
Peluh yang Menggoda
11227Please respect copyright.PENANAEwvLoiG8ez
Hari itu kantor terasa seperti oven. AC di lantai dua rusak sejak pagi, dan semua karyawan terpaksa bekerja sambil berkeringat. Riska duduk di mejanya, sesekali menyeka peluh dari leher dengan tisu. Jilbabnya terlihat lembap di bagian dalam, dan seragam kerjanya mulai menempel di kulit.
11227Please respect copyright.PENANAs8FukiuPg3
Ia gelisah, merasa tak nyaman. Bukan karena malu, tapi karena tubuhnya terasa gerah dan bau keringat mulai tercium oleh dirinya sendiri. Ia lupa memakai deodoran hari itu. Tapi ia berusaha tetap tenang.
11227Please respect copyright.PENANAtmEsTHxZB9
Di seberangnya, Rian memperhatikan diam-diam. Pandangannya tajam, penuh niat tersembunyi.
11227Please respect copyright.PENANAjezkGjoF2m
> “Ris, ada waktu bentar? Gue bingung ngisi form buat laporan divisi. Bisa bantuin?”
11227Please respect copyright.PENANAp3GdUR0FHG
11227Please respect copyright.PENANAcvknkECKqk
11227Please respect copyright.PENANAsH35WnFcss
Riska menoleh dan mengangguk cepat. “Boleh, Mas.”
11227Please respect copyright.PENANAYdlvfA98ru
Rian membawanya ke ruang arsip kecil yang sepi dan agak gelap. Tak ada kamera, dan suara dari luar sulit terdengar. Riska berdiri di dekat rak dokumen, sementara Rian berpura-pura mencari berkas.
11227Please respect copyright.PENANABKTRl69ufg
> “Panas banget ya... sampe serasa mandi keringat.”
11227Please respect copyright.PENANAyFVBXAs33i
11227Please respect copyright.PENANAn6WEnk2qW0
11227Please respect copyright.PENANAiHIIwqIrda
> “Iya, Mas... aku juga risih banget. Maaf ya kalau... bau.”
11227Please respect copyright.PENANAwscQVJ7PMe
11227Please respect copyright.PENANAXizWlqD6H9
11227Please respect copyright.PENANAI2SAPuKHEP
Rian tertawa kecil. “Justru... itu bikin kamu beda dari yang lain. Nggak semua cewek bisa kayak kamu—natural.”
11227Please respect copyright.PENANAid7vlITWc3
Riska tersenyum kikuk. “Hehe... gitu ya...”
11227Please respect copyright.PENANA8L0kBDMZpP
> “Eh, kamu sering pegel-pegel nggak sih pas kerja duduk terus?”
11227Please respect copyright.PENANAahwDHLyKiv
11227Please respect copyright.PENANAlF45NpGzRd
11227Please respect copyright.PENANACyWkgGOtaL
> “Lumayan sih... kenapa?”
11227Please respect copyright.PENANA63kBuz5WYa
11227Please respect copyright.PENANAGnsoaaJt8k
11227Please respect copyright.PENANAbdkONA63P9
> “Gue pernah belajar dikit soal pijat ringan. Mau coba?”
11227Please respect copyright.PENANAMphAZsdy2u
11227Please respect copyright.PENANAGwptowncuZ
11227Please respect copyright.PENANA8qk0tzQM6Q
Riska ragu. Tapi karena merasa nggak enak menolak dan karena Rian terdengar yakin, ia mengangguk pelan.
11227Please respect copyright.PENANAFtamdyHlak
> “Oke, tapi jangan keras-keras ya... aku gampang geli.”
11227Please respect copyright.PENANAA4WXmBFlev
11227Please respect copyright.PENANAb86e4sUpau
11227Please respect copyright.PENANAMd5H4RQcXS
> “Tenang... gue pelan.”
11227Please respect copyright.PENANANLnlrCFq0T
11227Please respect copyright.PENANAGvddnmEKTE
11227Please respect copyright.PENANAEdF4kcN7yS
Rian menyuruh Riska berdiri dan mengangkat tangan tinggi. Ia berdiri di belakang Riska, memandunya pelan seolah gerakan peregangan. Tubuhnya makin dekat... dan akhirnya menempel.
11227Please respect copyright.PENANAyxhAyGPesm
Bagian bawah tubuh Rian menekan pantat Riska. Lembut, seperti sengaja tapi dibalut alasan profesional. Riska sempat kaget... tapi tidak bergerak. Ia bingung—harus menolak atau diam?
11227Please respect copyright.PENANAZ4ZRaCqlfW
> “Nah, titik tegangnya di sini...” bisik Rian sambil menekan lembut sisi tubuh Riska, dekat ketiaknya yang lembap.
11227Please respect copyright.PENANA1RslQOfB5w
11227Please respect copyright.PENANAHZjp1lsIJv
11227Please respect copyright.PENANAE0YtBxJmUX
Rian pura-pura fokus, padahal ia sedang menghirup aroma tubuh Riska dari dekat. Peluh segar, asin, dan bau alami perempuan yang belum terkontaminasi parfum.
11227Please respect copyright.PENANAoAbUY9hM4u
> “Rileks ya, Ris... tarik nafas pelan...”
11227Please respect copyright.PENANA0b3qyinHYE
11227Please respect copyright.PENANAdu5nzpC6lM
11227Please respect copyright.PENANAFins5sDLmj
Riska menurut. Matanya merem. Nafasnya berat. Entah kenapa, tubuhnya terasa hangat. Ada getaran aneh di bagian bawah perutnya. Ia tak tahu... apakah ini salah?
11227Please respect copyright.PENANAXgbAmsCjqD
Di belakang, Rian makin menekan bagian bawah tubuhnya, gerakan kecil dan pelan... cukup untuk mencari pelepasan. Napasnya mulai memburu. Riska bisa merasakannya—tapi tetap diam. Bingung. Antara takut dan... menikmati?
11227Please respect copyright.PENANAz7CJjtfKKn
Dalam hitungan detik, tubuh Rian menegang. Ia menahan erangan, lalu perlahan mundur satu langkah.
11227Please respect copyright.PENANAFnTuy6DNPU
> “Sorry... tadi... kebablasan. Tapi kamu luar biasa, Ris.”
11227Please respect copyright.PENANA4WI2OC5RJb
11227Please respect copyright.PENANAds6zZkHMDN
11227Please respect copyright.PENANAMrijCBN9T4
Riska tak menjawab. Tubuhnya gemetar. Di antara rasa bersalah... ada kenikmatan yang baru ia kenali.
11227Please respect copyright.PENANA5rc2qs8UCj
11227Please respect copyright.PENANAaytfywZhLS
---
11227Please respect copyright.PENANAFHWEPH8Y9w
Malamnya... di rumah
11227Please respect copyright.PENANA6czjLCClea
Riska duduk di ranjang, termenung. Jaka yang sedang mengganti baju, menatapnya heran.
11227Please respect copyright.PENANAA40CF8R35q
> “Kenapa, Sayang? Kamu diem banget.”
11227Please respect copyright.PENANAzYm58FMPae
11227Please respect copyright.PENANAEYqTTtnW3n
11227Please respect copyright.PENANAB60c7mb76e
> “Aku... aku tadi di kantor... digituin Mas Rian.”
11227Please respect copyright.PENANAfDpJVMwiRH
11227Please respect copyright.PENANAZcuPcNa9Lr
11227Please respect copyright.PENANASV2hvVk4Qm
Jaka diam. Lalu duduk di sebelah Riska. “Digimanain?”
11227Please respect copyright.PENANAZzTcYRixqY
Riska pelan-pelan cerita. Tentang ruangan kecil. Keringat. Sentuhan. Sampai tekanan dari belakang. Ia bahkan mengaku tak menolak, dan... menikmati. Wajahnya merah saat bilang itu.
11227Please respect copyright.PENANAodQ0jtsSWE
Jaka menunduk. Matanya kosong sebentar. Tapi bukan marah yang keluar—melainkan napas panjang dan lirih.
11227Please respect copyright.PENANAQzzV08sSJM
> “Pas kamu pulang tadi... aku cium badan kamu. Dan... aromamu itu... asli. Keringatmu. Asem. Tapi... aku malah bergairah.”
11227Please respect copyright.PENANAxKoM0ZU86I
11227Please respect copyright.PENANAh18RznuSAV
11227Please respect copyright.PENANAeOAc4CvyWl
Riska menoleh, terkejut.
11227Please respect copyright.PENANAjWjR08hJ45
> “Mulai sekarang... jangan pake deodoran lagi. Jangan tutupi baumu. Aku suka... kamu yang asli.”
11227Please respect copyright.PENANAr2GfeqTcDy
11227Please respect copyright.PENANAzTBywwt9v6
11227Please respect copyright.PENANAI8TO24cnMs
Ia mencium leher Riska—menempelkan bibir di kulit yang masih sedikit basah. Ia menjilat pelan. Riska merem, tubuhnya merinding.
11227Please respect copyright.PENANAtL3leTJwsZ
Untuk pertama kalinya... ia merasa dilihat sebagai perempuan. Bukan hanya istri. Tapi tubuh, aroma, dan gairahnya... diinginkan.
11227Please respect copyright.PENANAKzuyBLBWkb
Dan malam itu... dimulailah perjalanan baru yang lebih liar.