
Chapter 2: Celah yang Mulai Terbuka
POV Jaka
12701Please respect copyright.PENANANiVuUzodpM
Beberapa minggu belakangan, setiap kali Riska pulang kerja, selalu ada cerita baru dari kantornya. Kadang soal kerjaan, kadang soal gosip, tapi yang paling sering—tentang Nina.
12701Please respect copyright.PENANAjaxKvg6WD7
Aku udah mulai hafal gaya dia kalau mau cerita hal "agak nakal". Awalnya senyum-senyum sendiri, terus ngeteh dulu, duduk selonjoran, baru deh mulai nyerocos.
12701Please respect copyright.PENANAdTJfxsJwcM
"Mas, tahu nggak, Nina tuh parah banget hari ini..." katanya, matanya berbinar lucu.
12701Please respect copyright.PENANAzEhqcYOoHn
"Parah gimana?"
12701Please respect copyright.PENANAxpLLNvbmQ8
"Tadi dia cerita katanya pas dia liburan ke Bali, dia ketemu cowok bule. Terus... ya gitu deh. Mereka 'main'. Terus dia bilang gini ke aku, 'Ris... kamu tuh belum ngerasain nikmat dunia kalo belum nyobain yang ukurannya bule.'"
12701Please respect copyright.PENANAXMpNdeSLfS
Aku berhenti menggulir HP, menoleh ke Riska.
12701Please respect copyright.PENANATspC6ZAHTj
"Terus kamu gimana?"
12701Please respect copyright.PENANAbYk8yITa1Z
Dia nyengir. "Ya kagetlah! Aku cuma bisa bilang, 'Ih, Na... dosa banget.' Tapi dia malah ketawa dan bilang, 'Ris, nikmat itu kadang nggak ada di suami sendiri. Kamu belum tahu rasanya batang besar dan panjang yang bukan milik sendiri... itu tuh beda, Ris. Sampe ke ubun-ubun.'"
12701Please respect copyright.PENANAVD7G9rKImq
Riska ketawa geli waktu cerita itu, tapi aku cuma bisa mengerutkan kening.
12701Please respect copyright.PENANAU1uTdpurnX
"Duh, Mas... serem ya. Tapi lucu juga sih, Nina tuh kalau cerita vulgar tuh ekspresinya datar banget, jadi makin absurd."
12701Please respect copyright.PENANAdjKyUwL3XN
Aku maksa ketawa, tapi dada rasanya sesak. Aku nggak suka dengar cerita kayak gitu dari istriku—apalagi dia kayak menikmati momen ngobrolin hal-hal vulgar bareng temennya itu.
12701Please respect copyright.PENANANTSO6b5EWd
"Dia ngomong gitu ke kamu tiap hari?"
12701Please respect copyright.PENANADlBiqO1Sjq
"Enggak sih, tapi sering. Dia tuh suka iseng ngajak aku ngobrol hal-hal kayak gitu. Kadang aku jawab sekenanya, tapi ya... ada aja yang bikin penasaran juga, sih."
12701Please respect copyright.PENANAgKq1bX0grL
Kalimat terakhir itu—"bikin penasaran juga"—masih terngiang-ngiang di kepala waktu aku coba tidur malam itu.
12701Please respect copyright.PENANA9MCwshk44U
12701Please respect copyright.PENANAEhwdbc1Usx
---
12701Please respect copyright.PENANA786bsyDLjb
Pagi-pagi, waktu Riska lagi dandan, aku perhatikan dia lebih niat dari biasanya. Lipstik pink tipis, sedikit bedak, alis dirapihin. Wangi parfumnya juga baru.
12701Please respect copyright.PENANASQJmYAtyy0
"Parfum baru ya?" tanyaku, pura-pura santai.
12701Please respect copyright.PENANAJbxjcGiKQI
Dia menoleh sambil senyum. "Iya, Nina ngasih. Katanya biar aku kelihatan lebih fresh."
12701Please respect copyright.PENANA972Ho9hyEq
"Emang kamu niat kelihatan fresh buat siapa di kantor?" tanyaku sambil ngelirik.
12701Please respect copyright.PENANAH0Np1lXxH1
Riska ketawa. "Ya biar enak dilihat aja. Masa keliatan kusam tiap hari?"
12701Please respect copyright.PENANAJwKft3oalU
Aku mengangguk, walau masih ada sisa sesak di dada. Aku nggak mau jadi suami posesif. Tapi sulit menepis perasaan bahwa Riska mulai... berubah. Cara bicaranya, cara berdandan, bahkan cara dia memandang dirinya sendiri—semua mulai bergeser.
12701Please respect copyright.PENANAwxIPCif3LK
12701Please respect copyright.PENANADZ0BxacaLc
---
12701Please respect copyright.PENANAEbvnEJo5x3
Siangnya aku iseng buka-buka akun sosial media. Riska jarang update, tapi aku coba cari akun Nina. Setelah beberapa pencarian, akhirnya ketemu. Akunnya penuh foto-foto selfie dengan caption yang... cukup vulgar untuk standar temen istriku.
12701Please respect copyright.PENANAKxyosz11xB
Salah satu caption yang bikin aku menelan ludah:
“Kadang tubuh butuh yang asing... karena yang biasa udah nggak ngasih rasa.”
12701Please respect copyright.PENANAJ9D4OXtJHN
Ada satu foto Nina dan beberapa teman kantor—termasuk Riska. Di situ istriku senyum, berdiri agak dekat dengan dua cowok yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
12701Please respect copyright.PENANAznzpOYFcit
Aku nggak mau mikir macem-macem.
12701Please respect copyright.PENANAFv6HHHkPcK
Tapi ya... sebagai laki-laki, ada insting yang susah ditepis. Insting bahwa sesuatu di balik senyum Riska belakangan ini bukan cuma karena "pekerjaan yang menyenangkan".
12701Please respect copyright.PENANADPMWVEwr2N
12701Please respect copyright.PENANA7O0z8gFtKo
---
12701Please respect copyright.PENANAFm1guRsgMU
Sore itu dia pulang telat. Katanya ada lembur mendadak.
12701Please respect copyright.PENANAvmcIhK4XqG
Waktu dia sampai rumah, aku udah siapin teh hangat.
12701Please respect copyright.PENANAXzQFpAmAQU
"Capek, Mas..." katanya sambil selonjoran di sofa. "Tadi Pak Arman bawain tumpukan invoice, padahal udah sore banget."
12701Please respect copyright.PENANA11JERnsOFY
"Pak Arman emang sering minta kamu kerja lebih ya?"
12701Please respect copyright.PENANA8RcfK48wja
Dia mengangkat bahu. "Kadang. Tapi ya namanya juga atasan. Aku nggak bisa nolak."
12701Please respect copyright.PENANA4i1C87nOQH
Aku menahan diri buat nggak komentar banyak. Aku cuma ngangguk sambil menyodorkan teh.
12701Please respect copyright.PENANAluDZ6rZquW
Riska menyesap pelan, lalu tersenyum. "Tadi pas Nina lihat aku masih kerja, dia nyeletuk, ‘Ris, jangan terlalu rajin nanti makin dilirik bos, lho. Si Pak Arman tuh seneng sama tipe yang nurut-nurut cantik kayak kamu.’ Hahaha, dasar Nina."
12701Please respect copyright.PENANAJrbOXPQnLz
Aku hanya ikut tertawa kecil, walau hati ini makin nggak karuan.
12701Please respect copyright.PENANASwgNlCumfg
Aku ingin percaya, semua ini cuma gurauan kantor. Cuma obrolan iseng antara rekan kerja.
12701Please respect copyright.PENANAzkeLiIGs50
Tapi naluriku bilang, ini lebih dari sekadar itu.