Wanita itu langsung memeluk pria bernama Ulric tanpa basa – basi.
“Syukurlah anda tidak apa – apa, Tuan Muda!”
“T-terima kasih, Bella.”
Mereka terlihat perhatian satu sama lain, saling melepas rindu.
Lalu, Ulric memperkenalkan yang baru saja datang itu, tepat pukul 23:00. Wanita yang cantik jelita, rambutnya pirang panjang dan dikuncir ke belakang, poninya agak melingkar di bagian depan. Wajahnya minim ekspresi, tapi terlihat tenang. Penampilannya ini membuatku harus menjaga kelakuan Tn. Cake agar tidak terlalu genit.
“Saya Belladonna. Tuan Muda Ulric, mengabari saya kalau Nona Ann meninggal tepat di depannya saat ia bangun. Saat itu saya berpikir bahwa hal ini bukanlah hal yang baru. Pesan itu terkirim saat saya perjalanan menuju Stasiun Plymouth. Mohon maaf saya terlambat,” ucapnya membungkuk sambil mengangkat kecil roknya itu. Suaranya lembut dan menawan, tatapannya masih minim ekspresi tapi sangat kooperatif.
“Itu tidak direncanakan, nona.” Tn. Chad menyilakan wanita itu untuk menuju ruang tunggu. Sementara itu bawahannya, menyuruh seorang lagi untuk keluar.
Namun tepat di saat itu juga, Tn. Cake dengan tiba – tiba memegang dengan paksa kedua pundak wanita itu. Sambil sedikit menggerayangi bagian pinggang, untung tidak sampai bagian yang membuatnya terjerat pasal pelecehan.
“A-apa yang anda lakukan?” wanita yang dipanggil Belladonna itu menyeka tangan Cake dengan paksa.
Aku juga memukul – mukul ringan bosku sendiri hingga ia mundur.
“Maaf, saya hanya sedikit penasaran. Anda tadi habis dari mana?”
Ia menghela nafas.
“Ke Truro, tapi karena itu saya terpaksa turun ke Plymouth.”
“Sebelum itu?”
Dengan berat hati, ia mengernyitkan keningnya sambil membuang muka lalu pergi, “Paddington.”
“Terima kasih.”
Kami kembali di tempat interogasi, sementara satu orang yang menunggu itu juga heran.
“Cake, apa yang kau lakukan tadi bukanlah contoh yang baik! Kuharap kau benar – benar memecahkan kasus ini aku bisa berdalih atas hal tadi!” gumam Tn. Chad pada pria yang kurang sopan itu, bosku sendiri.
“Berdalih?” tatap Tn. Cake dengan senyuman tipis.
Tn. Chad menatap balik dengan serius.
“Ya, ya sobat, jangan khawatir! Ini bukan seperti yang anda pikirkan,” Tn. Cake meringis sambil berceloteh. “Kau juga, Feline.”
“Ya, saya harap anda tidak berperilaku bodoh.”
“Maaf, maaf,” tambahnya lalu kembali dengan wajah fokus. “Anda… Nona Zoe?”
“Y-yeah…” kepalanya mengangguk perlahan.
Tn. Cake mengambil ponsel, salah satu barang bukti dari TKP itu. Alisnya digerakkan maksud menyuruh Tn. Chad untuk menginterogasinya dulu.
“Nona Zoe, Seberapa dekat anda dengan korban?”
“Teman SMA. Kebetulan, kami berempat bertemu di satu perusahaan yang sama. Dan… semua terjadi begitu saja,” wanita itu berkata dengan lugas, tapi kedua tangannya yang dipangku itu terus menepuk – nepuk ringan lututnya.
Superintendent Chad memegangi kumisnya, matanya dipalingkan ke arah lain sejenak, “Well, itu sebenarnya agak meleset dengan yang ingin kami tanyakan. Tapi, setidaknya itu hal baru. Maksud saya, seberapa sering anda bertemu? Atau mungkin anda punya pikiran kira – kira bagaimana kejadian ini bisa terjadi?”
“O-oh… y-yeah, mungkin Alex telah menjelaskan sebagian. Kami merayakan hari keluarnya Ulric. Saat itu, sekitar kurang lebih pukul tujuh malam, kami berencana untuk pulang. Namun tidak diduga, Alex kelupaan sesuatu, kami putar balik untuk kembali.”
“Apakah rumahnya dalam keadaan mati lampu?”
“Ye-yeah, begitulah. Setelah Alex masuk, ia panik dan langsung menelpon polisi.”
Kuperhatikan dari tadi, mata wanita ini lebih memilih memandangi Tn. Cake.
“Anu, Nona Zoe, apakah anda masih mencintai, Tn. Ulric?” kata – kataku spontan keluar. Aku sedikit malu. Namun Tn. Cake melirik sedikit ke arahnya kurang dari dua detik. Pria bernama Ulric itu juga memperhatikan apa yang kutanyakan.
Wanita rambut pendek, berpakaian kantor, itu menunduk ke bawah dan masih diam. Menurutku bukanlah hal buruk untuk menyiapkan kata – kata terlebih dahulu.
Mulutnya mengangkat dengan enggan, searah dengan wajahnya yang terkesan berat, “Tidak, itu sudah lama.”
Wajahnya tampak tegang setelah Tn. Cake menaruh ponsel itu. Tn. Cake tersenyum tipis. Kupikir ini saat yang tepat untuk wanita ini dikuliti habis – habis.
“Silahkan, anda boleh pergi,” Tn. Cake tersenyum ramah dan menyilakan wanita itu.
Aku sebenarnya sedikit kecewa, begitu pula pria berkumis yang sedikit terkejut dengan sahabatnya itu baru saja katakan. Masalahnya ia terlihat gemetaran sekali, seperti ikan beku.
“Kau yakin?”
“Seratus persen, Superintendent Chad,” kepalanya berbalik ke belakang, “Sekarang bawa wanita cantik itu ke sini, Tn Ulric.”
Belladonna, wanita itu pada akhirnya dipanggil juga. Aku sejenak berpikir ini bisa jadi akal – akalan Tn. Cake agar bisa mengobrol dengan wanita ini. Tapi raut muka Tn. Cake sama sekali tidak terlihat bahwa ia sedang bercanda.
Wanita itu duduk dengan tenang. Seakan – akan tidak terjadi apa – apa.
“Silahkan,” ia memejamkan mata sesaat. “Bila saya bisa membantu penyelidikan ini.”
Asisten rumah tangga akhir – akhir ini standarnya memang berbeda. Sikap dan suaranya sopan dan tegar.
“Bila anda berkenan, anda habis darimana?”
Dengan tenang, ia menjelaskan bahwa sedang pulang ke Carlidnack, dekat kota besar di Cornwall. Ia telah izin sebelumnya, setelah ia menyelesaikan waktu hariannya, pukul empat sore.
Ia memperlihatkan foto tiket digital dari ponselnya. Ada tiga foto, yaitu dari stasiun Farrington ke Paddington, Paddington ke Truro.
“Anda menjenguk orang tua?”
Kepalanya menggeleng, “Sayangnya mereka telah meninggal. Saya ke sana untuk mengurus beberapa pembayaran administrasi satu – satunya keluarga, adik saya sendiri, Celine. Meskipun ia telah bekerja paruh waktu untuk membayar sewa flat, saya tetap khawatir. Karena kami juga tumbuh di sana kurang lebih delapan belas tahun.”
“Mon Dieu! Kota Falmouth! Saya kangen sekali dengan masakan spesial di sana, Mackerel Atlantik! Sudah lama sekali!” Tn. Cake tiba – tiba bersemangat.
Well, itu sedikit mengherankan. Aku bahkan jarang melihat Tn. Cake keluar untuk jalan – jalan. Maksudku semenjak jadi karyawannya. Bahkan Tn. Chad yang hendak menyela terlihat sengaja digagalkan olehnya.
Wanita itu raut mukanya tidak berubah drastis, hanya mengangguk setuju.
“Tujuh jam, mademoiselle?”
“Yeah, kira – kira kurang lebihnya.”
Tn. Cake menyilakan pria berkumis di sebelahnya itu.
“Well, Nona Bella, seperti yang anda ketahui, pembunuhan ini cukup kompleks. Anda sendiri, sekecil apapun yang anda ketahui akan berdampak besar dengan penyelidikan ini. Meskipun pada faktanya, Tn. Ulric sendiri telah mengaku,” kepalanya menoleh ke belakang, lalu ke wajah Tn. Cake. “Tapi bagi kami, itu cukup aneh.”
“Saya mengerti,” ia membungkuk lagi sesaat dengan sopan yang membuat kami semua merasa tidak enak. “Saya juga merasakan hal yang sama. Seperti ketiga kasus lebih awal, sesuai berita yang tercetak di koran. Saya sendiri meragukan isi koran itu, meskipun pada akhirnya tidak bisa berbuat apa – apa.”
Belladonna, wanita ini membuatku kagum dengan sikapnya. Maksudku aku hanya merasa ia ini mirip pelayan di era zaman victoria. Jarang sekali melihat perilaku teratur, absolut dan kuno mengenai tata krama kebangsawanan. Harus kuakui, karakter yang langka.
“Contohnya?” tanya Tn. Cake tiba – tiba.
“Tuan muda adalah seseorang yang suka mengalah, “tambahnya.”Well, saya akan terang – terangan, dia ini pengecut. Sebelum saat kejadian Nyonya Ulric Kedua meninggal, saya tidak melihat adanya pertengkaran apapun.”
“Pasca meninggalnya sang anak?”
Ia mengangguk, “Benar, tekanan. Malam itu saya hendak makan malam. Biasanya dengan Tuan muda, tapi saya tidak melihatnya kali ini. Hingga selesai makan, mencuci semua piring, saya mencarinya. Setiap kamar, satu per satu. Anehnya, Tuan muda tergeletak di kamar nyonya. Bersamaan dengan itu, saya melihat keadaan nyonya sedikit aneh.”
“Aneh?”
“Matanya menguning.”
ns 15.158.61.12da2