“Nak temenin Mama ke pasar yuk. Mama mau beli celana,” kata Mama suatu sore.
Ajakan itu tentu aku iyakan karena siapa tahu bakal ada kejadian menarik. Eh ternyata memang benar-benar terjadi!
Jarak pasar cukup jauh dari rumah, kira-kira tiga kilometer jauhnya. Tapi Mama dan aku sudah terbiasa jalan kaki jauh-jauh, apalagi kami berjalan sambil ngobrol, jadi jaraknya tidak terasa. Tahu-tahu kami sudah sampai di pasar.
Mama masuk ke toko pakaian. Namanya juga pasar di kampung kecil, cuma ada tiga toko pakaian di sana. Rupanya Mama mau beli celana jeans, jadi kami masuk ke toko yang banyak menjual celana jeans karena dua toko lain cuma menjual baju-baju gamis.
Meski tokonya kecil, tapi ada fasilitas ruang ganti. Mama mengambil beberapa celana jeans, lalu menempelnya di kaki. “Hmmm ini cocok gak ya?” gumama Mama.
Mama gak tahu model celana jeans kekinian karena yang diambil modelnya kuno semua. Aku membantunya mencari celana jeans yang lebih modern. Ada untungnya juga sering baca-baca majalah remaja.
“Ini aja Ma,” kataku sambil menyerahkan selembar celana jeans modern. “Yang Mama pilih kuno semua.”
“Tapi ini kekecilan,” kata Mama sambil mengerutkan kening.
“Modelnya memang begitu Ma, Mama coba aja dulu,” kataku.
Mama masuk ke ruang ganti, beberapa menit kemudian ia keluar lagi. Aku berdecak kagum. Celana jeans yang dipakai Mama memang sempit, cuma muat di pertengahan pantatnya saja. Sebagian sempak hitamnya terlihat jelas.
“Nah ini baru keren!” kataku.
“Apa gak ada yang lebih gede lagi?” tanya Mama.
“Aduh Ma, modelnya memang begitu. Mama masih muda masa mau kelihatan tua.”
Mama tersipu mendengar pujianku. “Ah kamu bisa aja.”
“Malah ada lagi yang lebih keren,” kataku.
“Hah apalagi tuh?”
Kubisikkan sesuatu ke Mama. Mama memandangku tak percaya. “Yang bener aja kamu. Masa orang-orang seberani itu.”
“Loh beneran Ma. Jaman sekarang udah gak malu lagi kayak gitu.”
Mama berpikir sebentar. “Oke Mama coba. Tapi ini bener-bener gaya baru kan?”
“Bener Ma, cobain dulu deh,” kataku yakin.
Mama masuk lagi ke ruang ganti, sementara aku menunggu di luar dengan dada gemetar.
Pintu ruang ganti terbuka. Mama muncul dari balik pintu.
“Gimana?” tanya Mama.
Aku bersiul melihat penampilan baru Mama. Ia masih mengenakan celana jeans ketat itu, tapi kali ini ia melepas sempaknya. Sebagian jembutnya mencuat keluar dari pinggiran celana jeans. Dari cermin lebar di belakangnya, aku bisa melihat belahan pantat Mama yang terlihat setengah.
“Nah begini baru keren!” kataku.
“Tapi kamu yakin ini gak apa-apa?” tanya Mama gelisah.
“Semuanya pada pakai ini Ma. Abisnya Mama di rumah mulu sih.”
“Oke deh kalau gitu. Ambil,” kata Mama.
“Mama gak sekalian beli kaosnya? Celana itu gak cocok kalau pakai baju kayak gitu,” kataku sambil menarik baju gamis Mama.
“Menurut kamu gimana?” Mama bertanya balik.
“Mendingan beli aja deh Ma. Nanggung udah di sini.”
Aku ke bagian pakaian dan memgambil dua lembar kaos putih polos yang ukurannya kecil. Mama terbengong-bengong saat melihat kedua kaos itu.
“Anak muda memang aneh-aneh,” komentar Mama sambil mengamati kaos di tanganku.
“Coba lagi Ma, abis itu Mama jadi kekinian banget deh,” kataku.
Mama masuk lagi ke kamar ganti, tak berapa lama ia keluar dengan penampilan terseksi yang pernah aku lihat. Kaos putih yang mengetat di badannya dan cuma sampai di perut. Aku tersenyum melihat udel Mama yang tampak menggoda.
“Wah Mama cantik bener deh!” kataku.
“Tapi Mama malu kalau pakai ini di luar,” kata Mama sambil memandangi dirinya di cermin.
“Santai aja Ma, lagian di kampung sepi gini,” kataku.
Akhirnya Mama membeli baju-baju yang aku rekomendasikan. Kami pun beranjak pulang.
Di jalan, aku mulai memancing Mama. “Mama gak mau pakai baju itu sekarang? Lumayan buat dicoba apa enak dipakai pas jalan atau nggak.”
“Gak mau ah nanti dilihat orang,” kata Mama.
“Gak ada yang lihat Ma. Mumpung sepi loh. Kalau ternyata gak enak dipakai jalan, kita bisa balik lagi ke pasar buat dikembalikan,” kataku.
Pancinganku berhasil. Mama menghela napas panjang. “Ya sudah Mama ganti baju. Kamu tunggu di sini.”
Mama masuk ke semak-semak di pinggir jalan sambil membawa kantong plastik berisi pakaian baru.
“Behanya lepas aja Ma daripada panas!” teriakku.
Tak lama, Mama keluar dengan pakaian baru. Kaos itu semakin ketat karena badannya berkeringat, perutnya berkilauan pula. Mama semakin seksi karena celana jeans panjang yang cuma menutupi sebagian pinggangnya. Aku bisa melihat sebagian belahan memeknya yang agak tertutup jembut. Yang bikin aku senang, Mama melepas behanya jadi aku bisa melihat kedua pentilnya menyemplak di balik kaos putihnya.
“Wuih Mama keren bener,” kataku.
“Ayo cepetan jalan sebelum ada yang lewat,” kata Mama.
“Lebih keren begini nih Ma,” kataku sambil menarik celananya ke bawah. Akibatnya seluruh pantatnya menyembul keluar. Seluruh memeknya ikut terlihat.
“Mau ngapain kamu!” seru Mama terkejut.
“Ini lagi model Ma.”
“Tapi memek Mama kelihatan nih!” omelnya.
“Mama gak usah malu karena memek Mama ketutupan jembut. Di majalah sudah wajar kok.”
“Memangnya majalah apa sih yang kamu baca?”
“Majalah remaja kok. Beneran ini udah umum,” kataku.
“Awas kamu ya kalau bohong.”
Mama masih mengomel di perjalanan, tapi aku gak peduli karena sibuk mengamati kedua bongkahan pantatnya yang bergerak naik turun seirama dengan langkahnya. Apalagi melihat memek Mama yang membayang di jembutnya. Aduh, kontolku terasa ngilu!
Di pertigaan jalan, tiba-tiba kami berpapasan dengan penjual bakso keliling yang lagi dorong gerobak. Dia kaget, kami juga kaget. Hampir saja gerobaknya menabrak Mama.
“Aduh maaf maaf,” kata abang penjual bakso. Matanya melirik ke memek Mama.
“Oh ya, gak apa-apa bang,” kata Mama sambil cepat-cepat jalan.
Penjual bakso itu terus memerhatikan Mama yang lewat. Aku cuma bisa menahan tawa dalam hati.
“Tuh kan ada yang lihat! Mama ganti baju lagi dah!” seru Mama.
“Yah kan kita mau ngetes bajunya enak dipakai jalan atau nggak,” kataku beralasan.
“Tapi gak sampai dilihat orang juga kalik.”
Rupanya Mama gak juga mengganti bajunya sampai ke rumah. Sayangnya gak ada orang yang melihat penampilan Mama, kecuali abang bakso tadi.3258Please respect copyright.PENANAzo8lapG3EG