“Apakah ini ada hubungannya dengan kamar kosong itu?” tanya Tn. Cake dengan nada sangat serius.
Kepalanya mengangguk yakin.
“Meskipun itu dilapisi karpet, bukan berarti tidak terdengar sama sekali. Bila itu dilakukan dengan hati – hati,” katanya mengangguk. “Tapi saat ayah suaranya selalu terdengar barbar.”
Ia menambahkan bahwa sewaktu kecil setiap malam saat hendak mencari ibunya yang tidak ada di kamar, itu selalu berakhir dari kamar kosong itu. Suara terdengar samar – samar tapi diyakininya mengenai masalah masa depannya juga sangkut pahut keuntungan ayahnya.
“Tidakkah anda berpikir ruangan itu cukup aneh? Dari dulu itu berisi benda seperti gudang dan rak – rak itu saya usulkan agar tidak terlihat berantakan. Maksud saya, mungkin tidak aneh bila ruangan itu tanpa jendela, tapi untuk apa dilapisi karpet?” tanya Ulric.
Sebenarnya itu pertanyaan kami yang aku sangat menantikan penjelasan logisnya. Tapi cukup aneh bila pemiliknya malah balik bertanya. Tn. Cake bertanya bahwa kamar kosong yang satunya terlihat normal, namun lagi – lagi pria bernama Ulric itu mengangkat bahunya. Katanya ruangan itu rencananya akan dijadikan ruangan pribadi ayahnya.
“Yeah, itu akan cukup merepotkan bila dbersihkan. Tapi, apakah tempat tidur di sana juga sedari awal di tempatkan di situ?” anggukan Tn. Cake yang tampak heran.
“Tidak juga sih, tapi semenjak Belladonna ditempatkan di situ. Ayahku… makhluk itu tidak pernah sedikitpun menganggapnya manusia, tapi tidak olehku. Saya takut kalau ia, satu – satunya yang berharga kumiliki, akan diperlakukan sama seperti ibuku di ruangan itu, well…” tangan kanan pria itu menggaruk kepalanya sambil menghela nafas. “Dua minggu saya harus bertempur demi pertukaran kamar. Pada akhirnya saya membuat ayah menyerah.”
Aku secara pribadi, cukup penasaran dengan anehnya hubungan Keluarga Ulric. Itu tidaklah terdengar lazim saat sesama anggota keluarga saling bermusuhan. Apalagi, orang yang bukan dari keluarga, Nona Belladonna, katanya tidak dianggap manusia.
Saat Tn. Cake menanyakan tentang membuat ayahnya menyerah itu menggunakan fisik, ia menggeleng menolak.
“Anda gila? Saya tidak pernah menang dari pria yang tidak pernah absen rutinitasnya terhadap bela diri!” tegasnya menolak.
Itu cukup wajar sih, tidak dengan postur tubuhnya ataupun mentalnya, kurasa.
Tn. Cake diam sejenak, ia memegangi dagunya. Mulutnya bergerak lirih dengan suara tidak begitu jelas.
“Bagaimana hubungan anda dengan Tn. Alex dan Nona Zoe? Kenapa anda bisa memutuskan untuk berteman pada mereka?”
Balasnya bahwa, saat SD, ia hanya punya dua teman itu. Salah satu dari mereka tidak pernah lepas hingga ia bekerja. Menurut Tn. Ulric, mereka adalah satu – satunya yang menerima apa adanya. Lebih jauh dijelaskan, Alex dan Zoe adalah satu – satunya teman curhat yang paling ideal.
“Saya tidak pernah mengharapkan hubungan yang lebih dari itu, karena anda tahu sendiri saya tidaklah orang bertipe sosial. Terlebih saya punya beberapa masalah. Tapi saat SMP, Zoe berkata lain. Anda tahu anak diumuran segitu? Mereka pikir mereka ahli tentang cinta. Di antara kami bertiga pasti ada satu yang tidak terima, itu terjadi sekejap,” matanya mengerjap, ia menggeleng ringan. “Saya punya masalah sendiri yang membuat pribadi ini menjadi sangat sensitif. Sejak saat itu saya sadar kalau masalah malah bertambah.”
“Anda tahu dan tidak bisa berbuat apa – apa? Karena mereka adalah satu – satunya teman. Satu kata yang berbeda, hasilnya akan mengeliminasi satu.” Tn. Cake mengangguk paham.
“Atau keduanya. Well, pada akhirnya itu keduanya” tambah Tn. Ulric.
Aku tidak mengerti apa yang mereka maksudkan. Yang bisa kupahami adalah kalau itu adalah pilihan krusial.
Tn. Cake berhenti sejenak mengecek waktu pada arlojinya.
“Pada akhirnya hanya Belladonna?” Tn. Cake tersenyum tipis.
“Yeah, saya kira?” ia mengangguk yakin, “Alasan lain ia menjadi asisten pribadi saya adalah karena efektif dan paham apa yang saya butuhkan. Mulai dari jadwal meeting, makan, hingga obat. Well, itu bisa dipahami karena kami sudah lama mengenal. Tapi saya dulu bekerja tiga kali lipat. Bekerja di perusahaan dan mengurus dua penginapan di tempat yang sungguh terpental lumayan jauh.”
“Vila di Carthrew, St Austell, monsieur?”
Ia diam sesaat dan mengernyitkan dahinya. Sesaat kemudian alisnya naik.
“O-oh, y-ya ya! Yang satu itu saya menyuruh orang lain. Saya kurang berpengalaman dengan masalah rental gedung.”
Suasana hening sesaat, sementara kami hanya mengangguk mengikutinya.
Senyumnya ramah untuk pertama kalinya,“Saya kira sekarang baru sadar kalau dikeluarkan dari perusahaan juga tidak terlalu buruk. Saya jadi punya lebih banyak waktu luang.”
Kami pun membalas tersenyum kecil.
“Itu cerita yang paling menarik, mungkin juga menginspirasi, Tn. Ulric. Setelah itu semua, anda tentu mendapat anggota baru,” saat kata – kata itu dilontarkan pria itu bermuram durja. “Perlu diingat, saya tidak tertarik membahas isi koran. Saya hanya ingin pendapat anda tentang keputusan kepala rumah tangga Ulric saat itu.”
Alis pria itu naik lagi.
“Sejujurnya, tidak ada lagi yang tersisa perasaan setelah ibu saya meninggal. Itu akan selalu berisi kebencian, tapi bila orang itu tidak ikut mencampuri urusan, maka saya tidak perlu melakukan hal yang tidak perlu,” tambahnya. “Jadi itu telah saya katakan, tapi hubungan kami dengan dua anggota baru itu tidak juga bisa dikatakan baik.”
“Seperti orang lain yang sama – sama tidak mengenal?” Tn. Cake menaikkan alisnya.
“Seperti dua kubu berbeda. Walaupun gadis itu, suka sekali menghabiskan makanan yang kubeli di kulkas, tentu itu sangat menyebalkan.” Angguknya dengan yakin.
“Walaupun di rumah anda setidaknya masih ada tempat untuk dua kulkas?”
“Yeah, memang ironis. Tapi itu tidak diperlukan. Ibu saya mengajarkan prinsip berhemat, maka tidak ada hal lain selain mengikutinya. Toh itu hal baik.”
Saat Tn. Cake terus menggali lebih dalam tentang dua anggota keluarga tirinya, pria itu hanya menggeleng tidak mengerti juga tidak peduli. Seperti yang ia katakan, ‘tidak mencampuri urusan’ maka itu memang yang ia lakukan. Namun saat ditanya kenapa bisa keluar dipenjara dalam waktu hanya tiga tahun, ia sendiri mengaku itu memang aneh.
“Kalau saya tidak salah, itu seharusnya hukuman mati atau paling tidak minimal adalah dua puluh tahun penjara?” dilipat kedua tangannya, matanya memandang ke arah lain. “Atau… constable itu pernah bilang sesuatu…”
Pria ini pintar sekali membuatku penasaran. Itu memang sangat didukung dengan wajah linglungnya, tapi orang ini terlalu banyak tidak tahu hal yang seharusnya ia ketahui. Apakah ia pelupa? Well, setidaknya aku tidak sendirian.
Tn. Cake segera meraih kedua pundak pria itu, “Tolong diingat, Monsieur Ulric! Tidak peduli sekecil apapun itu, pasti punya potensi besar!”
Pria itu mengangguk ragu, roman wajahnya hanya bisa pasrah.
Ia menjelaskan bahwa kata constable saat itu ada seseorang yang mencoba meruntuhkan dugaan tersebut. Dalam pembunuhan pertama, saat dirinya bangun di tempat makan pagi – pagi, tiba – tiba adik tirinya, Diana Ulric, tergeletak di lantai setelah minum susu, posisi kulkas agak terbuka. Kejadiannya sama, ia mimpi adik tirinya itu sedang minum susu lalu terjatuh.
“Seingat saya, constable bilang arsenic di dalam susu itu katanya tidak sama dengan yang ada di dekat saya saat bangun. Itu cocok dengan milik yang ayah yang disimpan di rak obat – obatan di kamar ibu tiri saya. Katanya itu untuk obat leukimia. Sementara yang di dekat saya untuk insektisida.”
Tn. Cake dengan cepat dan agak terburu – buru mengambil buku catatan kecil dari sakunya. Ia berusaha mencatat semua yang dikatakannya barusan/
“Sangat baik. Lalu dengan korban yang kedua?”
Ia seperti mengulang kata – katanya, bahwa itu kejadian yang sama. Ia tertidur di kamarnya memimpikan serupa, bahwa wanita itu terlihat seperti tersedak. Paginya ditemukan tewas tergeletak. Saat polisi memeriksa ternyata isi obat penenang yang biasanya diminum diganti pil steroid. Matanya agak menguning, tanda hatinya telah rusak karena overdosis. Sedangkan botol steroid yang ditemukan di kamar Tn. Ulric tidur masih baru dan segel yang ukurannya kecil.
“Saya dapat kabar bahwa di rak obat – obatan ibu tiri saat digeledah memang terdapat botol yang putih dengan ukuran sama yang hampir serupa. Constable mengabarkan bahwa itu pembunuhan berencana atau bisa saja kecelakaan. Tapi ada satu yang aneh…”
Pria itu memengangi dagunya, alisnya terangkat sebelah.
“Constable bilang ditemukannya sebuah bukti pembunuhan karena di kamar ayah terdapat foto ibu tiri dengan pria lain. Lalu hal lain, celana pendek ditemukan di kolong tempat tidur ibu tiri tidur.”
Saat Tn. Cake bertanya kapan ia mendapat informasi tentang keringanan hukuman, pria itu menggeleng tidak yakin dan berkata bahwa itu sekitar seminggu.
“Well, pada akhirnya masa penjara tiga tahun itu adalah pada ayah saya. Kejadian yang sama, saya tertidur lalu sedang bermimpi pria itu akan menghadapi kecelakaan di jalan walaupun tidak spesifik. Saat saya bangun, di atas drawer secara mengejutkan ada copotan rem mobil.” ia mengangkat bahunya.
Setelah itu Tn. Cake menanyakan dua hal, soal buku yang ia bawa dari kamar kosong itu. Pria itu dengan yakin sama sekali tidak mengetahui buku itu.
“Terakhir, bagaimana kondisi ruangan saat anda terbangun dan mulai mengetahui bahwa Ann Christine meninggal?”
“Hm.. saya tidak terlalu ingat. Tapi saya dengan jelas melihat beberapa benda.”
Akhirnya, Tn. Cake berterima kasih padanya karena telah memberikan banyak informasi meskipun dengan cara paling akhir, ancaman. Meski begitu, raut wajah Tn. Cake terlihat lelah. Bagaimana tidak? Ia baru saja mengunyah roti dan meneguk susu kocok dengan rakusnya. Well, dia pasti sudah sangat lapar karena makan siang berganti waktunya ke sore.
Sementara aku yang semakin bingung terhadap kasus ini. Menyandarkan kepalaku ternyata tidak membuat banyak perubahan selain malah mengantuk.
“Ada apa, Feline?” tangannya melipat bungkus roti isi itu membulat lalu dimasukkan ke dalam kantong yang lebih besar.
Aku menghela nafas, “Tak ada, hanya jalan buntu.”
“Well¸ mari hancurkan temboknya,” ia memandang spion tengah. “Caffinch Walk, Cambourne, monsieur.”
Kemudian ia mengambil ponselnya untuk menelepon Tn. Chad.
ns 15.158.61.8da2