Kejadian bikin heboh satu kampung ini terjadi setelah aku selesai ujian kenaikan kelas 3 SMP. Ada untungnya juga cuma terjadi di kampung kecil, jadi gak menyebar ke mana-mana.
Sebulan sebelum ujian kenaikan kelas, Mama memanggilku. Rupanya ia mau memberiku nasihat.
“Mama lihat kamu kok gak pernah belajar, main hape terus,” kata Mama.
Aku cuma bisa garuk-garuk kepala. Sejak ada hape, aku memang banyak main game daripada belajar.
“Gimana nih caranya biar kamu ranking?” tanya Mama.
“Gak tau Ma.”
“Gini aja deh. Kalau kamu masuk 5 besar. Kamu mau minta apa aja Mama kasih deh,” kata Mama.
Mataku terbelalak. “Yang bener Ma?”
“Bener.”
“Playstation boleh? Apa aja?”
“Apa aja.”
“Kalau minta Mama telanjang di jalan, Mama nurut?”,
Mama menghelas napas. “Ya.”
“Oke kalau gitu,” kataku kegirangan. Jelas saat itu Mama menganggapku bercanda, padahal aku serius.
Besoknya aku belajar serius. Jujur saja, aku memang gak pintar-pintar amat, belajar berjam-jam pun cuma sedikit materi kupahami. Kalau cuma mengandalkan kemampuanku saja, aku gak bakal bisa dapat ranking.
Tapi aku punya ide….
Di sekolah, aku mengajak ngobrol Bayu (nama disamarkan), anak paling pintar di kelasku.
“Gimana, bantuin aku dapat ranking dong biar gak kena marah ibuku,” kataku.
“Wani piro?” tanya Bayu.
“Aku kasih lima puluh ribu deh.”
“Kurang. Seratus lima puluh ribu.”
“Oke,” aku langsung setuju. Itu gak seberapa dibanding hasil yang akan kudapat.
Beberapa minggu kemudian, ujian kenaikan kelas dimulai. Sebelum masuk kelas, aku sudah memberikan uang seratus lima puluh ribu ke Bayu. Tahun segitu, uang senilai itu cukup banyak. Aku mengambilnya dari tabunganku.
“Tenang, ini ujiannya pakai LJK kok. Gampang nyonteknya,” kata Bayu.
Memang ujian di kertas LJK (Lembar Jawaban Komputer) lebih gampang dicontek. Bayu tinggal menulis jawabannya di tisu atau kertas, lalu melemparnya ke aku. Kalau ujiannya menulis esai, Bayu harus menulis panjang dan itu sangat merepotkan.
Jadi begitulah selama tiga hari, Bayu terus melempariku dengan gumpalan kertas berisi jawaban. Aku tinggal membuka gumpalan kertas itu di bawah kakiku, lalu mengisi lembar LJK sesuai jawaban.
Ujian selesai. Tinggal menunggu hasilnya satu minggu lagi.
Seminggu kemudian, aku di rumah sendirian karena Mama mengambil rapot di sekolah. Aku cuma bisa berguling ke sana kemari di kasur sambil main game hape.
“Assalamualaikum!” terdengar suara Mama di depan pintu ruang tamu.
Aku membuka pintu. Mama melepas sandal dan masuk ke rumah. Wajahnya terlihat datar. Pikiranku jadi semakin cemas.
“Aku dapat ranking berapa Ma?” tanyaku cepat-cepat.
“Bentar mau ganti baju dulu,” kata Mama sambil masuk ke dalam kamar. Ia keluar lagi dengan pakaian yang lebih santai. Mama duduk bersila sambil membuka amplop besar berisi buku rapot. Aku ikut duduk bersila.
“Kamu dapat ranking… sebentar,” Mama membuka buku rapot. “Kamu dapat ranking empat!”
Aku melompat kegirangan. Yes, berhasil!
“Nanti Mama belikan Playstation deh,” kata Mama sambil menutup buku rapot.
Aku menggeleng. “Aku gak mau itu Ma.”
“Hape baru lagi? Lah itu kan hape masih baru.”
“Gak hape juga.”
“Jadi kamu mau apa?”
Aku mengatakan keinginanku. Kedua mata Mama melotot. “Yang bener aja kamu!”
“Eh kan Mama udah janji bakal ngasih apa aja,” kataku.
“Terus Mama jadi omongan sekampung gitu!” teriak Mama.
“Cuma sehari doang Ma, lagian sepi juga di sini. Pasti yang lihat juga dikit,” aku berkeras.
Mama mengurut dada. “Oke cuma sehari doang ya.”
Aku mengangguk. “Sehari doang.”
Permintaanku berhasil. Sayangnya aku harus menunggu dua minggu karena liburan kenaikan kelas.4036Please respect copyright.PENANAP9nOu721XD