Saat ditanya apakah ketua klub sebelumnya mengetahui sesuatu, Morgaine mengatakan bahwa sebelum Paul G. Lewis lulus, ia tidak bilang apa – apa selain setelah kepergiannya akan ada buku yang ditulis seseorang sangat rapi dan profesional, mirip kisah nyata tapi bukan.
“Bagaimana anda seyakin itu kalau orang – orang yang anda maksud menyembunyikan sesuatu, Nona Morgaine?”
Dahinya mulai bermunculan air peluh, ia menuang air jeruk lalu diteguknya sampai habis.
“Anda tampak tidak senang dengan senior anda saat ini, Mlle. Morgaine?” Sahut Cake yang matanya masih sibuk menatap layar laptop.
“Tidak hanya saya, bahkan Morvud juga berpikiran sama. Pritchett, LD, Danog, Rhiannon semua tidak suka pada mereka. Kak Purcell juga tidak efektif. Kami merasa ia hanya sebagai penjembatan antara kami dan anggota senior lainnya, tidak lebih dari itu. Mirip ruangan yang dipetak – petakkan,”
“Seperti apa bentuknya kalau mereka mengecewakan kalian?”
“Misalnya saja, kami yang tengah mempersiapkan perekrutan untuk murid baru di juli mendatang. Mereka sama sekali tidak memberi kami bantuan atau setidaknya saran, juga dipandangnya kami tidak setara. Mereka melihat seseorang berdasarkan tingkat kontribusinya. Bahkan jauh lebih sombong setelah meraih satu tambahan piala kejuaraan internasional, Owl Seeing Ghost Award. Padahal kejuaraan itu juga kami ikut serta. Mereka terlalu membanggakan buku yang ditulis Kak Gethin. Well, susah mengakui meskipun faktanya memang buku itu banyak menarik khalayak umum,”
Lebih jauh dijelaskan Morgaine bahwa itu adalah kejuaran tahunan dengan bidang pembuktian supernatural dan okultis. Setiap tim yang berhasil mendapat voting terbanyak atas dokumentasi yang dibuat, maka berhak menang. Efek dari kemenangan itu membuat forum klub tersebut dibanjiri orang. Bahkan, sempat klub supernatural mendapat iklan beberapa kali meski bukan iklan komersial yang besar.
“Apa itu artinya anda semua membenci semua anggota senior?”
“Maaf saya koreksi, hampir semua. Mungkin kami netral pada Kak Purcell. Satu – satunya yang paling kami hormati adalah Kak Hedlych. Dia orang yang cekatan tapi tak banyak syarat. Tangannya lebih sering membuktikan daripada mulutnya,” ucap Morgaine ragu – ragu. “Saya yakin dia bekerja di belakang layar lebih dari siapapun. Misalnya ia membantu kami melakukan persiapan teknis perekaman di Rumah Sker bahkan ikut mengawasi kami. Entah kenapa ia menolak menerima mandat sebagai ketua klub. Sebagai gantinya adalah Kak Purcell,”
Madelaine mengangguk kecil. “Hm… bukannya dia itu tipe – tipe pemalu?”
“Yah, itu satu – satunya alasan kenapa ia tidak dipilih,”
Tiba – tiba, roman wajah Cake terlihat tidak nyaman. Berulang – ulang ia memutar salah satu video dokumenter pada web forum tersebut, namun tak dapat menjelaskan bagian mana yang berbeda meski terasa aneh.
“Ada apa, Cake?” Madelaine yang disebelahnya merasa perlu memastikan.
“Sesuatu mengangguku terhadap video – video ini,”
Ia segera membalikkan laptop tersebut tepat ke hadapan Morgaine.
“Mademoiselle Morgaine, terus terang saya merasa ini aneh. Mengapa perekaman video sebelum – sebelumnya tampak lebih mengerikan? Maksud saya, pintu yang tiba – tiba terkunci, kejadian poltergeist yang lebih intens, sampai pada penampakan wanita. Apakah ini asli?” kata Cake mendesak tampak terburu – buru.
Sekitar beberapa detik, video itu dihentikan.
“Ini mungkin terdengar bodoh, tapi semua harus berjalan sesuai skrip. Well, tentu itu terdengar istimewa bila semuanya terjadi nyata, juga kedengarannya pula mendekati tidak mungkin. Kata Kak Lewis bahwa kita menyajikan sebuah cerita, bukan hanya sekedar dokumentasi,”
“Bisakah anda menunjukkan mana yang asli dan tidak?”
Ia menggaruk kepalanya dan tampak tidak yakin.
“Saya juga tak terlalu mengerti perbedaannya. Tapi akan saya tunjukkan satu – satunya pencapaian terbesar kami setahun. Ini adalah perekaman yang diambil sejadi – jadinya dengan editing seminimal mungkin, seperti peningkatan volume suara.” Laptop itu segera diinstruksikan Morgaine untuk mencari video yang ingin ia tunjukkan.
Mereka bersama – sama menonton video yang diputar. Tampak perekaman sebuah rumah mirip kastil tua, tampa sekilas mirip interior Pool Park Asylum bila gelap di malam hari. Banyak terdengar suara – suara aneh seperti bunyi ting singkat, dentuman pisau makan bertemu piring, atau kling mirip gelas wine disulangkan. Morgaine tiba – tiba menunjuk pada sudut layar kiri, tampak di tangga lantai tiga, wanita berjalan lalu menghilang dalam kegelapan.
“Sama sekali kami tak punya petunjuk siapa wanita yang hilang dalam kegelapan itu. Ngomong – ngomong ini adalah saat kami mengambil dokumentasi di Rumah Sker,”
Ia mencepatkan durasi itu tepat saat gadis bernama Rhiannon berjongkok hendak mengambil radar EMF, tiba – tiba spontan terdorong ke belakang dan menjerit histeris yang tidak lama setelah itu pingsan. Saat itu juga bunyi radar EMF tanpa jeda seolah berniat memenuhi tempat dengan kepanikkan. Namun dalam perekaman itu, hanyalah lorong kosong tanpa ada paranormal yang terlihat.
“Saya tahu orang melihat ini karena respon Rhiannon yang heboh. Kejadian setelah itu, kami bubar dan membawa Rhiannon ke mobil van sama – sama. Besoknya ia absen dari sekolah selama tiga hari. Kini kami tahu bahwa mungkin saja Rhiannon punya mata istimewa meskipun tanpa harus mengonfirmasinya terlebih dulu,”
“Dibandingkan dengan yang di Pool Park Asylum kemarin, bagaimana menurut anda, Mlle. Morgaine?”
“Yeah, bisa dibilang sama menyeramkannya. Tapi, suara tangisan dan jeritan itu adalah pertama kalinya membuat kami deg – degan setengah mati kabur begitu saja,” tambahnya dengan pipi menggelembung sedikit ragu. “Tapi entah kenapa kalau dibandingkan yang kemarin, lebih terasa menyeramkan saat kami di Rumah Sker?”
Cake seakan kehabisan pertanyaan, lalu meminta Morgaine untuk meminjamkan kata sandi forum web itu selama dua hari. Awalnya menolak, namun saat Cake menjanjikan bahwa misteri buku yang tak tertulis kode di belakangnya akan terjawab, ia spontan setuju.
“Pertanyaan terakhir, apakah menurut anda mematikan lampu senter wajar saat perekaman?”
“Tentu saja, bahkan beberapa hantu lebih senang gelap.” Morgaine mengangguk yakin.
Madelaine memberikan gadis itu beberapa pounds. Selain kelima buku tersebut Cake juga dipinjami akses web forum klub supernatural yang tentunya sangat menunjang penyelidikan.
“Tu-tunggu, saya hampir lupa.” Morgaine mengambil ponsel dari sakunya.
Ia menunjukkan seluruh isi pesan grup ponsel miliknya.
“Kenapa kami tidak diberi tahu soal ini?” tanya Madelaine curiga. “Apa anda menyembunyikan pesan ini?”
“E-eh? Bu-bukan! Saya yakin Pak Popelin sudah mengcek semua isinya. Tapi beliau kelihatannya tidak tertarik?”
Cake diam dan tampak tidak nyaman. Ia mencatat beberapa pesan yang dianggapnya penting.
Morgaine kemudian dipersilahkan pergi.
“Well, tinggal menunggu hasil otopsi. Pesan itu arahan dari Nona Purcell, tentu Popelin perlu mendapat beberapa catatan. Tapi apa kau berpikir semua itu berkaitan dengan buku – buku ini?”
“Tidak ada alasan untuk tidak mengaitkannya untuk saat ini. Beberapa ringkasannya lumayan menarik saat kubaca di web forum tadi. Terutama suara tangisan dan jeritan yang terekam dan pesan arahan dari Nona Purcell sangat erat kaitannya dengan buku scream of the banshee ini.” Cake menyodorkan buku tersebut.
“Banshee, huh?”
“Cerita rakyat dari Irish, roh wanita sebagai pertanda bahwa akan ada kematian. Bila jeritannya terdengar, maka dipastikan orang terdekat akan mati dalam waktu singkat,”
Madelaine menghela nafas dengan letih lalu merebahkan diri pada sofa senyaman – nyamannya sambil mengambil satu per satu buku untuk dibacanya. Sementara Cake, masih memutar rekaman berulang – ulang hingga hari itu berakhir.
-----------------------------TWO DAYS LATER----------------------
Dalam dua hari, pembagian tugas itu ternyata lumayan efisien. Madelaine telah menyelesaikan membaca seluruh buku tersebut, sedangkan Cake cukup percaya diri dengan informasi rekaman itu.
Setelah makan malam, Madelaine menerima pesan berupa laporan forensik dari Kepolisian Wales Selatan dan beberapa temuan dari Kepolisian Wales Utara. Mereka segera mengambil laptopnya dan menaruh semua data baru itu. Beberapa hal membuat Cake puas.
“Chlorofom? Kupikir barang itu hanya bisa didapatkan oleh orang penting?”
“Kenapa harus membeli sementara kau bisa membuatnya?” Cake tersenyum kecil.
Tiba – tiba ponsel Madelaine berdering. Tampak ekspresi resah terukir di wajah Madelaine saat menerima telepon itu. Percakapannya tidak lama, tapi langkahnya yang segera mengambil mantelnya membuat Cake curiga.
“Inspektur Popelin bilang terjadi penambahan korban!” seru Madelaine.
“Apa?”
ns 18.68.41.146da2