"Serius ini Umi Hanna???" Pekik Juna masih tak percaya, matanya menatap nanar layar ponsel milik Malik.
"Hehehehe, itu kan Lu udah liat sendiri Jun." Malik kembali menghisap rokok yang dipegangnya sembari tersenyum pongah melihat reaksi ketidakpercayaan Juna, sahabat dekatnya sejak SD.
"Sebenernya Gue udah duga kalo body Umi Hanna akan seindah ini, tapi Gue nggak ngira Lu bakal berhasil ngewein dia! Gila!" Ucap Juna sekali lagi untuk menggambarkan ketakjubannya pada apa yang dilihatnya saat ini.
"Hahahaha! Gue gitu loh!" Sahut Malik dengan bangganya.
Rekaman video persetubuhan berdurasi hampir 15 menit antara Umi Hanna dengan Malik benar- benar membuat Juna terkesima. Apalagi selama ini dia begitu mengagumi kecantikan dan kemolekan tubuh istri Kyai Salman tersebut. Selama ini Malik memang sering menceritakan kedekatannya dengan Umi Hanna padanya. Tapi Juna tak menyangka jika kedekatan yang dimaksud Malik hingga sampai pada level persetubuhan.
Malik dan Juna adalah dua orang pemuda berusia 19 tahun, keduanya adalah yatim piatu yang sejak usia SMP telah diasuh oleh Kyai Salman. Dua pemuda tersebut mulai ikut tinggal di kediaman Kyai Salman sejak usia muda, tak hanya mendapat pembiayaan pendidikan formal, keduanya juga ditempa ilmu agama langsung oleh sang Kyai.
Tumbuh besar di lingkungan yang sangat memegang teguh sendi-sendi keagamaan nyatanya tak membuat dua pemuda itu tumbuh sebagai pribadi yang religius. Keduanya justru terobsesi pada kemolekan tubuh Ibu angkatnya sendiri, Umi Hanna, wanita yang usianya sangat jauh lebih tua dari Juna dan Malik. Tak jarang Juna mengambil foto istri Kyai Salman secara diam-diam, menjadikannya sebagai bahan onani. Malik bertindak lebih jauh lagi, pemuda dengan alis tebal itu bahkan berani mengintip saat Umi Hanna sedang mandi. Keduanya tak jarang saling pamer hasil kenakalan mereka terhadap sosok Ibu angkatnya sendiri.
Gayung bersambut, Umi Hanna yang ternyata juga menyimpan sisi kebinalan tersendiri rupanya menyadari ketertarikan dari dua anak asuhnya tersebut. Terutama Malik yang mulai berani menggoda secara verbal atau bahkan mencuri pandang saat bersama Umi Hanna. Tapi bukan itu saja, secara fisik, Malik memang jauh lebih menarik dibanding Juna. Malik memiliki postur tubuh yang tinggi tegap, nyaris menyentuh angka 185 sentimeter, cukup tinggi untuk ukuran pemuda Indonesia. Badan Malik yang cukup kekar ditambah ketampanan wajah membuat Umi Hanna tak canggung lagi untuk mengumbar sisi lain dalam dirinya yang selama ini tertutupi oleh hijab panjang.
Alhasil, setelah hanya saling menggoda lewat percakapan atau pesan-pesan singkat di ponsel, keduanya minggu kemarin untuk pertama kalinya melakukan hubungan badan. Pengalaman itu membuka pandora tabu yang selama ini tersembunyi diantara keduanya. Tapi bukan Malik namanya kalo tidak menyombongkan hasil petualangannya pada Juna, dan itu sukses membuat Juna melongo karena tak percaya meskipun sudah diperlihatkan rekaman video mesum antara Malik dan Umi Hanna.
"Lu bantuin Gue dong! Gue juga pengen ngrasain memeknya Umi!" Gerutu Juna seraya mengembalikan ponsel Malik.
"Hehehe, beneran Lu mau?" Ujar Malik.
"Yeee...Pake nanya ni bocah! Lu kan tau sendiri Gue sering onani pake foto-fotonya Umi. Masa iya, Gue nggak pengen ngewein dia juga?" Sahut Juna dengan pandangan melotot.
"Sabar dong bro, nggak usah ngegas gitu. Hahahaha!" Goda Malik seraya menyerahkan sebatang rokok pada Juna, sahabatnya itu langsung menyalakannya masih dengan wajah masam.
"Gue ada ide, gimana kalo hari ini kita kerjain Umi Hanna berdua?"
"Ngerjain gimana?" Tanya Juna penasaran.
"Kita ewein berdua lah!"
"Hah?! Emang bakalan mau Umi Hanna diewein kita berdua langsung?"
"Udah, beres itu! Lu pokoknya ngikutin aja instruksi Gue, dijamin hari ini Lu bakal ngrasain memeknya Umi!"
"Oke deh! Gue setuju!" Sahut Juna makin antusias.
***
"Capek banget ya Mi?" Tanya Malik yang duduk di belakang kemudi. Mobil melaju tenang meninggalkan pelataran parkir gedung pertemuan.
Hari ini adalah jadwal kajian rutin ibu-ibu muslimat, sebuah organisasi keagamaan yang berisikan oleh wanita muslim. Sebagai salah satu pengurus inti muslimat, Umi Hanna selalu menghadiri acara yang diadakan oleh organisasi tersebut. Biasanya wanita berparas cantik tersebut datang dengan ditemani oleh Kyao Salman, tapi karena hari ini suaminya sedang sibuk dengan beberapa orang pasien di rumah maka kali ini dia datang dengan diantar oleh Malik dan Juna.
"Ya lumayanlah, maaf ya kalian jadi nunggu agak lama. Tadi ibu pimpinan Muslimat masih nyocokin jadwal pengajian Kyai Salman, jadi Umi harus beresin dulu biar nggak ada tanggungan." Ujar Umi Hanna yang kali ini mengenakan kaftan berwarna pink salem dengan aksen lace pada lengannya dipadu hijab berwarna senada makin menambah kesan anggun pada wanita berusia 45 tahun tersebut.
"Nggak apa-apa kok Mi, kami malah seneng itung-itung istirahat dari rutinitas hapalan Quran. Hehehehe..." Celetuk Juna dari kursi belakang.
"Betul banget tuh! Apalagi bisa pergi bareng wanita secantik Umi, liburan yang menyenangkan!" Sahut Malik sembari melirik genit ke arah Umi Hanna.
"Eh kalian berdua udah mulai nakal ya, aku aduin ke Abi Salman loh nanti."
"Becanda Umi, gitu aja sampek lapor segala ke Abi." Rajuk Juna.
"Makanya jangan nakal dong, hihihihi..."
"Ini kita langsung balik ke rumah apa mau kemana dulu Mi?" Umi Hanna melirik ke arah Malik, dia tau ada maksud tertentu dari pertanyaan salah satu anak asuhnya barusan.
"Ya balik pulang dong, emang kalian mau kemana lagi?"
"Nggak mau kemana-mana lagi sih, tapi katanya tadi Umi capek, klo dipijitin kami berdua bakal enak deh. Lagipula kita kan searah ke villa keluarga Mi." Ujar Malik sambil tersenyum penuh arti.
"Hah? Pijit? Kalian berdua?"
"Jangan salah Mi, diem-diem Juna tuh pinter mijet loh. Umi dijamin keenakan kalo udah ngrasain." Celoteh Malik seraya melirik sahabatnya itu dari kaca spion dasboard mobil.
"Ah yang bener?? Cuma godain Umi aja kan ini?"
"Nggak godain kok Mi, Juna emang bisa mijit." Sahut Juna mencoba ikut meyakinkan.
"Wah menarik tuh, hehehehehe." Pipi Umi Hanna mulai bersemu merah, sebagai wanita dewasa dia tentu menyadari jika tawaran dua anak asuhnya ini bukan sekedar pijat semata, tapi pasti akan berlanjut ke hal-hal mesum lainnya.
"Jadi gimana nih? Mau langsung pulang atau ke villa Mi?" Tanya Malik diplomatis, dari raut wajah Umi Hanna, pemuda itu sudah tau apa jawaban yang akan terucap.
"Boleh, tapi jangan lama-lama ya. Nanti dicariin Abi Salman."
"Bereesss Umi sayang, hehehehehe." Celetuk Malik dengan memberi lirikan genit yang langsung disambut cubitan gemas di pinggulnya dari Umi Hanna.
***
Mobil yang dikendarai Malik beserta Juna dan Umi Hanna berhenti di sebuah halaman villa yang ukurannya tak terlalu besar. Meskipun kecil tapi dari luar villa tersebut nampak cukup bersih dan terawat, apalagi di kanan kirinya terhampar perkebunan teh milik warga sekitar yang kian menambah kesan sejuk dan asri.
Dua tahun lalu, Kyai Salman membeli villa ini dari seorang kolega. Tujuannya adalah untuk dijadikan tempat istirahat keluarga di sela kesibukannya sebagai seorang pendakwah dan tokoh agama terkemuka. Tapi tanpa sepengetahuan sang Kyai, kadang Umi Hanna menjadikan villa ini untuk melepas kebinalannya bersama beberapa lelaki muda dan kali ini adalah giliran dua anak asuhnya.
Saat ketiganya turun dari mobil seorang pria tua berusia sekitar 60 tahunan muncul dari dalam villa dengan sedikit tergesa. Wajahnya sedikit keriput tapi postur tubuhnya masih kekar berotot karena sering melakukan pekerjaan kasar. Pria itu adalah Mang Rojak, mantan preman terminal yang bertaubat karena sempat mengikuti kajian agama yang dipimpin oleh Kyai Salman. Sejak beberapa bulan terakhir, Mang Rojak dipercaya oleh Kyai Salman untuk menjaga serta merawat kebersihan villa.
"Kok tumben nggak ngabarin dulu Bu kalo mau datang ke sini? Saya kan bisa siapin semua kamarnya." Sapa Mang Rojak menyambut kedatangan Umi Hanna.
"Iya Mang, maaf, ini tadi mendadak banget. Kami cuma sebentar aja kok, pengen nengokin villa lagi." Ujar Umi Hanna.
"Oh gitu..." 41859Please respect copyright.PENANAtwKH4OlWLk
"Kami masuk dulu ya Mang." Ucap Umi Hanna sambil tersenyum penuh arti.
"Iya Bu, silahkan. Mau saya pesenin apa Bu? Makan atau minum mungkin?"
"Gampang Mang, nanti aja."
"Baik Bu..."
Mang Rojak melirik ke arah Malik dan Juna yang berdiri di samping Umi Hanna, pria tua itu sepertinya sudah tau rencana mesum yang akan dilakukan oleh istri Kyai Salman dan dua pemuda yang disebutnya sebagai anak asuhnya tersebut. Umi Hanna dan kedua anak asuhnya lalu melangkah menuju dalam villa. Mang Rojak mengekor pelan di belakang mereka.
Persetubuhan antara Malik dan Umi Hanna minggu lalu yang terjadi di villa ini sebenarnya sudah diketahui oleh Mang Rojak. Bahkan pria berusia uzur itu mengintipnya dari balik jendela kamar yang berbatasan langsung dengan perkebunan teh dari awal hingga akhir. Kesan alim yang selama ini dilihatnya dari sosok Umi Hanna seketika langsung hilang bak ditelan bumi kala itu. Mang Rojak menganggap istri Kyai Salman itu tak lebih dari seorang wanita gatel yang memiliki nafsu birahi tinggi.
Mang Rojak awalnya ingin mengadukan hal tersebut pada Kyai Salman. Tapi setelah berpikir tenang dan jernih dia mengurungkan niatnya tersebut, alih-alih memberitahu kebejatan istri sang Kyai, Mang Rojak memilih untuk menyimpan rahasia tabu itu untuk dirinya sendiri. Dia tak ingin terlalu mencampuri urusan majikannya itu, apalagi beberapa kali dia juga sering memergoki Kyai Salman datang ke villa bersama beberapa wanita muda dengan berbagai macam alasan.
Namun kali ini Mang Rojak tak ingin hanya sebagai penonton saja, sejak melihat kemolekan serta kebinalan Umi Hanna kala disetubuhi oleh Malik, pria tua itu mulai terobsesi dan ingin ikut andil merasakan kehangatan tubuh Umi Hanna. Mang Rojak tersenyum, saat Umi Hanna dan kedua anak asuhnya duduk di sofa ruang tamu. Mencoba bersikap normal untuk menutupi obsesinya.
"Makin bersih ya Mang villanya, makasih banyak loh udah mau ngejagain tempat ini. Nggak tau lagi deh kali nggak ada Mang Rojak." Ucap Umi Hanna sembari meletakkan tas jinjingnya di atas meja.
"Sudah jadi tugas saya Bu, lagipula Kyai Salman udah mempercayakan villa ini pada Saya, hehehehe..." Sahut Mang Rojak terkekeh ringan.
"Oh ya Mang, kamar di ruang tengah udah bersih kan?" Tanya Malik tanpa sungkan.
"Sudah Mas, mau dipake?"
"Iya, ini Umi lagi capek banget. Mau istirahat sebentar kayaknya." Ucap Malik beralasan.
"Oh gitu, udah bisa dipake kok kamarnya. Kebetulan tadi pagi habis Saya bersihin."
"Makasih ya Mang." Ucap Umi Hanna.
"Iya Bu sama-sama. Baik kalo gitu Saya ke belakang dulu buat bersih-bersih, kalo perlu apa-apa panggil saya aja Bu."
"Iya Mang, sekali lagi makasih ya."
"Baik Bu, permisi dulu kalo gitu. Mari..." Mang Rojak melangkah menuju dapur dan meninggalkan Umi Hanna dan kedua anak asuhnya di ruang tamu.
"Brengsek! Kali ini Gue nggak mau cuma ngintipin doang! Gue harus ikut ngrasain memek ustadzah lonte itu!" Batin Mang Rojak penuh tekad.
BERSAMBUNG
ns 15.158.61.20da2