Selepas kepergian Mang Rojak, suasana di ruang tamu menjadi sedikit kaku. Sama sekali tak ada percakapan antara Umi Hanna dan kedua anak asuhnya. Mereka bertiga malah sibuk memainkan ponsel masing-masing. Malik yang menjadi inisiator akhirnya langsung mengambil peran agar suasana diantara mereka makin menjadi dingin atau bahkan mungkin batal.
"Ke kamar yuk! Umi katanya mau dipijit." Ceketuk Malik tiba-tiba.
"Sekarang?" Tanya Umi Hanna.
"Iyalah Mi, katanya tadi mau buru-buru, takut dicariin Abi."
"Hehehe, ayo deh! Eh tapi masih ada Mang Rojak, gimana dong?"
"Amaann, tenang aja Mi. Kan kita cuma pijit nggak aneh-aneh." Ujar Malik sembari melirik ke arah Juna yang entah kenapa sejak turun dari mobil tadi mendadak menjadi lebih pendiam dan gugup.
"Juna udah siap kan?" Tanya Umi Hanna kemudian.
"Eh...I-iya Umi! Si-siap..." Jawab Juna sedikit tergagap. Umi Hanna tertawa lepas melihat kegugupan Juna, jiwa kebinalannya tergelitik, tak sabar menyaksikan reaksi tak terduga nantinya dari salah satu anak asuhnya tersebut.
Ketiganya kemudian melangkah menuju kamar utama yang berada di bagian tengah ruangan. Malik lebih dulu menutup pintu villa sebelum kemudian menyusul Umi Hanna dan Juna yang lebih dulu masuk ke dalam kamar. Sejenak Malik melongokkan kepala keluar, memastikan jika Mang Rojak tak melihat, setelah dirasa aman pemuda berpostur tegap itu langsung menutup pintu kamar dan langsung menguncinya dari dalam.
Umi Hanna meletakkan tas serta ponselnya di meja rias kaca yang berada di bagian tengah kamar, bersebelahan langsung dengan meja televisi. Juna masih berdiri mematung di dekat pintu, menyaksikan tubuh Ibu angkatnya dari belakang. Malik langsung memberi tanda pada pemuda polos itu agar mendekati sisi ranjang, Juna dengan kikuk menurutinya.
"Kaftannya dibuka aja Mi, biar Juna enak mijitnya." Ujar Malik.
"Eh, masa belum apa-apa udah maen buka aja ih..." Rajuk Umi Hanna dengan senyum genitnya.
"Ya masa dipijit tapi masih pake baju lengkap sih?" Malik masih tak mau menyerah.
"Semuanya nih? Dibuka?" Umi Hanna menunjuk kaftan hingga hijabnya.
"Kaftannya aja Mi, hijabnya nggak usah. Kan yang dipijit badannya, bukan kepala Umi." Ujar Malik.
"Huuuu, dasar kamu ya...Nakal.." Umi Hanna mencolek hidung Malik.
Perlahan istri Kyai Salman itu mulai melepas kain kaftannya, Juna sampai harus menelan ludahnya berkali-kali saat menyaksikan tubuh semok, putih, mulus dan tanpa cacat milik Umi Hanna terhampar jelas di hadapan matanya. Sosok yang selama ini dia jadikan objek onani sekarang berdiri tak jauh dari tempatnya hanya mengenakan BH hitam dan celana dalam motif renda berwarna sama.
"Kamu kenapa Jun? Kok malah melongo gitu sih?" Goda Umi Hanna sembari memamerkan payudaranya yang membusung besar dan terlihat ingin segera melepaskan diri dari kungkungan BH yang ukurannya tak sebanding.
"Eh..I-iya Umi..I-itu.." Juna tak bisa lagi menyembunyikan kegugupannya, selangkangannya terasa begitu sesak karena di bawah penisnya sudah memberontak tiada tara. Malik hanya tersenyum menyaksikan kegugupan sahabatnya itu.
Umi Hanna tanpa canggung langsung menaiki ranjang dan menelungkupkan tubuhnya yang sintal. Malik dan Juna bisa menyaksikan kemulusan bagian belakang tubuh ibu angkatnya itu. Sebelum melakukan prosesi pijat Malik terlebih dahulu mengambil body lotion dan menyerahkannya pada Juna.
Juna pun memulai tugasnya, pemuda berbadan kurus itu bersimpuh di samping tubuh Umi Hanna, setelah mengolesi pundak ibu angkatnya itu menggunakan lotion jemari Juna perlahan memijatnya. Dimulai dari pundak dan tengkuk, jemari Juna menekan lembut permukaan tubuh Umi Hanna, tak cukup keras tapi sudah bisa membuat wanita cantik itu melenguh rileks. Malik ikut mendekat ke sisi ranjang, bahkan pemuda itu sudah melepas pakaian dan celananya, badannya yang kekar hanya tertutupi sebuac celana dalam saja.
"Gimana Mi? Enak nggak?" Tanya Malik seraya melirikke arah Juna yang mulai luwes menggerakkan tangannya menyusuri bagian punggung Umi Hanna dengan pijatan-pijatan lembut.
"Eeemmcchhh..Iya enak banget. Nggak nyangka kalo Juna pinter banget mijitnya." Sahut Umi Hanna sembari menikmati pijatan dari Juna.
"Wah bisa-bisa tiap hari bakal disuruh mijit nih." Celetuk Juna yang tak lagi canggung.
"Hehehehe, ide bagus tuh." Sahut Umi Hanna.
"BH nya dilepas aja Mi, biar mijat punggungnya nggak susah." Usul Malik, Juna tersenyum mesum melirik ke arah sahabatnya itu.
"Oh iyakah? Susah ya Jun kena tali?" Tanya Umi Hanna.
"Iya Mi, jadi nggak leluasa." Sahut Juna sok polos.
"Oke deh, tolong lepasin talinya dong." Ujar Umi Hanna.
"Siaappp!" Sahut Malik bergegas melepas pengait bra di punggung Umi Hanna. Dengan satu gerakan, tali BH itu terlepas, Umi Hanna sedikit mengangkat tubuhnya dan menyingkirkan BH yang sedari tadi terlihat begitu sesak menampung payudaranya yang berukuran jumbo.
"Aaaahhhh...Lega kalo gini." Ucap Umi Hanna sembari menghela nafas panjang.
"Nenen Umi kegedean sih, hehehehehe..." Goda Malik.
"Hihihi, bener juga, tapi gimana dong, udah dari sononya ukurannya segini." Sahut Umi Hanna tak malu menanggapi godaan anak asuhnya tersebut.
Juna kembali melumuri punggung Umi Hanna dengan lotion sebelum kemudian memijat lembut menggunakan telapak tangannya. Sesekali Umi Hanna melenguh saat Juna menambah tekanan tangannya, sensasi menenangkan sekaligus melegakan menyebar ke tubuh wanita bertubuh sintal itu. Juna makin berani, kali ini telapak tangannya turun makin ke bawah, menyasar bongkahan padat pantat milik Umi Hanna, meremasnya.
"Aaaauuhh...Hmmmm...Juna mulai nakal ya..." Ucap Umi Hanna saat merasakan jemari Juna meremasi pantatnya.
"Enak kan tapi Mi?"
"Heem...Enak, tapi geli..." Jawab Umi Hanna, tubuhnya menggeliat beberapa kali karena jemari Juna meremas pantatnya dengan kencang.
"CD nya dilepas aja sekalian Mi..." Celetuk Malik yang sedari tadi melihat prosesi pemijatan.
"Jadi telanjang dong nanti?"
"Tanggung Mi, biar sekalian." Ujar Juna, penisnya makin mengeras di bawah sana.
"Iya deh..." Umi Hanna sedikit mengangkat pinggulnya ke atas, Juna membantunya menarik ke bawah celana dalam renda hitam yang dikenakan wanita itu hingga terlepas dari tubuh Umi Hanna.
Jemari Juna melanjutkan aksinya, pijatan pelan membaluri seluruh bagian punggung mulus Umi Hanna, kemudian berlanjut turun menyusuri area pantan dan paha belakang istri Kyai Salman itu. Sesekali Umi Hanna tak segan melenguh manja kala pijatan Juna memberi efek kejut pada tubuhnya karena menekan titik-titik sensitif. Juna sendiri makin menikmati pemijatan ini, wanita yang selama ini hanya bisa dibayangkannya saja kini justru bisa secara nyata dia sentuh.
"Udah Mi, sekarang bagian depannya ya." Ucap Juna setelah memijat bagian betis dan kaki.
Umi Hanna tanpa malu-malu menuruti perintah itu, dia merubah posisi tubuhnya menjadi terlentang pasrah. Alhasil payudaranya yang berukuran besar serta vaginanya yang bersih tanpa bulu terekspos begitu saja dan bisa dilihat secara langsung oleh Juna dan Malik. Bagi Malik tentu ini bukan pemandangan yang asing karena dia sudah pernah mengalaminya sebelumnya, tapi bagi Juna menyaksikan tubuh bugil Umi Hanna tanpa sehelai benangpun membuat darahnya berdesir kencang.
"Kok bengong lagi sih Jun?" Tanya Umi Hanna seraya mengerlingkan matanya, membuyarkan lamunan Juna.
"Eh...I-iya Umi..Maaf.."
"Santai aja bro, hehehehehe..." Celetuk Malik.
"Bajunya dilepas juga dong Jun, tuh kayak Malik." Kata Umi Hanna. Tanpa pikir panjang, Juna langsung menelanjangi tubuhnya sendiri hingga menyisakan celana dalam saja. Penisnya yang mengeras terlihat dari balik celana dalam itu dan mengundang senyuman mesum Umi Hanna.
"Eh udah ada yang keras tuh..." Goda Umi Hanna seraya melirik selangkangan Juna yang menggelembung. Juna makin salah tingkah.
Setelah membalurkan lotion ke paha, Juna kembali memijit istri Kyai Salman secara perlahan. Mata Juna sama sekali tak pernah berpaling dari dua gundukan payudara dan lipatan kemaluan milik ibu angkatnya tersebut. Umi Hanna sepertinya sudah tau apa yang ada di dalam benak pemuda lugu itu, tangan kiri istriku itu pun mulai menjamah kontol Juna yang makin menegang. Diremasnya sambil sesekali mengocoknya perlahan, setelah sebelumnya menarik keluar daging kenyal dan keras itu dari kungkungan celana dalam.
“Enak banget pijatanmu Jun...”
“I-Iya Mi..” Jawab Juna tergugup.
“Tapi jangan pahanya aja, yang lain juga dong.”
“Ba-Baik Umi…”
Pijatan Juna beranjak ke atas, menyisir perut kemudian berhenti di area payudara. Pemuda itu meremas pelan gundukan lembut itu, Umi Hanna mendesis perlahan sambil menggigit bibirnya sendiri ketika remasan jemari kasar Juna semakin intens. Sesekali Juna juga memainkan kedua puting Umi Hanna yang sudah keras sedari tadi. Tak ayal desisan Umi Hanna kini berubah menjadi desahan.
“Ouuuccchhh Jun….”
“Sakit?”
“Nggak, enak banget…Terusin…”
Gerakan tangan Juna makin luwes menjamah tiap jengkal bagian tubuh istri Kyai Salman. Tak hanya di bagian payudara saja, jemari Juna merayap ke semua titik tubuh Umi Hanna hingga membuatnya kelejotan bak cacing kepanasan. Apalagi ketika jemari Juna merayap turun dan berhenti di permukaan vagina.
“Ouucchhhh Jun!!!”
Juna tak bergeming, tanpa banyak bicara jemarinya mulai merayap, menggesek permukaan vagina dengan gerakan menusuk. Awalnya cuma bagian permukaannya saja, tapi lama kelamaan ujung jemari pemuda itu menerobos masuk kemudian mengocoknya. Diperlakukan seperti itu sontak membuat Umi Hanna kelejotan, tubuhnya bergerak liar diiringi lenguhan manja dari bibirnya.
“Aaaccchh Jun….Kamu apain memekku??? Ouucchhh…Sssstt….”
“Juna kocokin Mi...”
“Ouucchhh…Enak Jun…Enak….”
Kepolosan serta keluguan Juna seolah hilang begitu saja. Birahinya sebagai seorang pria menuntun seluruh gerak tubuh serta perilakunya untuk bertindak diluar batas kewajaran. Malik tak mau ketinggalan, sahabat Juna itu merangsek mendekati kepala Umi Hanna, meletakkannya di pangkuannya. Sempat terkejut, tapi belum sempat melancarkan protes, mulut Umi Hanna langsung disumpal penis Malik yang berukuran lumayan panjang dan berurat.31880Please respect copyright.PENANAAQpWdv153I
"Eeemmcchhhh....Haaaahh...Buru-buru amat sih anak Umi.." Rajuk Umi Hanna.
"Udah nggak tahan Mia...Ouucchhhh..." Balas Malik sembari menikmati jilatan lidah Umi Hanna pada ujung penisnya.
Sementara itu Juna kini merubah posisi duduknya, dia berpindah ke sisi depan selangkangan Umi Hanna yang terbuka lebar. Sesaat dia kembali mengobel vagina wanita itu sebelum akhirnya merundukkan kepalanya mendekati liang senggamanya. Jemarinya membuka celah bibir kemaluan Umi Hanna yang basah, hidungnya mendengus-dengus layaknya seekor anjing pelacak lalu diiringi lidahnya menjulur kasar dan mulai menjilati permukaan vagina. Umi Hanna mendesah sambil meremas-remas rambut pemuda itu dan berusaha membenamkannya lebih dalam lagi. Juna sedikit kesulitan bergerak karena kedua paha Umi Hanna ikut menjepit tubuhnya.
“Ouucchhh Juna!!! Eeemmcchh!! Emmcchh!!" Tak sempat mendesah, mulut Umi Hanna kembali disesaki batang penis kekar milik Malik
“Eeemmcchhhh…Eeemmchhhhh..” Juna sendiri berusaha mengatur nafasnya sambil terus menjilati vagina Umi Hanna yang semakin basah.
“Pinter banget kamu Jun! Aaachh enak banget Jang!! Occhh!” Ceracau Umi Hanna tak karuan. 31880Please respect copyright.PENANAUM3Bm6xdjw
Sementara itu, di balik jendela yang berbatasan langsung dengan kebun teh, tanpa sepengetahuan mereka bertiga, Mang Rojak sedari tadi rupanya sedang mengintip sambil merekam adegan mesum yang melibatkan Umi Hanna, Juna serta Malik menggunakan kamera ponselnya. Pria tua itu terkekeh menyaksikan tubuh Umi Hanna dikerjai habis-habisan oleh dua anak asuhnya.
"Liat aja, habis ini giliran Gue yang nikmatin tu memek lonte!" Batin Mang Rojak sambil terus mengarahkan kamera ponselnya ke dalam kamar.
BERSAMBUNG
ns 15.158.61.6da2