEEEERRRRRRR.. SEEEERRRRRRR.. SEEEERRRRRRR..
Pinggul Ukhti Anna mengejang kuat disertai semburan kencang cairan surgawi karena klimaks yang ia rasakan. Dana pun dibuat terkejut dan sontak menarik mundur kepalanya yang menyebabkan leher dan dadanya dibanjiri cairan surgawi Ukhti Anna. 8 detik lamanya seluruh tubuh Ukhti Anna tersentak-sentak layaknya tengah disengat listrik.
Dana : Beehh.. Binal emang yah Anna kamuhh.. Mmhhh.. santriwati kayak gini sih wajib dihukum..!! Ujar Dana sambil menampar keras kedua bongkahan bokong Ukhti Anna.
Ukhti Anna : AAAHH..!! awwhh.. Maaf mass Danaahh sayanghh.. iyaah.. tolong hukum Annah.. Sshhh.. Aahhh.. jawab Ukhti Anna yang kini kepalanya bersandar di selakangan Dana dengan kontol Dana menutupi hampir seluruh wajahnya.
Dana yang masih full-power dengan kasar mendorong tubuh Ukhti Anna ke samping kanan hingga terhempas di ranjang. Ukhti Anna yang baru saja mengalami orgasme hebat pertamanya pun hanya pasrah saat Dana mulai mengganas.
Kini berganti Dana yang berada di atas tubuh Ukhti Anna yang terlentang. Tampak mata Ukhti Anna yang masih sayu tapi tak membuat Dana merasa kasihan. Ia menyibakkan sedikit cadar yang menutupi bibir Ukhti Anna hingga nampaklah ranumnya bibir pink merona yang biasa digunakan untuk melantunkan ayat-ayat Al Qur’an.
Dan sudah jelas, Dana langsung melumat bibir manis Ukhti Anna dengan penuh nafsu. Sembari menikmati manisnya bibir perawan, kedua tangan Dana begitu terampil menyibakkan cadar dan jilbab yang menutupi bagian dada Ukhti Anna. Dan tanpa halangan yang berarti, resleting depan abaya Ukhti Anna pun ditarik turun dan Plop.. toket kembar bulat dengan puting kecoklatan berukuran 36C pun menjembul keluar layaknya burung yang sudah terlalu lama terkukung dalam sangkar.
Ukhti Anna : Aaaahhh.. Mmfhh.. Ssshhh.. Maashhh.. Mmhhh.. Aaaahhh.. Gelihhh.. Ooohhh..
Desah nikmat Ukhti Anna memenuhi ruangan kamar karena kali ini Dana beralih mencumbu leher. Meski tertutup rapat oleh jilbab, namun karena kuatnya birahi yang membakar dirinya, Ukhti Anna tetap bisa merasakan dengan jelas liarnya cumbuan Dana. Cupangan dan ciuman Dana terus turun dan berhenti sesaat di lembah antara kedua gunung indah itu. Sesaat Dana menatap nakal mata indah Ukhti Anna sebum kemudian ia kembali menikmati tubuh putih terawat hafidzah di hadapannya.
Dana : Mchh.. Mcchh.. Mffhh.. Sruuppt.. Mchhh.. Mffhh.. Srrppt..
Jilatan serta cupangan saling berkolaborasi merangsang tubuh sang akhwat. Dana memang sengaja hanya menikmati toket Ukhti Anna tanpa sedikitpun lidahnya atau bibirnya menyentuh puting coklat muda yang sudah begitu keras mencuat. Merasakan hal ini sontak tubuh Ukhti Anna bergerak dengan sendirinya, menginginkan agar Dana segera melahap daging kecil yang berisikan berjuta-juta syaraf kenikmatan.
Dana : Hooo.. Anna pengen yaahh..??? Tanya Dana genit.
Ukhti Anna : Hhh.. Shhh.. E’eemhh.. Pengennhhh.. jawab Ukhti Anna genit.
Daaann.. lenguhan panjang dan keras Ukhti Anna pun meledak saat akhirnya siksaan yang Dana lakukan berbuah kenikmatan. Mata Ukhti Anna terpejam dengan bibirnya ia gigit karena nikmat yang tiada tara dan sudah lama tak ia rasakan. Sesekali kepala Ukhti Anna menoleh ke kiri-kanan menahan nikmat permainan lidah Dana membelai putingnya. Tak hanya lidah saja, paduan teknik hisapan mulut dan gigitan kecil Dana semakin menghancurkan pembatas keimanan akhwat cantik kelahiran Banyuwangi itu.
Ukhti Anna : Aahhh.. Maashh.. Aahhh.. Enaknyahh.. Mmhhh.. Nakal ihh lidah mas Dana.. Shhh.. Terushh Masshh.. Aahhh.. Isep sayanghhh.. Uuwhhh..
Kedua tangan Ukhti Anna meremas dan menjambak rambut Dana, dan tak hanya sekali atau dua kali Dana harus menahan nafasnya karena kepalanya ditekan hingga terbenam diantara kedua toket Ukhti Anna. Sekitar 7 menit lamanya Dana memuaskan hasratnya dengan toket ranum Ukhti Anna sebelum kemudian ia beralih memanjakan kedua kaki jenjang Ukhti Anna yang hanya menyisakan kaos kaki saja yang masih menempel.
Tak seperti Hamdan atau Amin, Dana lebih senang kalau menikmati akhwat yang masih mengenakan seluruh pakaian syar’i secara lengkap namun tetap memamerkan keindahan bagian tubuhnya yang menjadi incaran santapan tiap lelaki. Kaos kaki hitam yang menutupi bagian keindahan kaki Ujhti Anna tak mengurungkan hasrat Dana yang sudah memuncak. Bahkan dengan sengaja ia mengulum jemari kaki hafidzah itu hingga basah kuyup. Meski tak senikmat saat Dana tengah menyantap toketnya, tapi tetap saja itu memberikan rangsangan yang cukup kuat untuk membuat Ukhti Anna mendesah kencang.
Lidah Dana pun mulai melanjutkan perjalanannya menyusuri kaki jenjang Ukhti Anna hingga meninggalkan bekas liur yang nampak mengkilap. Lenguhan dan hentakan pinggul Ukhti Anna selalu hadir menyambut sapuan lidah Dana saat menyentuh pangkal pahanya. Mata Ukhti Anna terpejam sementara desah dan lenguhan tak berhenti keluar dari mulutnya karena tak pernah menyangka jalau foreplay bisa senikmat ini.
Ukhti Anna : Aaahh.. Mass Danaahh.. Mmhh.. Ayuuk Masshh.. Sshh.. Situuuhh.. Aaahh.. Ayukk doonghh.. Ga tahaanhh.. Sshh.. Gateelhhhh.. Oohh.. Shhhh.. NNGHHAAAAHHHHHHHH.. MMMHHH.. SSSHHH.. OOOOHHHH.. SSSHHH.. YEESSHHH.. MMMHHH.. ALLAAHHH.. JADIIIHH INIHH RASANYAAHH.. MMMHH.. SSHHHH.. ISEPPHH MASSHH.. AAHHH.. MAS DANAAHHH.. MMHHHH..
Cukup lama. Ukhti Anna harus bersabar menahan permainan Dana di kakinya. Terlebih lagi saat dengan sengaja Dana menghentikan jilatannya sesaat sebelum menyentuh bibir liang surgawi yang membuat Ukhti Anna begitu kecewa. Beberapa kali Ukhti Anna mengangkat pinggulnya berharap meski sedikit saja lidah Dana akan menyentuh bagian tubuh paling suci miliknya. Tapi tetap saja gagal. Dan akhirnya setelah merengek dan mengiba, kesabarannya pun berbuah kenikmatan yang tak terhingga.
MMHHH.. OOHHH.. SSSEPPHH.. MCCCHHH.. SRRPPTT.. SSSHHH.. MFFHH.. OOOHHH.. MASSHH.. NIKMATHH.. SSHHH.. AAAHHH.. MMCH.. MCCHH.. SSRRUUPPTTH.. MFFHH.. OOHHH..
Decak becek jilatan dan kenyotan Dana saat mencicipi lezatnya bibir memek akhwat bercadar yang masih perawan membuat alunan yang menggugah libido saat bercampur dengan desahan menahan nikmat yang keluar dari mulut suci seorang hafizdah. Kepala Ukhti Anna mendongak tiap kali lidah Dana menari indah di kelentitnya seakan hantaman listrik ribuan volt tengah melanda. Jilbab dan cadar yang ia kenakan pun mulai terlihat kusut. Kedua tangan Ukhti Anna pun bergantian antara meremasi kepala Dana atau meremas sprei karena kenikmatan yang bertubi-tubi.
Dana : HHaemmmfhh.. Mfhhh.. Ssruupptt.. Mmmfuuahh.. Ffuhh.. Gurihnya yaah memek penghafal Qur’an.. bikin ketagihan.. coba kalau dalamnya kayak apa yah rasanyahh..?? Mmfhh.. Srruppt.. Elelelempthh.. Mmfhh.. Ssrrptt.. Ssrrpptt..
Ukhti Anna : AAAHHH.. MAASSHHH.. MMMFHHH.. OOoouhh.. Sshhh.. Dduhhh.. Sshhh.. Istirahat Bentarhh Masshh.. Sshh.. OOOUUNGHH.. AAHHH.. HEMMFHH.. MMFHHH.. MFFHHH.. SSHHH.. OOOHHH.. SHH.. OOOHH.. NAKKALLLHH.. AAHHH.. AMPUUUNH MASSHH.. MMMHH.. AALLAAHH.. ENAKNYAAHH.. AAHHH.. SSHHH..
Sesaat saja Ukhti Anna mengira ia bisa beristirahat sejenak dari hantaman tsunami kenikmatan. Tapi kenyataannya ia harus kembali melenguh dan mendesah karena kini Dana lebih jauh dalam beraksi. Lidahnya tanpa ampun menerobos masuk dan menari liar di rongga peranakan Ukhti Anna. Sontak saja akhwat cantik umur 18 tahun itu kelojotan bak cacing kepanasan. Tubuhnya terus menghentak kuat karena kenikmatan yang lebih daripada sebelumnya. Antara geli bercampur nikmat, itulah yang ia rasakan. Semakin lama, semakin banyak lendir kental khas akhwat yang sedang birahi, mengalir keluar dan menjadi santapan bagi mulut Dana yang sudah terlalu kering. Sudah tentu Dana semakin beringas dan liar karena kelezatan yang begitu memanjakan lidahnya.
Ukhti Anna : AAANNGHH.. AAHHH.. MMAASSHH.. OOHH.. MMHH.. SSHH.. OOHHHH.. OOHHH.. AAWWHH.. EANKK MASHHH.. AAAHHHH.. PIPISSSS.. OOOUUNNNGGGHHH..!!!
SEERRRR.. SEEEERRRRRRR.. GLEKK.. GLEEEKK..
Kedua paha mulus Ukhti Anna menjepit kuat kepala Dana bersama dengan tangan kanan Ukhti Anna yang menjambak kuat rambut Dana sementara tangan kirinya mencengkram bantal saat oragsme kuat menerpanya. Pinggulnya ia angkat cukup tinggi yang membuat kepala Dana semakin terbenam di selakangannya. Dana memang tak sempat mengelak, namun ini juga yang ia harapkan karena bisa merasakan segar dan hangatnya cairan surgawi seorang santriwati penghafal Qur’an.
Dana : MMFHH!! SRRPRPT.. GLEKK.. SRRPPTT.. GLEKK.. UHUKK.. GLEKK.. MFFHH..
Meski bukan pertama kalinya, tapi tetap saja tubuh indah Ukhti Anna mengejang hebat beberapa saat sebelum akhirnya terhempas lemah di ranjang. Nafasnya tersengal seakan baru saja lari jarak jauh. Matanya tampak sayu dengan kedua kakinya mengangkang. Tampak jelas memeknya yang mulus becek oleh cairan surgawi yang baru saja dilahap habis Dana.
Dana : Hemmhh.. Sedep nyaahhh.. udah lega nih.. waktunya hidangan utama yah Anna sayangh..?? Tanya Dana yang sudah kembali menggesekkan kontolnya di bibir memek Ukhti Anna.
Ukhti Anna : Mmhh.. Hhhh.. Hhh.. Iyaahh mass Danahh.. Buruan masukinn Masshh.. Perawanin Annaah yaahh.. Anna sayangh mas Danaahhh.. Sshhh.. Mmhhh..
Seperti biasa, Dana memulai aksinya dengan menstimulasi labia mayora tipis Ukhti Anna yang masih begitu rapat. Hal ini bertujuan untuk membangkitkan kembali libido dalam diri Ukhti Anna yang agak berkurang setelah klimaks. Desahan Ukhti Anna pun mulai terdengar kembali tiap kali kepala kontol Dana membelah bibir liang surgawinya dan menggesek kelentitnya yang memang sedang sangat sensitif. Pinggul Ukhti Anna pun mulai bergoyang seakan ingin agar Dana segera melesakkan senjata pusakanya menembus sempitnya keperawanan akhwat bercadar dihadapannya.
Ukhti Anna : AAAKKHH..!! MAASHH..!! MMHHHH.. SSHHH.. SSSH.. SAAKITH MASSHH!! BEN.. TARHH..!!
Ukhti Anna merintih dengan kedua tangannya mencengkeram bantal sementara kepalanya mendongak karena menahan pedih saat selaput daranya robek dan seluruh saluran peranakannya dipaksa mekar oleh kontol jumbo Dana. Anusnya yang masih tersumpal dildo medium semakin membuat kontol Dana terasa begitu dahsyat menyesaki paksa liang surgawinya sehingga hanya separuh kontol Dana saja yang berhasil menembus ketatnya pertahanan liang surgawi Ukhti Anna. Dana pun istirahat sesaat untuk merasakan kuatnya pijatan dinding memek Ukhti Anna seraya ia mencumbu kembali titik-titik sensitif di tubuh Ukhti Anna.
Kedua tangan Dana dengan sigap dan cekatan segera meremas-remas kuat toket Ukhti Anna dipadu dengan memilin puting sang hafidzah sementara mulut kedua aktifis islam itu kembali berpagutan meski terhalang satu lembar kain tipis berwarna hitam.
Ukhti Anna : Mmfhh.. Mffhhh.. Ssshh.. Lanjutt Masshh.. Udah enakan kok.. Yuukk.. Shhh.. Masukin semuaahh.. Sshhh.. Nikmatin Annah sepuasnyaahh.. ucap Ukhti Anna yang membuat Dana terkejut sekaligus membakar syahwatnya.
Dana : Eehh..?? Benerann?? Boleh dinikmatin sepuasnya..?? Tanya Dana yang penasaran.
Ukhti Anna : He’mehh.. Sodok memek Annah Mashh.. Uuwwhh.. Kontol mas Danah yang perkasah ituuhh.. Ayuukk.. Shhh.. Udah ga taahhannhh.. Mmhhh.. Yang kuat yaahh masshh.. goda Ukhti Anna yang ia pelajari dari Upgrading bersama Ummi Pipik.
Ibarat bensin di sulut api, seluruh birahi dalam tubuh Dana pun meledak yang membuatnya benar-benar ingin menikmati seluruh tubuh indah Ukhti Anna hingga tak bersisa. Tanpa membuang waktu, Dana segera menghantamkan pinggulnya sekuat mungkin ke selakangan Ukhti Anna dengan posisi Missionary.
SPLOKK..!!! PLOKK!! PLOKK!! PLOKKK!!
Ukhti Anna : AAAGHHH!! AAAHH!! MASSH..!! OHHH!! NGGH!! OOOHH!! SSHH!! AAAWWHH!! AAAHH!! AAAAHH!! MAS DANAHH..!! MMFFHH..!! GEDENYAHH!! MENTOKK..!! AAHH.. AALLAAHH.. ENAK BANGETHH NGENTTOTT!! OOHHH!! KONTOLLHH!! AAAHH.. SSHH.. OOHHH..
Mata Ukhti Anna terbelalak saat sisa kontol Dana menyeruak cepat memaksa liang surgawi sempitnya untuk merekah lebar mengikuti ukuran kontol jumbo Dana dan menghantam kuat pintu rahimnya. Perih, sakit, tapi bercampur nikmat, semuanya berpadu yang membuat Ukhti Anna semakin blingsatan. Namun seiring berjalannya waktu, rasa sakit yang ia rasakan mulai berangsur hilang dan berganti nikmat dan nikmat saja yang Hafidzah 18 tahun itu rasakan.
Ukhti Anna mendekap erat tubuh kencang Dana yang tengah menggumulinya. Tak pernah terpikirkan oleh Ukhti Anna kalau ia akan melepaskan kesucian tubuhnya pada seorang lelaki ajnabi yang baru beberapa menit lalu ia temui. Setelah pertemuan terakhirnya dengan Raka, ia bertekad kuat untuk kembali ke jalan agama. Ia ingin mendalami agama lebih jauh untuk membayar semua dosa-dosanya yang telah lalu. Belajar di pondok pun menjadi pilihan Ukhti Anna karena ia beranggapan lingkungan pondok bisa membantunya cepat menjadi muslimah yang lebih baik dan ta’at.
Namun kini, semuanya sirna. Siang ini ia begitu mudah melepaskan dirinya, bahkan mengobral marwahnya hanya untuk kenikmatan sesaat dari kontol lelaki. Selama setahun belakangan ini ia telah banyak belajar tentang bagaimana menahan nafsu, tapi itu semua tak berguna dihadapan kenikmatan hakiki zina. Kini, saat ini, Ukhti Anna tak ada bedanya dengan wanita-wanita pelacur di luar sana. Yang membedakan hanyalah pakaian syar’i yang masih menempel membalut tubuh indahnya.
Ukhti Anna : AAHHH.. AHHHH.. MASHH.. MMHHH.. KONTOLLHH.. AAHH.. ENAK MASSHH.. OOHHHH.. PERKASAH BANGETTTHH MASS DANAHH.. AHHH.. AHHH.. PIPISS LAGIIHH MASSHH.. NNGHHHH..!!!
PLOK!! SEEEERRRRRRR... SEEEERRRRRRR.. SEEERRRR..
Mendengar racauan Ukhti Anna, Dana segera mengakhiri penderitaannya dengan menghantamkan pinggulnya kuat-kuat yang jelas membuat tubuh Ukhti Anna mengejang karena nikmat saat pintu rahimnya kembali dihantam kontol jumbo Dana. Memek Ukhti Anna menyambutnya dengan berkedut kencang dan menyemburkan kuat cairan surgawinya membanjiri perut dan selakangan keduanya. Selama sekitar 7 detik lamanya Ukhti Anna mengejang menikmati klimaks sementara abaya dan sprei ranjang sudah mulai basah kuyup oleh cairan surgawi dan darah keperawanan.
Dana : Hhh.. Hhh.. Ffuhh.. enak yah sayang..?? Lanjut lagi yaahh..?? Tanya Dana yang mulai berkeringat.
Ukhti Anna : E’emhh Mashh.. Lagiihh.. Mmhhh.. Ooohhh.. AAAHH.. AHHH.. SHH.. OHHH..OOHHH.. YESHHH.. AAHH.. KONTOLHH.. KONTOLHHH.. AAHH.. NGENTOT ENAKK.. AHHH.. MMHH.. TERUSH MASSHH.. OOHHH.. NGGHH..
Kali ini kedua kaki Ukhti Anna diangkat ke atas dan dibuka lebar, sementara pinggulnya terangkat. Kedua kaki mulus putih Ukhti Anna disangga oleh kedua lengan Dana yang juga menyangga tubuhnya sendiri. Posisi ‘Eagle’ seperti ini membuat Dana bisa dengan leluasa melakukan penetrasi total hingga seluruh kontolnya tenggelam sempurna. Ukhti Anna pun hanya bisa pasrah akan perkasanya Dana mensetubuhi dirinya. Matanya nanar, mulutnya terus meracau, sementara kepalanya kadang ia banting ke kanan-kiri karena tak kuasa menahan kenikmatan yang terus Dana berikan. Otaknya serasa blank ketika kontol Dana yang jumbo menghantam kuat pintu rahimnya bekerjasama dengan dildo medium yang terus merangsang liang bo’ol hafidzah kelahiran Banyuwangi itu.
PLOKK!! PLOKKK!! PLOKKK!!
Seluruh tubuh Ukhti Anna berguncang hebat. Ranjang pun berderit keras menahan kuatnya genjotan Dana menggagahi keperawanan sang akhwat bercadar. Gunung kembar kenyal Ukhti Anna berayun-ayun indah memanjakan mata Dana yang sudah digelapkan oleh nafsu birahi. Desahan Ukhti Anna mulai berubah menjadi jeritan kecil saat kontol Dana menghujam kuat tanpa ampun. Lebih dari 8 menit Dana menggenjot Ukhti Anna yang sudah blingsatan tak karuan dengan posisi itu sebelum kemudian lenguhan kuat dan panjang Ukhti Anna menggema.
Ukhti Anna : AAGHH!! AGHH!! MASSHH!! OHHH..!! PELANHH MASHH..!! AAHH..!! MAS DANAAHH..!! AAHHH..!! AAAAHHH..!! OUUNGGHHHH...!!!!!
SEERRRR.. SEEEERRRRRRR.. SEEEERRRRRRR..
Dana segera mencabut kontolnya karena merasakan jepitan kuat liang surgawi Ukhti Anna yang mencapai klimaksnya. Cairan surgawi khas orgasme akhwat pun meledak, menyembur kuat membasahi perut dan dada Dana. Karena terlalu deras, abaya dan jilbab Ukhti Anna pun ikut basah kuyup. Mata Ukhti Anna terpejam dengan kepalanya mendongak sementara kedua tang mencengkeram kuat lengan Dana saat merasakan kenikmatan orgasmenya yang membuat Dana meringis menahan nyeri.
Tubuh cantik Ukhti Anna masih mengejang saat tiba-tiba Dana membalikkan tubuhnya dengan paksa. Meski masih belum selesai orgasme yang ia rasakan, tapi Ukhti Anna tak punya pilihan lain selain mengikuti kemauan Dana. Kini posisi Ukhti Anna ibarat orang sujud dengan bokongnya yang putih mulus bulat itu mengacung menghadap Dana yang tengah berlutut dan tersenyum memandangi keindahan bagian bawah tubuh seorang hafidzah yang hari-hari selalu tertutup sempurna oleh pakaian syar’i dari mata lelaki.
Dana : Sshhh.. Gila ngga sih..??? Udah muslimah, hafidzah, bercadar, cantik, putih, ehh tapi doyan ginian..?? Idaman beett.. ahahah.. apalagi niihh..?!! Binalnyaa ga ada obaaattt!! Ujar Dana yang kemudian mengocok cepat dan kasar dildo medium di anus Ukhti Anna sambil sesekali menampari bokong hafidzah itu.
Ukhti Anna : AHH.. SSHH.. AGHH!! MASHH.. AHHH.. AHHH.. MMHHH.. OHHHH..
SLEEB!! SLEEB!! SLEEB!! PLOOP..
Setelah puas mengocok anus Ukhti Anna, Dana langsung mencabut cepat Dildo yang sudah berlumuran lendir khas anus akhwat itu dan segera mengarahkan kedua tangan Ukhti Anna untuk menarik bokongnya ke kanan-kiri sehingga liang anusnya semakin merekah. HP Dana pun segera mengabadikan momen erotis itu dimana santriwati bercadar tengah nungging dan memamerkan liang bo’olnya yang sudah siap dinikmati.
Ckrek!! Ckrekk!! *Suara kamera
Dana : Naahh.. Cakep sih kalo gini sayanghh.. bikin mas jadi makin sayang nihh.. kata Dana sambil melempar HP nya ke sofa kamar.
Dana pun membelai dan meremas lembut bokong Ukhti Anna yang benar-benar bulat dan menantang karena dihias anus coklat yang merekah dan memek legit yang sempit. Layaknya adegan video porno, Dana pun meludahi liang anus Ukhti Anna yang dilanjutkan dengan melakukan penetrasi secara perlahan.
Ukhti Anna : AAAAUUHH.. NNGHHH.. SSSHHH.. MMMUOOHHH.. SSHHH.. MASSHH.. AAAAHHH.. SSHHH.. OHHH!! OHHH!! SSHH.. AAAHH!! ENAK MASSHH!! AAHH..!! DUUHH!! YA ALLAHH.. ENAK BANGETHH!! MMHH!! MMHHH!! YESSHH..!! SODOK BOKONG ANNAAHH..!! MASSHH.. !!!
PLOKK!! PLOKKK!! PLOKK!!
Hanya sebentar saja Dana penetrasi perlahan. Lenguhan tertahan Ukhti Anna yang merasakan perutnya mulai tersumpal penuh oleh kontol Dana mulai berganti dengan teriakan dan racauan. Tak seperti saat tengah merobek keperawanan memek Ukhti Anna, Dana langsung menggenjot cepat dan kuat bokong hafidzah Banyuwangi itu karena memang sudah dipersiapkan untuk di anal sedari tadi. Tak hanya Ukhti Anna yang dibuat merem melek keenakan dan tergila-gila, Dana pun merasakan hal yang sama. Jepitan kuat yang begitu intens di seluruh batang kontol berurat Dana, membuat mahasiswa UII itu melayang nikmat. Pengalaman anal pertama ini langsung membuat kedua insan penggiat islam itu ketagihan. Tak ayal hanya beberapa menit saja, Ukhti Anna sudah langsung mencapai anal-orgasme pertamanya.
Ukhti Anna : OGHH!! OGHH!! AAHH!! MASSHH!! OOHH!! GEDE BANGETTHH SSSSIIIHHH...!! OHHH..!! ANNA GA TAHAN LAGIIIHHH.. MMHHH..!! MMHHH..!! OOOUUNGHH..!!
PLOOKK!!! SEEEERRRRRRR.. SEEEERRRRRRR.. SEERRR..!!
Kontol Dana menghujam jauh di liang bo’ol Ukhti Anna dan dibarengi dengan memek Ukhti Anna yang kembali memuntahkan cairan segar khas orgasme akhwat. Ranjang kamar mereka kini tak ada ubahnya seperti kolam. Begitu becek dan beraroma khas cairan surgawi bercampur lendir birahi akhwat. Selama beberapa detik tubuh Ukhti Anna mengejang menikmati klimaksnya. Dana pun beristirahat sebentar karena ia cukup kelelahan setelah lebih dari 30menit menggarap penghafal Qur’an cantik itu.
Dana : Hufft.. istirahat bentar yah sayang.. mmhh.. nih pasang disanah.. trus emut yaahh.. biar makin hot..!! Ahahaha.. ujar Dana sambil menyerahkan dildo medium yang masih berlumuran lendir anus pada Ukhti Anna sementara kontolnya masih terbenam total di anus Ukhti Anna.
Ukhti Anna tanpa banyak kata langsung menempelkan dildo medium yang beraroma khas lendir anusnya itu di Head-board ranjang. Entah kenapa aroma yang datang dari dildo itu justru membuat kerongkongan Ukhti Anna kembali gatal seperti saat dirinya disuguhi kontol ikhwan untuk pertama kalinya.
Ukhti Anna : Mffhh.. Masshh.. Haaemffhhh.. mffhh.. Srruppt.. Mmffhh!! MFFFHH..!! OCKK!! OCKK!! OCKK!! MFFHH!! OCKKK!! OCKKK!! UHUK!! OCKK!! OCKK!! MFFFHHH!!
Sesaat setelah dildo mulai menyesaki mulut Ukhti Anna, Dana langsung menghantamkan kontolnya kuat-kuat yang membuat tubuh Ukhti Anna terdorong maju. Kedua tangan Ukhti Anna yang seharusnya menjadi penopang tubuhnya kini ditarik ke belakang oleh Dana sehingga ia tak bisa menolak saat Dildo medium itu melesak masuk cepat hingga menyodok pangkal kerongkongannya. Meski tengah asik menikmati meng-anal hafidzah bercadar, Dana sedikit menyesal karena tak mempersiapkan HPnya untuk merekam adegan panas mereka sekarang dimana ada seorang santriwati bercadar yang masih mengenakan pakaian syar’inya yang serba hitam tengah di anal kasar dengan posisi doggy sementara mulutnya tersumpal penuh oleh Dildo layaknya tengah melayani dua kontol sekaligus.
SEEEERRRRRRR.. SEERRR.. SEEEERRR..
Ukhti Anna kembali mengejang karena orgasme setelah 7 menitan lebih bertahan dengan sodokan kasar dan cepat Dana. Meski memek Ukhti Anna masih berdenyut kuat menyemburkan cairan surgawinya, Dana justru mencabut kontolnya dari anus dan langsung menyumpal memek Ukhti Anna. Tentu saja hal ini membuat Ukhti Anna terkejut. Bahkan Dana langsung menggenjot cepat liang surgawi Ukhti Anna yang membuat cairan orgasme Ukhti Anna menyiprat ke seluruh ranjang.
Baik cadar, jilbab, maupun abaya Ukhti Anna sudah kusut dan basah kuyup oleh cairan orgasmenya sendiri. Tapi itu belumlah berakhir, kali ini Dana menarik tubuh Ukhti Anna tanpa melepas kontolnya hingga ke posisi 'Overtuned' dimana Ukhti Anna menduduki kontol Dana sementara ia menyangga tubuhnya yang seperti orang khayang dengan kedua tangannya. Kedua kaki Ukhti Anna mengangkang dan berada di sisi kanan-kiri kaki Dana.
Kembali lagi suara hantaman perut Dana menghantam bokong putih kemerahan Ukhti Anna dari bawah bersenandung indah bersamaah dengan desahan dan erangan akhwat cantik bercadar berumur 18 tahun itu. Ukhti Anna hanya bisa pasrah menikmati anal seks yang begitu intens dari Dana. Kepalanya mendongak dengan mata sayu seakan tak ada lagi yang bisa ia perbuat. Toket bulat yang dihiasi puting kecoklatan menjembul keluar dari abaya hitam uang yang Ukhti Anna kenakan dan berayun-ayun cepat saling menampar satu sama lain.
Dana pun merasakan ejakulasinya sudah hampir datang. Ia kemudian memindahkan kontolnya dengan cepat ke memek Ukhti Anna dan segera menggenjot dengan sisa tenaganya.
PLOKKK! PLOKKK!! PLOKKKK!!!
Dana : AAHH.. AAAHHH.. BEEEHHH.. ENAKK POLLL..!! EMANG BEDA BODY HAFIDZAH YAAA.. AHAHAHA!! MMHHH.. KLUARIN MANAH SAYANGH..???!! ujar Dana sambil terus menggempur memek Ukhti Anna.
Ukhti Anna : AAAHH.. AHHHH.. OHHH.. TER.. SEE.. RAAAHH MASSHH.. OOHHH.. SSHH.. AAAHH.. MMU.. LUUTTHHH.. AANNNAAHH.. SSHH.. MULUTTHH.. SINIHH.. MAASSSHHH..
Dana yang sudah tak tahan lagi segera mencabut kontolnya dan berdiri di ranjang. Ukhti Anna yang sudah kelelahan dengan sigap segera mengambil posisi berlutut. Kedua tangannya menengadah seakan tak ingin ada setetespun sperma Dana yang terbuang. Dengan tangan kirinya Dana menyibakkan cadar Ukhti Anna, dan.. CROOTT.. CRROOOTTT.. CRRROOTTT..
Dana : AAARRGGHHHHHH..!!!!!
Ukhti Anna : Aaahh!! Aahhh!! Aaaahhh.. Mmhhhh.. Sluurpp.. Mmffhhh..
Dana menyemburkan begitu banyak sperma di mulut suci Ukhti Anna yang sudah menganga menanti kelezatan sperma lelaki. Begitu banyaknya hingga meluber keluar dari mulut Ukhti Anna dan tak sedikit yang membasahi cadar serta jilbab Ukhti Anna. Kali ini Dana tak mau membuang kesempatan, ia pun segera mengambil kamera dan mengabadikan momen itu di mana seorang akhwat bercadar tengah facial dengan sperma lelaki ajnabi.
Ukhti Anna terlihat begitu lahap dan menikmati setiap tetes sperma Dana. Terbukti dengan aksinya yang justru memuntahkan sperma dimulutnya ke telapak tangannya dan secara perlahan ia jilat hingga habis. Aksi ini jelas membuat Dana berdecak keheranan. Bagaimana tidak, hal seperti itu biasa ia jumpai di video porno barat, tapi kali ini yang terjadi di hadapannya adalah akhwat bercadar penghafal Qur’an yang melakukannya secara live.
Dana : Daahh.. bener-bener lonte bercadar ini sihh.. ehh yaa.. selfi dulu ya saayanghh.. ujar Dana.
Meski lelah, Ukhti Anna tetap menuruti kemauan Dana untuk berselfie ria dengan mengulang semua adegan mereka. Bahkan saat Dana tengah men-anal pun tak lepas dari jepretan kamera HP nya. Rasa lelah pun menghampiri ikhwan dan akhwat itu setelah perzinaan panas keduanya.
Dana : Aaahhh.. Legaahh.. Anna sayangh.. gimana rasanyaah..?? Tanya Dana sambil terlentang di ranjang yang becek.
Ukhti Anna : Mmhhh.. Sshh.. Satu kataahh.. Nikmaathh masshh.. Aaahhh.. tapi capek jugaahh.. ujar Ukhti Anna yang tiduran miring di sisi kanan Dana.
Dana : Ahahahah.. iyaah mas juga capek.. btw.. maaf yaah.. itu Anna sayang belajar kayak gitu dimanah?? Mas gak nyangka lohhh kalo bisa se—liiaaarrr itu..
Ukhti Anna : Duuhh.. jadi maluhh mas Danah.. Mmmhh.. itu dulu Anna dapet dari pelajaran Ummi Pipik.. katanya untuk jadi istri solehah harus bisa puasin suami dengan semua cara..
Dana : Haahh..?? Gila udahh.. ahahaha.. gatau lagi dah mas harus jawab apaa.. ahahah..
Keduanya pun berbincang dan bercengkrama sebentar. Dana pun sempat meremas-remas toket dan bokong Ukhti Anna yang menjembul dari abayanya sebelum ia tertidur karena kelelahan.
---------------------------------------
Hamdan : Oohh gitu yaaa.. jadi gitu bentuk terimakasih kalian sama orang yang udah ngajakin kesini..!? Ujar Hamdan yang agak kesal melihat Dana dan Amin yang tengah mendapat blowjob dari ustadzah Muna dan Auliya.
Amin : Ehehhe.. nggak kok Hamdan.. antum sih kelamaan.. makanya jadi laki jangan terlalu perkasa banget.. jawab Amin dengan tertawa sementara Ustadzah Auliya tampak mulai kelelahan melayani kontol Amin.
Dana : Iya.. antum sih kelewat perkasa.. ahahah.. itu masih sisa satu budak buat antumm.. udah hajar aja.. kata Dana sambil membelai kepala Ustadzah Muna yang kini tengah mengulum zakarnya.
Hamdan : Hadedehh.. punya temen gatau di untung.. ujar Hamdan sambil duduk di salah satu sofa di ruang penthouse itu.
Ustadzah Miya hanya terdiam tak tau apa yang harus ia lakukan ketika melihat Hamdan datang. Ia masih teringat pengalaman pertamanya diperawani Hamdan. Seluruh tubuhnya bergidik membayangkan apa yang ada di balik sirwal yang Hamdan kenakan saat itu. Meski tubuhnya tertutupi oleh pakaian syar’i serba hitam dan bercadar, namun ‘kebinalan’ dalam dirinya bergolak hanya karena membayangkan keperkasaan kontol 25cm Hamdan.
Hamdan : Huaahh.. Tadi dipanggil apa?? Budak yaa..?? Woee Budak!! Sinihh..!! Bentak Hamdan ke arah ustazah Miya.
Ustadzah Miya : Aahh.. iyah Tuan.. jawab Ukhti Miya yang bergegas menuju Hamdan.
Hamdan : Apaaan nih!? Tanya Hamdan sambil melihat Ustadzah Miya yang bersimpuh dan menghidangkan teh hangat di meja di depan ketiganya.
Ustadzah Miya : Teh Tuan.. Teh kuat khusus Ikhwan.. kata Ummi Vyrna ana wajib hidangkan ini untuk Tuan Hamdan dan teman-temannya.. jawab ustadzah Miya yang kemudian berdiri sambil terus memandangi selakangan Hamdan.
Hamdan : Oohhh.. Boleh juga nih.. Minum dulu oee Amin sama antum Dana..!! Ujar Hamdan sambil mencicipi teh buatan Ustadzah Miya.
Saat tengah asik menikmati Teh, suara adzan dhuhur pun menggema di langit Jogjakarta.
Amin : Yaah.. udah Dhuhur.. gimana?? Sholat dulu apa lanjut nihh..?? Tanya Amin pada Hamdan.
Hamdan : Sholat dulu sih.. STMJ broo.. Sholat Terus, Maksiat Jalan.. ahahahaha.. jawab Hamdan.
Ketiganya pun kembali merapihkan pakainnya begitu juga Ustadzah Miya dan Ustadzah Muna. Sebelum pergi untuk mandi junub dan sholat Dhuhur, Hamdan berpesan agar mereka sholat dhuhur bersama dengan para santriwati yang baru saja Hamdan, Amin, dan Dana nikmati.
Hamdan : Iyaa.. pokoknya harus jamaah sama mereka.. dan tunggu kita balik kesini.. paham!?
Ustadzah Miya, Auliya, Muna : Na’am Tuan..
43755Please respect copyright.PENANAuhJJADVo5P