Suara hentakan berbarengan menapak lantai setelah bunyi bell sekring mirip alarm konvensional bangun pagi hendak memeriahkan seisi lobi. Tidak hanya siswa, para pengajar segera mengakhiri aktivitasnya. Meski begitu, tepat pada pukul satu siang, siswa lebih banyak menghabiskan waktu di klub hingga pukul enam sore. Seakan memberikan kanvas putih dan cat minyak tanpa batas tiap hari, mereka berpangku tangan pada sistem moderen dimana siswa bebas melukis prestasinya lewat beragam klub. Dari yang umum hingga nyeleneh.
Faith Providence High School yang tidak hanya luas pekarangannya atau menetap pada jalanan yang jembar, tapi lebarnya hakikat kebebasan berkreasi. Sekolah swasta yang berlogokan ubur – ubur, mencirikan entitas yang terlihat lemah namun sebenarnya kuat. Faith yang tidak hanya diartikan sebagai keimanan berketuhanan, tapimereka mendukung tinggi kepercayaan insan. Dan Providence, sebagai bukti pada khalayak umum bahwa sekolah ini punya minimal satu piala di tiap klubnya, tanpa nihil satupun. Tidak hanya bagus di mata calon siswa, bisa jadi berpotensi dilirik para investor.
Meski bangunannya hanya dua tingkat, mereka berjejer kotak seperti pagar mengelilingi luas tanah bagaikan tembok penjaga. Sekitar lebih dari tiga puluh ruangan klub. Yang paling terkenal adalah klub memanah, anggar, dan basket. Tempatnya cukup luas dan punya tempat duduk untuk penonton. Sementara sisanya, mirip kelas atau ruangan OSIS. Namun, mereka punya ciri fisik mencolok. Salah satunya ditempeli berbagai foto mistis, tulisan mirip upacara pagan atau orb hantu, Klub riset penelitian supernatural.
Sebagai klub umum yang tidak terlalu condong ke permukaan, dua rak piala yang menetap di belakang meja ketua klub sudah cukup bagi mereka untuk membusungkan dadanya saat tamu datang. Dari dua puluh lima piala, lima diantaranya adalah kejuaraan internasional.
Tepat di dekat rak sebelah kiri, seorang gadis berdiri tegak hendak membawa beberapa lembar kertas.
“Ba-baik, akan kuabsen!” nada gadis grogi dan ragu.
Absensi, Jumat 3 Juni
KELAS 3 :
- (KETUA) Autumn D. Purcell ----- (v)
- (W.KETUA) Dialgar Hedlych-----(v)
- Cadell Gethin-----------------------(v)
- Dilys Bierce-------------------------(v)
- Erwin Bevans ----------------------(v)
- Luned Eiriol-------------------------(v)
347Please respect copyright.PENANAuXBj3UTuS2
KELAS 2 :
347Please respect copyright.PENANAYYRBa7aIUa
- Manon Morgaine----------------(v)
- Darcey Morvud------------------(v)
- Hargest Pritchett---------------(v)
- Luca Dominic-------------------(v)
- Natasha Rhianon-----------(v)
- Shauna Danog--------------(v)
Semua nama yang diabsen tampak penuh centang. Gadis pengabsen tadi akhirnya mempersilahkan temannya untuk menyampaikan isi rapat.
“Akhirnya ini yang mungkin kalian harapkan,” ucap wanita bertampang kalem itu dengan tenang namun menahan ekspresi antusiasnya.
Tiga sofa empuk biru, kiri, tengah, dan kanan, mengotak dengan meja di tengah. Dua wanita duduk sofa kanan memasang senyuman. Sementara dua pria yang duduk di sofa yang sama bersikap diam namun memendam curiga.
“Pool Park Asylum, tempat yang cocok untuk perburuan hantu selanjutnya. Ada beberapa keterangan yang kudapatkan teman – teman.” Ia menoleh ke kanan, pada wanita pengabsen tadi seakan meminta beberapa kertas yang dibawanya. “Gracie O. Llawndrist, salah satu pasien di Pool Park Asylum, yang menjadi korban pemerkosaan, baik sebelum ataupun saat di rumah sakit jiwa itu. Konon katanya, roh Gracie tidak tenang dan berkeliaran di tempat itu. Tangisan dan jeritannya seakan membuat pengunjung merasa terganggu dan gila. Bagaimana?”
Suara senang dan gembira muncul tepat pada sofa yang menghadap meja ketua klub itu.
“Wo-woah! Bukannya dia jadi roh jahat, Kak Purcell? Aku jadi tidak sabar bagaimana ia menampakkan dirinya!” Tubuhnya gemetaran seakan membuat wanita berambut bob pendek tebal itu tak kuat menahan diri.
“Hey, hey, ya ampun! Ini bukan main – main, loh!” balas Pria kuncir top knot gaya fade dengan khawatir. “Semoga kita baik – baik saja karena tempat itu termasuk salah satu yang paling angker di Wales!”
“Ja-jangan khawatir, Kak Bevans! Itu sudah diatur dengan baik oleh wanita ini, hehe!” balasnya sambil menepuk pundak rekannya yang duduk bersebelahan.
“Hentikan itu, Morgaine! Kau tak sopan dengan senior kita!”
Wanita berambut coklat pendek nan modis di sebelah kanan pria dipanggil Bevans juga tampak keberatan namun karena hal lain.
“Hm… kalau tidak salah, sekitarnya dijadikan perburuan rusa, kan? Kalau begitu pasti banyak hewan liar juga,” lanjutnya serius sambil memegangi dagunya. “Aku khawatir kalau ada Coyote di sekitar.”
“Ya, tapi sesuai gambar yang dikirimkan Hedlych di grup kemarin, tempat itu terlihat menjanjikan. Mungkin saja detektor EMF kita bereaksi sangat bagus, Luned?” Ucap datar wanita berambut potongan lurus ala ratu cleopatra mesir yang sibuk memandangi ponsel sambil mengatur lipstiknya.
“Honey, jangan berdandan saat rapat!” Pria kaca mata berjanggut terawat memerintah halus lewat kuping si ratu cleopatra.
“Berisik, ah, Cadell!” nadanya memang spontan menolak namun ia menaruh kembali alat kosmetiknya.
Kemudian ruangan dipenuhi diam bimbang. Namun seseorang mengacungkan tangannya.
“Anu, apa kali ini berkloter juga, Kak Purcell?”
Dagunya disandarkan pada kedua tangannya yang disatukan sambil bergumam.
“Tidak akan berkloter karena dua hal. Pertama, secara gambar yang kami kirimkan terlihat biasa. Tapi kunjungan kali ini tidak seperti Rumah Sker. Pool Park Asylum benar – benar besar dan megah. Aku dan Hedlych telah observasi dan seperti yang dikatakan Eiriol berpotensi adanya Coyote. Area sekitar mirip hutan dan banyak tumbuh rerumpunan sedada. Bahkan aku sempat berpikir kita butuh persediaan lebih lotion anti gatal. Jadi aku berpikiran lebih aman kalau kita, 12 orang, dalam satu kelompok. Yang kedua…”
Ia berdiri dari kursinya, “Anggap saja ini pelantikan resmi dan pelepasan kami sebagai siswa kelas tiga. Kita telah melakukan banyak sekali perjalanan paranormal. Dimulai dari istana tua hingga bekas rumah bangsawan. kalian juga sempat merasakan merindingnya di Rumah Sker dan Istana Coch, benar?”
Mereka mengangguk yakin.
“Karena itu juga, kita mendapat beberapa penghargaan lokal dan satu kejuaraan interasional Owl Seeing Ghost Award, atas presentasi dan otentiknya dokumentasi rekaman footage dan suara spirit box,yang diselenggarakan oleh jerman, tepuk tangan untuk kalian!”
Seisi ruangan berdiri bertepuk tangan dengan meriah dan terlihat bangga sambil memandang tropi burung hantu di atas meja Purcell.
“Terima kasih, tapi…” Suara tepuk tangan itu kian mereda lalu mereka kembali duduk. “Tapi, klub peneliti supernatural tidak boleh berhenti sampai di situ dan terus berkembang. Tempat ini berbeda dengan rumah hantu di perumahan Coychurch yang kalian kunjungi dua minggu yang lalu. Dari video yang kalian kirimkan… Er… gelas pecah, pintu tampak menggedor – nggedor keras, well, sempat Rhiannon menjerit histeris. Kau yakin ikut kunjungan kali ini, Rhian? Apa kau sudah merasa lebih baik?”
“Y-ya, aku yakin, Kak Purcell,” ucap wanita itu agak merajuk dan terdengar tidak meyakinkan.
“Kalau kau takut, mendekatlah ke arahku, Natasha sayang!” Rayuan pria dipanggil Bevans itu ditemani alisnya ayang seolah naik mengajak dan senyuman bak pria macho.
Natasha Rhianon memasang senyuman manja bertabur centil menggoda. Itu menimbulkan banyak penyakit kesalahpahaman.
Namun tidak berangsur lama, senyuman menjadi rintihan. Lengan kiri Eiriol segera mencubit tanpa belas kasihan. Wajahnya datar dan terlihat tenang, namun mulutnya terlihat bergumam menggeram. Bevans kini kesakitan, memohon ampun. Cubitan itu kian mereda. Namun luka kekecewaan, membuat gadis bernama Luned Eiriol sebal dan malah duduk di kursi ketua klub, Purcell.
“Lu-luney, sayang!”
Wajah Luned menatap Purcell ingin agar dirinya melanjutkan rapat itu, tanpa menggubris Bevans.
Seakan menaruh garam pada luka Bevans yang kini duduk menunduk menyesal, pria hitam reggae rambut kepang itu menaruh ritmenya ditemani beberapa detik durasi musik hiphop dari ponselnya.
“Yow,yow~ aku pria kuat nan keras~ menang sana sini, mereka bagai kertas~ tapi satu yang awas~ Itu perkelahian remaja pubertas~ Cikew~”
“LD (El Di) tolong,” Hargest Pritchett, pria rambut coklat mengalir ke belakang mengerutkan dahinya pada kawannya itu.
Seseorang mengajukan pendapatnya seolah tak menggubris secuil komedi tadi.
“Kupikir lebih baik dua mobil van dan satu mobil biasa. Beberapa mungkin diangkut ke salah satu Van yang berisi empat orang, perlengkapan sisanya masuk mobil, bagaimana, Morvud? Morgaine?”
“Well…” Pritchett mengangkat mulutnya.
“Yow~ yow~ Danog si Medusa dengan aspira-“ Lirik jenaka LD bahkan tak sampai seperempatnya dipotong.
“Diam, Dominic!” tambahnya. “Mungkin Kak Purcell punya tanggapan?”
Medusa, nama spesial untuk Shauna Danog karena rambut kribonya diimajinasikan mirip belenggu ular, oleh Luca Dominic. Awalnya agak terganggu, namun lama kelamaan itu cocok dan Danog mengaku tak terlalu buruk. Lagipula panggilan spesial lebih menonjolkan dirinya sebagai karakter langka, pikirnya.
Gadis kalem rambutnya panjang sebahu itu kembali duduk, ia menyeka poninya agar menyamping.
“Terus terang… itu sebelumnya masuk dalam rencana kami, Danog. Tapi masalahnya, aku dan Hedlych bingung. Selain ratu cleopatra kita, Bierce, siapa yang punya mobil van lagi?”
Pritchett, pria tenang dan serius itu mengangkat tangannya sebelum mengucap.
“Aku sebenarnya punya kenalan. Tapi aku tidak yakin dengan mobil van tuanya itu. Entah berapa biaya perbaikannya, tapi bila itu bisa akan lebih baik.”
“Bagus, itu akan jadi opsional. Sementara itu, ada lagi?”
Beberapa orang bersikap tenang memejamkan mata, namun semuanya bisu tanpa bahasa.
“Mungkin kita dengar dulu penjelasan, Pritchett,”
Pritchett mengatakan bahwa pamannya, Welsh Pritchett, punya mobil Van Benz 2017, berjenis camper yang bisa digunakan untuk berkemah. Mobil itu dalam kondisi terawat, namun agak berdebu karena terlalu lama mentap di bagasi. Tapi ia tidak bisa memastikan apa yang membuat mobil itu susah untuk dinyalakan. Yang pasti, menurut Pritchett, pamannya pernah bilang kalau tidak altenator berarti akinya yang sedang bermasalah.
“Er… kau tahu kira - kira berapa biayanya untuk perbaikan?”
Cahaya menyapa kacamatanya, seakan pantulan itu menyembunyikan matanya.
“Tidak masalah, aku sudah cek itu. Untuk aki Marcedes Benz 2017, sekitar 280 sampai 300 pounds. Well, kalau untuk altenatornya ini agak…”
Semua anggota rapat seakan menunggu tak sabaran bagai sinetron yang tak kunjung mulai karena iklan.
“Kurang lebih seribu pouds.”
“TIDAK AKAN!” semua orang kompak spontan membalas.
Semua orang melakukan perdiskusian ulang. Hedlych sempat membagikan kertas bercetak informasi harga rental yang ternyata juga tidak murah. Sempat seakan dirundung oleh mendung geluduk tak kunjung hujan, mereka sempat buntu ditengah perbincangan. Untungnya mufakat tercapai setelah satu setengah jam.
“Rental yang kira – kira 150 pounds per hari tentu lebih efektif bila permasalahan mobil van milik pamannya Pritchett adalah altenator. Tapi, akan jauh lebih efektif dan efisien bila akinya yang bermasalah. Terlebih itu bisa sebagai investasi setidaknya satu sampai dua tahun berjalan klub ini melangkah. Tapi, apapun hasilnya meskipun paling cepat di hari sabtu besok, keberangkatan kita tetap minggu depannya, yaitu antara tanggal 11 di hari sabtu, atau 12 di hari minggu. Seperti aturan yang telah ditetapkan senior sebelumnya, kesiapan mental dan perlatan perlengkapan adalah segala – galanya tanpa ada terburu - buru. Ada tambahan? Atau pertanyaan mungkin belum jelas?”
Purcell memandangi semua orang yang tampak nihil sanggahan maupun tambahan.
“Baik, berarti sepakat. Tempat berkumpul dan jam keberangkatan akan kuumumkan menyusul. Tolong jangan mematikan notifikasi ponsel. Kalau begitu, rapat ini berakhir.”
Purcell beranjak dari duduknya lalu keluar dari ruangan klub supernatural, diikuti oleh beberapa orang yang bubar. Hingga menyisakan tiga orang.
Tiga jiwa itu bersandar senyaman – nyamannya di sofa. Ucapan mereka dibuat samar – samar, seakan waspada pada tembok yang punya telinga. Yang pasti, mereka menggeram dalam gumaman, dari nama binatang hingga yang tak berkenaan diucapkan.
“Aku benci para babi itu!”
“Apanya yang Owl Seeing Ghost Award? Mereka hanya menaruh selai pada roti tawar agar terasa manis!”
“Mereka tidak berhak ikut campur! Para sialan itu!”
“Pasti tidak hanya sekali! Aku yakin itu.”
“Tenanglah, jam memang berdering nyaring. Tapi saat kita memencet tombolnya, itu akan diam terhenti.”
“Yeah… nyaring bagai jeritan, lalu bungkam sunyi.”
Ruangan klub supernatural yang awalnya penuh aspirasi positif para manusia, hangat dan tentram. Kini mengendap rasa negatif persis iblis dingin naik pitam.
Apakah ruangan klub supernatural sewajarnya berisi hal natural, seperti manusia? Atau penuh supernatural, yaitu iblis?
Lagipula tidak semua jawaban berarti ucapan. Namun seiring waktu terus bergulir, semua menjadi jelas pada suatu kejadian.
ns 15.158.61.8da2