Perubahan Istri alim dan Polos - Sensasi baru

Hasrat yang Tak Terpenuhi

POV Riska

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJckBN18PnD

Tubuhku mungkin terlalu ‘rapi’ untuk ukuran ibu-ibu muda. Kulitku masih putih, nyaris tanpa flek, mungkin karena aku rajin pakai lotion sejak SMA. Payudaraku 36, masih kencang, kadang bikin Nina iri tiap kami ganti baju di ruang ganti kantor. Pinggulku lebar, bokongku penuh—katanya itu bentuk ideal untuk "menggendong kenikmatan", apapun maksud Nina dengan istilah itu.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwXTaf8T4ZS

Wajahku biasa, kata orang sih manis. Tapi kata Mas Jaka, "Wajah kamu tuh adem, Ris. Enak dilihat, nggak pernah bikin capek." Aku senang dengarnya. Tapi entah kenapa, akhir-akhir ini aku ingin ada yang bilang... wajahku menggoda. Nakal. Atau bahkan bikin deg-degan.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMAW7MHPkMJ

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFDNwnl24e9

---

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlZBa7gxz6F

Di kantor, obrolan Nina makin menggila. Hari itu dia cerita sambil makan siomay.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4QlBhVfmXu

“Ris, kamu tahu nggak... batang yang panjang tuh nggak cuma nikmat pas masuk, tapi rasanya beda di dalam. Kayak... ngegesek bagian dalam yang kamu bahkan nggak tahu kamu punya.”

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDnaeA8Guce

Aku nyaris keselek. “Nina!”

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMKBYbAj3A5

Dia ketawa, nyolek lenganku. “Kamu tuh harus belajar ngerasain, bukan cuma nurut.”

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpsjDF7yE5y

Kepalaku menunduk, wajahku panas. Tapi... jujur, ada yang geli dalam perutku.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyaTpCqXRes

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSzQH8N2DAX

---

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqXgVhJRyXU

Sore itu, aku disuruh antar berkas ke ruang Pak Arman. Ruangan sempit, dan dia berdiri di belakangku waktu aku membungkuk menata map.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqraUNsd6sK

Lalu... aku merasakan sesuatu. Ada bagian keras dari tubuhnya menyentuh pantatku. Awalnya cuma singgungan, tapi lalu dia tidak mundur. Bahkan sedikit bergerak. Seolah—menggesek.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZRxFaQtIN9

Tubuhku membeku. Aku ingin menoleh, tapi suara Pak Arman tetap datar, seperti biasa.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡD8l69txtG2

“Yang ini kamu simpan di rak atas ya, Bu Riska.”

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNNgYlS6iF9

Tangannya menunjuk, tapi tetap berdiri dekat. Bagian keras itu terus bersentuhan dengan bokongku.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQh6PPpiXFN

Aku diam.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRSc5RoTYu2

Bukan karena tidak tahu apa yang terjadi... tapi karena aku bingung dengan reaksi tubuhku. Rasanya aneh. Hangat. Merinding. Tapi bukan takut—melainkan seperti digelitik dari dalam.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJhGBe188X2

Dan aku tidak bergerak. Tidak menjauh.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKv0TlShkDf

Ketika akhirnya dia mundur, aku masih berdiri di tempat, jantungku berdegup kencang. Kaki lemas.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡalU8ECWatQ

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeyfKeLifTc

---

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqi9ateJmCY

Setengah jam kemudian, aku ke pantry. Di sana ada Bang Udin, OB kantor yang sedang mengangkat galon.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSl6KWlrLLm

Dia membungkuk, dan aku melihat... sesuatu.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡisvNlNNEKj

Celananya tipis, mungkin terlalu tipis untuk ukuran pria sebesar dia. Dan di baliknya, jelas terlihat bentuk yang—besar. Panjang. Menggantung ke samping. Terlalu nyata untuk diabaikan.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡi0wcMbCPPX

Aku menelan ludah. Pura-pura tidak lihat. Tapi mataku sempat menangkap cukup banyak.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2YlXalYcPE

Bang Udin berdiri dan tersenyum sopan padaku. “Mau dibantu, Bu?”

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXhRPrFdnHY

“Enggak, makasih Bang.”

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTf6JLp86nQ

Aku cepat-cepat keluar.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiCOFEzyFO5

Tapi sepanjang perjalanan ke meja, bayangan itu terus ada di kepala. Aku bahkan tak bisa fokus kerja. Dan yang lebih parah... bagian dalam pahaku mulai hangat.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZFbvbjc3KT

Aku mencoba tahan. Tapi rasanya seperti luka gatal yang tak bisa digaruk.

Malam itu, tubuhku terasa panas sejak sampai rumah. Pikiranku terus dipenuhi oleh sentuhan-sentuhan siang tadi—gesekan dari Pak Arman, bayangan tentang bentuk kelamin Bang Udin yang mencolok, dan obrolan Nina yang masih menggema di telingaku.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXeX8c3I1xI

Mas Jaka mendekat seperti biasa, merangkulku dari belakang saat kami sudah di tempat tidur. Tapi kali ini, pelukannya langsung membuatku gelisah. Ada rasa tegang dan berdebar yang tak biasa.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeWFRfqR4s2

“Kamu capek?” bisiknya sambil mencium leherku pelan.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJOyjB7MASb

Aku menggeleng, “Nggak... aku pengin.”

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFaRN7vuVeK

Suaraku keluar lebih berat dari biasanya.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡITBxtT4G91

Ia tampak senang, langsung membalik tubuhku menghadap ke arahnya. Ciumannya lembut di awal, seperti biasa, tapi aku membalas dengan lebih cepat—lebih rakus. Lidahku menari di bibirnya, tanganku mencengkeram rambutnya. Bahkan aku sendiri terkejut dengan caraku.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsD6sJuipsk

“Ris... kamu kenapa?” gumamnya di sela-sela ciuman.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ28TcxuzSSW

Aku tak menjawab, hanya mendesah. Saat bibirnya turun ke leher dan dada, desahanku keluar tanpa filter.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxW7BtfdDnu

“Ahh... iya... terus... jangan berhenti, Mas... dalam... lebih dalam...”

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBlt1T3JChI

Kata-kataku meluncur begitu saja. Tidak kupikirkan. Tapi aku benar-benar menginginkannya. Tubuhku haus, basah, menegang. Pinggulku bergerak sendiri, menekan ke arahnya, meminta lebih.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqNF5kMEZzX

Jaka tampak kaget. Tangannya gemetar, tapi sorot matanya mulai liar. Dia jarang melihatku seperti ini. Biasanya aku hanya diam atau sesekali menggeliat pelan. Tapi kali ini... aku mengerang seperti perempuan yang tak pernah disentuh bertahun-tahun.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnm4bIOE9Vn

Dan dia suka itu.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡx2t4BALZyN

Masuknya terasa cepat. Mungkin terlalu cepat. Aku langsung menggigit bibir saat dia mendorong dalam. Tapi... bukan karena kenikmatan yang kupikirkan—melainkan karena aku berharap lebih.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiALmVysPIk

“Tuhan... Riska...” desah Jaka, napasnya mulai memburu.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIZ6aC49M3I

Gerakannya makin cepat, makin keras. Aku mencakar punggungnya, membisikkan kata-kata liar tanpa sadar.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9HqqCxQpFU

“Iya... iya Mas... ahh... cepet... dalemin lagi... kencengin... aku mau... mau banget...”

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyBPtHfAnmy

Jaka mendesah keras, peluhnya jatuh di atas tubuhku. Lalu... dia menegang. Tubuhnya berhenti bergerak.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgfEJE2BEmC

Dan aku tahu, dia sudah sampai lebih dulu.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9ui1LbuFeg

Aku terdiam. Nafasku masih berat. Tubuhku masih gemetar, tapi ada sesuatu yang... kosong.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5lk6DeLrZS

Dia mencium keningku. “Kamu luar biasa malam ini...”

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIQtqr9TwPt

Aku tersenyum samar. “Aku... juga ngerasa luar biasa, Mas.”

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuJsKvlw83B

Tapi sebenarnya, di dalam hatiku—ada rasa heran. Kenapa tubuhku belum lega? Kenapa rasanya seperti... belum benar-benar selesai?

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ27ChlzJZry

Aku mencoba menghibur diri. Mungkin ini memang orgasme. Mungkin ini rasanya. Aku belum pernah sekeras ini sebelumnya, jadi wajar kalau rasanya aneh.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0qMgGkRa8i

Tapi ketika Jaka tertidur cepat, pelukannya hangat dan damai... aku hanya bisa menatap langit-langit.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnofNuGH4Ow

Tubuhku terasa panas, tapi belum meledak.

10671Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxRmuHSodfH

Dan untuk pertama kalinya... aku mulai bertanya-tanya:

"Apa benar, tubuhku menanti sesuatu yang lebih besar? Lebih dalam? Lebih mengguncang dari yang pernah kubayangkan?"

LIke dan share ya ke medsos kalian kawan

biar smangat melanjtkan cerita

ns18.116.51.45da2

Sensasi baru

REGISTER

LOGIN

Interface Language:

Story Language: