
Peluh yang Menggoda
10257Please respect copyright.PENANAd4H7bxvxZ0
Hari itu kantor terasa seperti oven. AC di lantai dua rusak sejak pagi, dan semua karyawan terpaksa bekerja sambil berkeringat. Riska duduk di mejanya, sesekali menyeka peluh dari leher dengan tisu. Jilbabnya terlihat lembap di bagian dalam, dan seragam kerjanya mulai menempel di kulit.
10257Please respect copyright.PENANAyieVvG5954
Ia gelisah, merasa tak nyaman. Bukan karena malu, tapi karena tubuhnya terasa gerah dan bau keringat mulai tercium oleh dirinya sendiri. Ia lupa memakai deodoran hari itu. Tapi ia berusaha tetap tenang.
10257Please respect copyright.PENANAWR7KnVeP2h
Di seberangnya, Rian memperhatikan diam-diam. Pandangannya tajam, penuh niat tersembunyi.
10257Please respect copyright.PENANA8xJM20C5MR
> “Ris, ada waktu bentar? Gue bingung ngisi form buat laporan divisi. Bisa bantuin?”
10257Please respect copyright.PENANA5UG4ZC6rC2
10257Please respect copyright.PENANA9FtSJfi78F
10257Please respect copyright.PENANA2zav84lnL6
Riska menoleh dan mengangguk cepat. “Boleh, Mas.”
10257Please respect copyright.PENANA6tw1Dwpy9o
Rian membawanya ke ruang arsip kecil yang sepi dan agak gelap. Tak ada kamera, dan suara dari luar sulit terdengar. Riska berdiri di dekat rak dokumen, sementara Rian berpura-pura mencari berkas.
10257Please respect copyright.PENANAFOHLfy5NIQ
> “Panas banget ya... sampe serasa mandi keringat.”
10257Please respect copyright.PENANA9s98VIiyzO
10257Please respect copyright.PENANAAEeObWOAQx
10257Please respect copyright.PENANALL1E6JEDW5
> “Iya, Mas... aku juga risih banget. Maaf ya kalau... bau.”
10257Please respect copyright.PENANAQAig82J9eE
10257Please respect copyright.PENANAowkwDzjBuN
10257Please respect copyright.PENANAK3yd3PUik8
Rian tertawa kecil. “Justru... itu bikin kamu beda dari yang lain. Nggak semua cewek bisa kayak kamu—natural.”
10257Please respect copyright.PENANAynoauzrhUE
Riska tersenyum kikuk. “Hehe... gitu ya...”
10257Please respect copyright.PENANAUNvYMjBk7A
> “Eh, kamu sering pegel-pegel nggak sih pas kerja duduk terus?”
10257Please respect copyright.PENANAPoorR0yWx1
10257Please respect copyright.PENANADlAQO4skT7
10257Please respect copyright.PENANA5scMu4rhi5
> “Lumayan sih... kenapa?”
10257Please respect copyright.PENANAaPR8KVupl5
10257Please respect copyright.PENANAZFnT8TXZLa
10257Please respect copyright.PENANAg6DL5v2yud
> “Gue pernah belajar dikit soal pijat ringan. Mau coba?”
10257Please respect copyright.PENANAi6eiegCuha
10257Please respect copyright.PENANAE4gS9dAwww
10257Please respect copyright.PENANAQxq5AxrRgZ
Riska ragu. Tapi karena merasa nggak enak menolak dan karena Rian terdengar yakin, ia mengangguk pelan.
10257Please respect copyright.PENANAH1seAuurHl
> “Oke, tapi jangan keras-keras ya... aku gampang geli.”
10257Please respect copyright.PENANAt3klvbCuxX
10257Please respect copyright.PENANADfhpf0hQE2
10257Please respect copyright.PENANA604Ol1L622
> “Tenang... gue pelan.”
10257Please respect copyright.PENANAwe7Vt5Vabz
10257Please respect copyright.PENANAMhEbeIoMfC
10257Please respect copyright.PENANA0ci403W0E5
Rian menyuruh Riska berdiri dan mengangkat tangan tinggi. Ia berdiri di belakang Riska, memandunya pelan seolah gerakan peregangan. Tubuhnya makin dekat... dan akhirnya menempel.
10257Please respect copyright.PENANA4NirT3lpLf
Bagian bawah tubuh Rian menekan pantat Riska. Lembut, seperti sengaja tapi dibalut alasan profesional. Riska sempat kaget... tapi tidak bergerak. Ia bingung—harus menolak atau diam?
10257Please respect copyright.PENANAAl1VMyXgO1
> “Nah, titik tegangnya di sini...” bisik Rian sambil menekan lembut sisi tubuh Riska, dekat ketiaknya yang lembap.
10257Please respect copyright.PENANA1fq6PkVXuq
10257Please respect copyright.PENANAt3gbCKjlm0
10257Please respect copyright.PENANAcwVxUMRnd1
Rian pura-pura fokus, padahal ia sedang menghirup aroma tubuh Riska dari dekat. Peluh segar, asin, dan bau alami perempuan yang belum terkontaminasi parfum.
10257Please respect copyright.PENANAhgGKnJCiY0
> “Rileks ya, Ris... tarik nafas pelan...”
10257Please respect copyright.PENANAzfNcslNdq4
10257Please respect copyright.PENANAkND8YF1ilB
10257Please respect copyright.PENANAUnGkFg8Mn8
Riska menurut. Matanya merem. Nafasnya berat. Entah kenapa, tubuhnya terasa hangat. Ada getaran aneh di bagian bawah perutnya. Ia tak tahu... apakah ini salah?
10257Please respect copyright.PENANAWOGBCQoDWR
Di belakang, Rian makin menekan bagian bawah tubuhnya, gerakan kecil dan pelan... cukup untuk mencari pelepasan. Napasnya mulai memburu. Riska bisa merasakannya—tapi tetap diam. Bingung. Antara takut dan... menikmati?
10257Please respect copyright.PENANAaet0rLJsc9
Dalam hitungan detik, tubuh Rian menegang. Ia menahan erangan, lalu perlahan mundur satu langkah.
10257Please respect copyright.PENANA0To7GdZpgh
> “Sorry... tadi... kebablasan. Tapi kamu luar biasa, Ris.”
10257Please respect copyright.PENANAL8UGxi9xAp
10257Please respect copyright.PENANAWS3PBDqfG1
10257Please respect copyright.PENANAzzjs890Qpv
Riska tak menjawab. Tubuhnya gemetar. Di antara rasa bersalah... ada kenikmatan yang baru ia kenali.
10257Please respect copyright.PENANA5Cfm0aNjDx
10257Please respect copyright.PENANAbqaCEFTr6x
---
10257Please respect copyright.PENANAjAGGcQ7BEx
Malamnya... di rumah
10257Please respect copyright.PENANA6MTtEzLtC2
Riska duduk di ranjang, termenung. Jaka yang sedang mengganti baju, menatapnya heran.
10257Please respect copyright.PENANAwA0ZKiSFh3
> “Kenapa, Sayang? Kamu diem banget.”
10257Please respect copyright.PENANA4uVV89IGR3
10257Please respect copyright.PENANAaN0iVcsWuG
10257Please respect copyright.PENANAFJ6byJisro
> “Aku... aku tadi di kantor... digituin Mas Rian.”
10257Please respect copyright.PENANAxPQeKe7oby
10257Please respect copyright.PENANAiVIl5bcbyg
10257Please respect copyright.PENANAA8FsRxq3SH
Jaka diam. Lalu duduk di sebelah Riska. “Digimanain?”
10257Please respect copyright.PENANAiImQPtmMup
Riska pelan-pelan cerita. Tentang ruangan kecil. Keringat. Sentuhan. Sampai tekanan dari belakang. Ia bahkan mengaku tak menolak, dan... menikmati. Wajahnya merah saat bilang itu.
10257Please respect copyright.PENANAd35tbbKHe1
Jaka menunduk. Matanya kosong sebentar. Tapi bukan marah yang keluar—melainkan napas panjang dan lirih.
10257Please respect copyright.PENANAVLCMY2gslu
> “Pas kamu pulang tadi... aku cium badan kamu. Dan... aromamu itu... asli. Keringatmu. Asem. Tapi... aku malah bergairah.”
10257Please respect copyright.PENANA1zsptrKULK
10257Please respect copyright.PENANAiZad2sDljv
10257Please respect copyright.PENANAeYaMrx664F
Riska menoleh, terkejut.
10257Please respect copyright.PENANAtt2VlwCNwK
> “Mulai sekarang... jangan pake deodoran lagi. Jangan tutupi baumu. Aku suka... kamu yang asli.”
10257Please respect copyright.PENANAaxpEQsFgDv
10257Please respect copyright.PENANAeeOUsad7kq
10257Please respect copyright.PENANArxqFMINPDa
Ia mencium leher Riska—menempelkan bibir di kulit yang masih sedikit basah. Ia menjilat pelan. Riska merem, tubuhnya merinding.
10257Please respect copyright.PENANAwk3Rt4iy8j
Untuk pertama kalinya... ia merasa dilihat sebagai perempuan. Bukan hanya istri. Tapi tubuh, aroma, dan gairahnya... diinginkan.
10257Please respect copyright.PENANAOQeWt9e31U
Dan malam itu... dimulailah perjalanan baru yang lebih liar.