Qaila langsung mematikan ponselnya saat menyaksikan di layar terlihat Ibunya sedang bersetubuh dengan pria lain, tak hanya satu tapi juga dua sekaligus. Batas kesabarannya telah hilang, Qaila sudah tak sanggup lagi mentoleril segala macam kesesatan dalam kehidupan keluarganya. Gadis cantik itu kemudian langsung menelepon Felix, kekasihnya. Nada dering terdengar beberapa saat sebelum kemudian suara berat dari ujung telepon berucap,
“Halo sayang.”
“Mas, aku udah nggak tahan tinggal di sini lagi! Cepat jemput aku sekarang juga!” Suara Qaila benar-benar menggambarkan kegelisahan yang mendalam.
“Loh? Ada apa to? Cerita pelan-pelan, jangan panik dulu.” Ujar Felix berusaha menenangkan pujaan hatinya.
“Pokoknya aku nggak mau tau! Kamu harus segera lamar aku dan bawa aku pergi dari tempat terkutuk ini!” Qaila masih belum bisa tenang, suaranya masih meninggi, sementara Felix makin bingung dengan maksud pembicaraan kekasihnya itu.
“Iya, aku pasti nglamar kamu, tapi nggak bisa mendadak seperti ini? Lagipula mana mungkin keluargamu mau menerimaku kalo agamaku masih Katolik? Ada apa sih sebenarnya? Kamu nggak biasanya loh kayak gini.”
“Aku capek Mas….Capek….”
Qaila tak bisa lagi menahan emosinya, tangisnya pecah begitu saja, air matanya berderai deras membasahi pipi. Qaila merasa tak bisa menemui solusi atas masalah yang sedang menimpanya saat ini, Felix yang diharapkannya datang sebagai penyelamat rupanya juga tak bisa berbuat banyak. Qaila benci menghadapi situasi seperti ini, tampak begitu lemah dan tak ada satupun yang bisa menolongnya.
Felix hanya bisa terdiam, dari sambungan telepon dia mendengar isak tangis sang kekasih tanpa bisa melakukan apa-apa. Di satu sisipun pria itu juga merasakan hal yang sama, gagal sebagai pasangan karena tak segera menemukan solusi atas masalah dalam hubungan mereka. Berpindah agama tentu bukan hal mudah bagi Felix, bukan hanya tentangan keluarganya yang terkenal sebagai keluarga Katolik taat, tapi juga hatinya belum benar-benar tergerak untuk menerima Islam sebagai agama barunya.
“Gini aja, minggu depan biar aku datang ke rumahmu. Sekarang kamu tenangin diri dulu, oke?”
“Iya Mas, makasih…”
Sambungan telepon keduanya terputus, seperti biasanya Felix menjanjikan akan datang ke rumah Qaila. Gadis cantik itu hanya bisa menunggu tanpa kepastian karena minggu lalu pun Felix mengucapkan hal yang sama namun hingga detik inipun Felix tak kunjung menepati janjinya itu.
***
“Siapa?” Mata Angel terlihat menyelidik saat Felix menutup ponselnya.
“Bukan siapa-siapa.” Jawab Felix sedikit malas.
“Qaila kan?” Angel masih belum mau menyerah untuk mengorek informasi dari adik kandungnya itu.
“Hmmm…” Felix meletakkan ponselnya di atas meja, pria berwajah oriental itu kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Penisnya yang belum disunat sejak kecil nampak kembali melemas.
“Mau sampai kapan kamu ngegantungin dia kayak gini? Apa nggak kasian sama Qaila?”
Angel kembali mendekati tubuh Felix, wanita berusia 32 tahun itu tanpa canggung menggelanyut manja di dada Felix, sementara jemari tangan kanannya mengelus-elus penis sang adik. Felix hanya menghela nafas panjang, matanya menerawang langit-langit kamar seolah ada sesuatu yang dipikirkannya.
“Bisa nggak kita nggak ngomongin ini dulu?” Ujar Felix nampak tak bersemangat. Angel tersenyum sebelum kemudian mengecup pipi adiknya itu.
“Ya udah, kita lanjutin lagi yuk yang tadi. Waktuku tinggal satu jam, aku harus jemput Sky di tempat les piano.” Ujar Angel.
“Aku udah nggak mood Kak, sorry.” Felix menjauhkan Angel dari tubuhnya, pria itu kini justru memunggungi kakak perempuannya.
“Kalo diginiin, moodnya bakal balik lagi nggak?”
Jemari Angel bergerak menyusuri bagian bawah tubuh Felix hingga kemudian hinggap tepat di selangkangan adiknya itu. Felix berusaha untuk menyingkirkan tangan Angel, namun wanita itu lebih cepat bergerak. Tangan kanannya kini sduah penuh oleh batang penis, diurutnya pelan-pelan hingga membuat Felix mendesis pasrah. Perlahan batang penis yang tadi sempat melemah, kini mulai kembali mengeras. Gerakan tangan kanan Angel pun berubah menjadi kocokan, sesekali bibir wanita cantik itu juga menciumi tengkuk Felix dari belakang.
“Aaachhhh…Kak….” Desis Felix menikmati kocokan tangan Angel pada batang penisnya.
“Gimana? Udah mood lagi?” Goda Angel.
Angel dan Felix adalah kakak beradik kandung, namun tanpa sepengetahuan orang lain, termasuk kedua orang tua mereka, adik kakak itu sudah sejak lama menjalin hubungan terlarang. Meskipun Angel telah menikah tapi cintanya pada Felix tak pernah pudar, bahkan Sky, anak pertamanya, merupakan darah daging Felix dari hubungan incest yang mereka lakukan selama ini.
Felix sebenarnya ingin menyudahi hubungan ini, pertemuannya dengan Qaila sempat membuat tekadnya makin besar. Namun Angel selalu punya cara untuk kembali mendapatkan perhatian dari Felix. Angel tak ingin adik kandungnya itu bersanding dengan perempuan lain selain dirinya.
“Ouchhhh Kak…” Felix kembali melenguh panjang saat merasakan jemari Angel makin kuat meremas batang penisnya sambil terus melakukan gerakan mengocok naik turun.
“Apa Qaila pernah melakukan ini?” Desis Angel ditengah gerakan tangannya pada batang penis sang adik.
“Ng-Nggak pernah…Qaila gadis alim, dia tidak akan pernah mau melakukannya…” Jawab Felix dengan nafas berat.
“Jadi aku lebih baik dari dia kan?” Goda Angel menagih pengakuan.
“I-Iya…Kamu lebih baik drai Qaila…Oh Tuhan Yesus…”
Kepala pria itu menoleh ke belakang, bagai elang yang menyambar, menyusuri leher, dagu dan akhirnya bibir Angel. Bibir yang seharusnya hanya diijinkan untuk dicium oleh Alex, suaminya. Mereka saling memagut, saling melilitkan lidah, saling menghisap menikmati aroma buah terlarang hingga ke titik penghabisan.
“Aku mencintaimu…” Desis Angel di tengah percumbuan. Felix menatap nanar, ada keraguan, namun siapa yang bisa menyangkal jika nafsu telah bertahta?
“Aku juga mencintaimu…” Balas Felix sebelum kembali melumat bibir kakak kandungnya itu.
Selang beberapa saat Felix bangkit dari tidurnya, ia memegang kedua lutut Angel dan membukanya, merenggangkan kedua paha, membuka pintu menuju jendela bahagia. Sang kakak maju sedikit untuk meletakkan penis tepat di depan bibir vagina, membuat cairan pelumas liang cintanya makin membanjir. Istri Alex yang jelita itu mungkin sudah tak ingat lagi statusnya sebagai istri ataupun ibu, ia hanya ingin merengkuh kenikmatan dalam labuhan nafsu.
“Aku masukin ya.”
“He’em... tapi pelan ya.” Felix mengangguk.
Ujung gundul yang belum tersunat kejantanan mulai menyelinap masuk bak serdadu penyelundup. Perlahan tapi adidaya. Angel mengernyitkan dahi dan mendesis sakit ketika batang kejantanan Felix mulai berkuasa di dalam liang cintanya.
“Nghhhh...” Angel meringis kesakitan.
“Sakit, sayang?”
“He’em... jangan kasar-kasar.”
“Ini pelan kok.”
Felix menusuk dengan gerakan yang lembut, batangnya bagai ditangkup dan dilahap liang cinta yang paling sempit di dunia. Kenikmatannya sungguh luar biasa. Dia sama sekali tidak mengira kalau vagina Angel ternyata masih serapat ini meskipun sudah melahirkan dua anak. Benar-benar dewi idaman yang masih seperti perawan.
“Ehm...” Angel mendesah dengan mata terpejam dan kepala yang dilempar ke kanan dan kiri. Tak kuasa menahan rasa sakit yang nikmat bukan kepalang.
“Pelan, sayang... pelan...”
Felix mendorong pantatnya ke depan selembut mungkin, agar tusukannya bisa masuk tanpa menyakiti Angel. Dengan sepelan mungkin Felix menyodok ke depan, melesak, menguak, membuka jalan, melebarkan saluran. Liang cinta yang sempit dan sesak kini mulai terjejali dengan sempurna. Angel masih merintih kesakitan. Ada perih di sana, ada ngilu, ada rasa yang tidak pernah hadir, saat ia memadu kasih bersama suaminya.
“Gila! Kenapa bisa seenak ini sih memekmu Kak?”
“He’em...” Angel kembali mendesah lirih. Dia tidak bisa fokus bercakap, dia hanya merasakan ngilu di antara selangkangannya. Ingin disudahi, tapi juga ingin dikuasai.
Felix tahu Angel masih belum merasakan batang penis sebesar miliknya meraja di liang cinta sempit, maka ia pun segera berinovasi. Bibirnya bergerilya di sekujur tubuh kakaknya itu. Pundak, leher, pipi, dan bibir menjadi sasaran pagutan berulang. Buah dada dan puting menjadi sasaran remas dan cubitan.
Jilatan lidah dan letupan ciumannya yang menghunjam di sekujur badan membuat Angel akhirnya kelejotan, tak mampu menguasai diri sendiri, tenggelam dalam badai nafsu birahi. Hingga akhirnya alam bawah sadarnya menyelimuti rasa perih dan ngilu yang sebelumnya memenjarakannya dari kenikmatan. Kini pintu dosa itu sudah terbuka, dan Angel melaju kencang untuk menggapai apa yang sebelumnya dibatasi, ia melonjak mendaki nafsu birahi.
“Enak sayang?” tanya Felix.
“Mmhhhh... mmmhhhh... mmmhhhh...” Angel hanya melenguh tanpa mampu mengutarakan rasa, tapi ia mengangguk untuk mengiyakan.
Batang kejantanan Felix yang keras dan kencang masuk teramat perlahan seiring kerja keras bibirnya yang terus menerus menciumi wajah Angel. Remasan tangan dan cubitan pada pentil payudara sang ibu muda juga membuat Angel kian tak tahan. Felix memang tidak ingin memburu, dia ingin menikmati saat-saat ketika penisnya menguak liang cinta sempit yang mengagumkan ini.
“Hnggkkkkkkkhhhhhhhhh!” Angel melenguh panjang dan mengerutkan kening.
Itulah saat ketika batang kejantanan Felix menyeruak masuk ke dalam hingga ke ujung pangkal liang di mana Alex biasanya terbenam. Tapi Felix bukan Alex. Dia mendesak masuk lagi, menusuk lebih dalam lagi untuk membuat Angel merasakan apa yang belum pernah ia rasakan sebelum ini batang kejantanan yang sejati. Setiap rasa sakit yang dirasakan oleh Angel, dibalas dengan ciuman dan pagutan, remasan dan elusan. Silih berganti menjadikan tubuhnya ibarat taman bermain, di mana jari jemari adalah pengunjung yang menjadi raja dan ratu, berkuasa penuh dan menjadi tamu. Gairah Angel menyala dahsyat. Ia kembali mendesah, selangkangannya makin basah.
“Sayang...”
Dengan penuh kesadaran Angel membuka lebar-lebar kedua paha, merenggangkan kaki jenjangnya, supaya Felix lebih leluasa melesakkan penisnya. Pria itu tersenyum dan mematuhi undangan sang kakak. Ia pun segera menggerakkan tubuhnya, maju dan mundur, keluar dan masuk.
Mulut Angel terbuka lebar, desahan, erangan, lenguhan mulai terdengar tanpa kendali. Ia bahkan sesekali berteriak tapi kali ini dalam kenikmatan, bukan karena sakit yang merajam. Liang cintanya mulai lentur menyesuaikan ukuran dengan batang kejantanan besar milik Felix.
Keringat sebesar jagung menetes membasahi wajah kedua insan yang tengah memadu cinta. Mereka tak lagi ingat siapa-siapa. Pikiran terpusat pada kenikmatan semata. Angel kini sudah tak lagi dibatasi rasa nyeri, ia ikuti kata birahi. Dipacu semangat tinggi, dengan kenikmatan yang makin mendaki, Felix juga tak lagi membatasi diri. Ia gunakan seluruh energi, untuk memuaskan diri, untuk memanjakan hati, dengan kanvas tubuh Angel yang bebas ia nikmati.
Bibir mengerang, tubuh menegang, badan berputar ke kiri dan kanan, nafsu meraja, nikmat dirasa. Napas yang berpacu terdengar dari dengusan berulang saat tubuh Felix bergerak tanpa henti, memaksakan diri untuk terus menyodok dan menguasai liang cinta sang dewi. Tangannya bergerak meremas, bibirnya tak henti mengecup, dan batang kejantanannya terus menerus keluar masuk.
Angel melenguh dan mengerang, tak bisa mengatasi sensasi. Dibandingkan sang suami tentu penis Felix lebih panjang dan lebih besar, vaginanya berasa direnggangkan. Dinding-dinding liang cintanya kini terdesak melebar dan rasanya seperti keajaiban. Kedua badan bergoyang, berguncang, dan bergetar, tiap kali pinggul melaju untuk menyodok, menusuk, melesak, dan menyeruak. Makin lama kesadaran Angel makin lenyap ditelan birahi, ia makin mengikuti gerakan dari sang penguasa liang cintanya saat ini. Saat Felix maju ia terima dengan penuh daya, sedangkan tiap kali adiknya itu mundur ia menghamba.
“Teruuuus...” pinta Angel, berharap Felix menumbuknya lagi dan lagi dan lagi.
“Masukin lagi, teruuus... Enaaaakgghh... Mmmh... Mmmhhh...”
Permintaan Angel ibarat siraman bensin di atas api. Felix menggenjot kian semangat, ia bergerak lebih cepat dan menusuk lebih dalam. Batang kemaluannya benar-benar memekarkan vagina sang dewi jelita yang hanya sanggup mengerang dan melenguh saat gairah dilampiaskan. Felix menatap sang kakak dengan penuh rasa sayang,
“Enak banget memekmu. Enaaaak bangeeett...”
Angel juga merasakan hal yang sama, rasa nyaman dan nikmat di selangkangan yang diwujudkan oleh persatuan dua alat kelamin yang saling melengkapi dan mengisi, berpadu padan menjadi satu kesatuan. Menangkup dan melesak, memijat dan menusuk, meremas dan mendorong.
“Aku kluari di dalem ya….” Ujar Felix sambil menggoyangkan pantatnya maju mundur dengan kekuatan penuh, ibarat ia menggunakan penisnya untuk menggergaji liang cinta milik Angel yang tak henti-hentinya mendesah mengendarai birahi yang tak terperi. Si jelita itu hanya sanggup melenguh berulang tanpa bisa ditahan.
Mata Angel masih terpejam, tubuhnya tersentak berulang digoyang sedemikian kencang hingga melayang. Tusukan demi tusukan memasuki tubuh Angel tanpa henti, tanpa ampun, tanpa ragu, semua dilakukan untuk memuaskan diri sampai ke ujung kenikmatan.
Sungguh luar biasa nikmat ini bagi Angel. Sungguh berbeda dengan kenikmatan yang diberikan oleh Alex. Sumpah ia tidak ingin membandingkan, tapi memang amat berbeda. Alex menyetubuhinya dengan lembut dan penuh cinta, Felix menggumulinya dengan tuntutan nafsu yang menggelegak dan menjadikannya wanita. Jantung Angel berdetak kencang, napasnya memburu tidak karuan, nafsunya ibarat kereta yang terus dipacu penuh kecepatan.
“Bo-boleh.”
Angel hanya tidak ingin genjotan ini berakhir, karena ia berasa bagaikan disihir, apalagi saat penis Felix dipuntir, dikeluarkan sedikit dengan melipir, lalu disentakkan begitu kencang menghancurkan daya pikir, hingga akhirnya menghadirkan sentakan ke sekujur tubuh dari hulu sampai ke hilir. Jemari saling bertautan, saling menggenggam erat. Persatuan dua kelamin yang melekat seakan tak ingin terlepas, penis yang menusuk, dan vagina yang memijit. Cinta tidak hadir di sini, nafsu yang pegang peranan. Gelombang tsunami nafsu hewani yang diikuti, dituruti, dan dijadikan raja sehari. Tak banyak kata terucap, karena bersatunya tubuh menjadi pemuas nikmat.
Angel melenguh dan mendesah lirih, tubuhnya terguncang berulang, tiap kali sodokan kencang datang. Dia ingin dikuasai, ditaklukkan, dijadikan mainan, ditusuk oleh batang kejantanan, dan diberi kenikmatan. Si cantik itu memeluk dan menciumi sekujur tubuh sang adik, pundak, leher, pipi, dan tentunya bibir. Angel tak tahan lagi, nafsunya makin la memuncak, kecepatan Felix juga makin meningkat, napas keduanya memburu seperti ingin segera bersama mencapai tujuan akhir. Genjotan Felix makin menggila.
Tiap sentakan seperti lebih kencang dari sebelumnya. Tubuh Angel kelejotan dibuatnya, tak tahan dengan semua kenikmatan yang diberikan. Sesak, ngilu, sedap, nikmat, semua menyatu bagaikan bumbu-bumbu yang dipadukan untuk menjadi sajian akhir yang akan sangat lezat. Angel memeluk tubuh kekar Felix saat puncak kenikmatan hadir kembali dalam diri, menguasai, menaut, dan bertahta.
“Aku keluar!!!!” kencang Angel menjerit.
Cairan pelumas vagina bercampur dengan cairan cinta yang secara bersamaan membasahi dinding-dinding liang kewanitaan miliknya. Rasanya? Sungguh luar biasa. Enak tak terperi, terbang tak terbayang, melayang bagai layang-layang, bersahutan di tepian awan. Badai kenikmatan menggelora membuat tubuh Angel melejit berulang. Sementara itu batang kejantanan Felix tak berhenti menusuk, menyodok, dan menguasai liang cinta sang bidadari idaman.
“Aaachhh! Aku keluar Kak!!”
25209Please respect copyright.PENANAz7N2tVnMgU
BERSAMBUNG
ns 15.158.61.48da2