Namaku Restiana Nur Hasanah, biasa dipanggil Resti. Usiaku 23 tahun. Aku adalah istri dari seorang pria bernama Hendra Pratikno. Suamiku itu adalah seorang pegawai swasta kelas menengah, di sebuah Perusahaan Tambang. Secara fisik, penampilanku biasa-biasa saja, tubuhku tidak tinggi namun sintal dan montok, kulitku putih dan sekilas mirip orang cina. Rambutku agak panjang dan sedikit bergelombang, dan biasa kubiarkan terurai hingga pundak.
Pernikahan kami sudah berjalan selama hampir satu tahun, namun kami masih belum dikaruniai momongan. Itu bukan karena kami sengaja menundanya, melainkan karena Mas Hendra mengalami gangguan ereksi. Meski demikian, kami menjalani hidup dengan bahagia di sebuah rumah sederhana peninggalan almarhum orang tua suamiku, walaupun kami mulai menabung untuk membeli rumah di sekitar kota, dekat kantor Mas Hendra. Dan soal keturunan, sebenarnya aku dan Mas Hendra sering bercinta, tapi menurut dokter, sperma Mas Hendra tidak sanggup masuk ke dalam rahimku sehingga aku sulit hamil. Sering kali saat penisnya baru masuk setengahnya, ia sudah keluar duluan. Untuk masalah ini, aku harus benar-benar bersabar. Namun demikian, aku tetap sayang dan mencintai Mas Hendra apa adanya.1799Please respect copyright.PENANAUrRUnJUwRp
Tapi ada satu hal yang selalu membuat kebahagiaan kami terusik. Di belakang rumah kami, ada seorang laki-laki yang dikenal sebagai preman kampung, namanya Norman, mungkin usianya hanya selisih beberapa tahun di atasku. Dia belum menikah. Sebenarnya dia sudah tinggal di kota, dan bekerja sebagai mandor proyek. Norman sering berkunjung kesini karena ada ibunya yang sudah tua. Bila sedang disini, dia selalu membuat rusuh dan ribut. Tidak hanya suamiku, namun seluruh penduduk kampung sini sangat takut dan segan kepada Norman.
Pernah saat kami sedang jalan berdua, kami berpapasan dengan Norman. Mas Hendra bersikap sopan kepadanya. Namun, Norman malah membentaknya. Dia mengeplak kepala Mas Hendra di depan mataku. Norman meminta uang. Mas Hendra buru-buru menyerahkan uang 50 ribu yang ada di kantongnya. Sejak saat itu Norman sering bersikap semena-mena terhadap Mas Hendra. Sudah tak terhitung lagi banyaknya si Norman memalaknya. Mas Hendra tidak berani melawan, ia memang seorang yang lembut dan tidak suka cari ribut. Tubuh Norman begitu kekar. Kabarnya, Norman juga bekerja di pedalaman Kalimantan selama beberapa tahun ini. Mungkin itulah yang membuat tubuhnya kekar dan berisi.
Pada suatu Sabtu, Norman lagi-lagi berbuat ulah. Saat itu baru jam 9 pagi. Aku dan Mas Hendra sedang bersantai di ruang tamu. Tiba-tiba Norman masuk ke dalam rumah, dan memaksa aku untuk ikut dengannya ke kota, untuk menghadiri acara pernikahan anak Bos-nya. “Hen, Gue minjem bini lo.. buat nemenin gue kondangan!!” begitu katanya. Mas Hendra dan aku mencoba menolaknya dengan halus, tapi Norman malah menggampar Mas Hendra.
Akhirnya aku buru-buru menyanggupi permintaannya sebelum Norman menyiksa Mas Hendra lebih jauh lagi. Aku pun segera masuk ke kamar untuk berganti baju.. Yang langsung terlihat olehku di dalam lemari adalah baju ketat terusan dengan bagian bawah yang sangat pendek. Tapi karena buru-buru dan tidak ada pilihan lain, aku akhirnya memakai baju yang terlihat seksi tersebut. Norman yang nekat masuk ke kamarku sambil merokok, terperangah melihatku berpakaian seperti ini. Kelihatan sekali wajahnya sangat terpesona dengan penampilanku, karena dia sempat memfotoku dengan hape-nya sebelum menggandeng tanganku untuk keluar kamar. Mas Hendra yang berusaha menutupi keterkejutannya melihat aku dan ketakutannya pada Norman, melepas kepergianku sambil mengecup keningku. Ia meminta maaf karena tidak bisa berbuat apa-apa. Aku berusaha menghiburnya supaya dia tidak terlalu merasa bersalah. Tapi jujur, ada suatu rasa yang tidak bisa aku gambarkan, sedang berkecamuk di dalam hatiku. Antara rasa takut, geram, kecewa dengan suamiku, namun ada rasa bangga entah akan apa.
Aku membonceng motor milik Norman dengan posisi menyamping. Berkali-kali aku berusaha menutupi paha ku yang tersingkap. Tapi percuma. Jalanan yang kami lewati begitu buruk. Aku terpaksa berpegangan pada pinggang Norman supaya tidak terjatuh. Luar biasa.. perut, pinggang dan bagian belakang tubuh si preman ini terasa kokoh sekali. Benar-benar badan seorang pria sejati. Tapi dengan bergidik, aku segera menepis kekaguman sesaat itu.
Sesampainya Aku dan Norman di acara pernikahan, banyak sekali yang menegur preman ini.. dan semuanya dijawab dengan ramah. Aku benar-benar terkejut melihat perubahan mendadak ini. Bahkan kesan preman benar-benar hilang dari wajah dan penampilannya. Norman sangat bersikap sopan dan selalu tersenyum. Ketika ada yang bertanya kepadanya perihal diriku, Norman dengan sopan mengatakan kalau aku adalah calon istrinya. Orang itu malah memujiku dan mengatakan betapa beruntungnya aku menjadi calon istrinya Norman. Aku cuma menanggapi itu semua dengan senyuman kikuk..1799Please respect copyright.PENANAyFZPqTK5W0
Jam 1 siang..
Cukup lama kami berada di tempat hajatan itu. Namun setelah menikmati hidangan, ngobrol-ngobrol dan bersalam-salaman, Norman mengajakku pergi. “Selamat ya Mbak Resti.. Undangan kawinannya ditunggu lho..” begitu kata orang-orang itu ketika aku berpamitan. Aku menjawabnya dengan anggukan dan senyuman terpaksa, sambil menjawab dengan gugup.. “Iya.. iya..” kataku.1799Please respect copyright.PENANAKEZ1YRsZRB
Di tengah perjalanan, tiba-tiba Norman berhenti, lalu menelepon seseorang. “Ndes, lo di mana? Gue pinjem rumah lo ya.. Kuncinya di tempat biasa kan?” ujar Norman dengan temannya di ujung telepon sana. Setelah itu, ia menutup telepon, lalu melanjutkan perjalanan. Di sebuah persimpangan jalan raya, ia membelokkan sepeda motor ke arah sebuah jalan kecil yang agak berbatu.. dimana di sekelilingnya hanya ada kebun dan ladang milik orang.
“Kita mau ke mana, Bang?” tanyaku dengan jantung berdebar-debar.1799Please respect copyright.PENANAPbymzpGyqN
“Sudah, ikut aja! Nggak usah banyak tanya!” bentak Norman. Aku langsung terdiam karena takut. Setelah beberapa lama, kami tiba di sebuah rumah. Kanan-kirinya hanya ada kebun jagung. Norman mengambil kunci di dalam sebuah pot kembang, lalu membuka pintu. Ia menarik tanganku dengan kasar, dan menyuruhku masuk ke dalam. Aku sempat memberontak. Tapi, Norman terlalu kuat sehingga ia bisa menarikku ke dalam. Rumah itu ternyata hanya sebuah kamar berukuran 5×4 m yang dilengkapi dengan sebuah kamar mandi. Di kamar itu ada sebuah kasur tanpa tempat tidur. Aku dipaksa untuk duduk di situ. Ketakutanku adalah, Norman akan memperkosaku disini. Aku beneran merinding memikirkan hal tersebut. Setelah menutup pintu, tiba-tiba Norman membuka bajunya. Sesaat aku tertegun melihat dadanya yang begitu bidang dan perutnya yang kotak-kotak. Lalu, Norman mendorong aku sehingga aku terbaring di kasur, lalu berkata, “Res, buka bajumu. Jangan teriak atau suamimu aku bantai!”
Aku tersentak dan berusaha memberontak. Pikiran negatifku terbukti, ia hendak memperkosaku! Tapi, aku tidak berani untuk berteriak. Norman berusaha keras untuk mencium bibirku, tapi aku menolaknya dengan menggeleng-gelengkan kepala. “Jangan Bang… jangan… kumohon!!” aku mengiba dan terisak. Aku mencoba mendorong tubuhnya, Tapi tenaganya terlalu kuat. Ditambah dia semakin memperjelas ancamannya kepada suamiku.1799Please respect copyright.PENANAfBV9SIC71C
Akhirnya dengan kepasrahan yang aku paksakan, aku mulai membuka baju. Norman mengawasiku sambil membakar merokok. Matanya terlihat nanar, seperti mata binatang liar yang akan melahap mangsanya. Aku berusaha keras menutupi bagian berharga dari tubuhku yang sekarang hanya tinggal tertutup beha dan celana dalam saja. Norman tersenyum sinis, sambil berusaha memeluk dan mencoba mencium bibirku lagi. “Bang... jangan.. tolong...”
Tanpa mempedulikan permohonanku. ia terus berusaha menyosor bibirku. Pada sebuah kesempatan, akhirnya ia berhasil melumat bibirku. Tangannya yang kasar itu memeluk tubuhku dengan kencangnya. Dan Ia melakukan itu dengan tegas khas lelaki perkasa. Walaupun sesekali ia juga melakukannya dengan lembut. Aku benar-benar dibuat belingsatan. Aku mati-matian berusaha menahan serangannya sambil mempertahankan kehormatanku.
Tapi, aku tidak bisa menipu diri sendiri. Entah kenapa, aku terbius dengan perlakuan Norman. Dan akhirnya, tanpa aku sadari, aku mulai membalas ciuman Norman yang menggairahkan itu.
Bahkan ketika Norman melepas beha-ku, aku tidak menolaknya sama sekali!. Aku sudah terbaring pasrah diatas kasur. Lalu Norman mengangkat kedua tanganku, dan ciumannya mengarah ke ketiak dan puting susuku. Dia terus menjilati pentilku, sambil meremas-remas buah dadaku bergantian. Sesekali tangannya juga meraba-raba perutku dengan lembut. Oh, rasanya nikmat sekali. Aku menggigigit bibir bawahku karena keenakan. Aku membatin, “Mas Hendra…maafkan aku..” isakku dalam hati. Aku merasa bersalah sekali. Aku telah membiarkan orang lain yang bukan suamiku menjarah, mencumbu serta menikmati semua bagian tubuhku. Padahal, selama ini yang boleh melakukannya hanya Mas Hendra, suamiku. Tapi, aku membela diri dengan alasan, aku tidak punya pilihan lain. Jika memberontak, bisa saja Norman membunuhku di tempat yang sepi ini. Bahkan mungkin akan membunuh suamiku. Nafsu pun semakin menguasaiku. Aku mulai meremas-remas kepala Norman sambil mendesah-desah.
Ciuman Norman terus turun hingga akhirnya mencapai perutku. Aku mengerang keenakan. Tangannya yang kokoh itu mencoba melepaskan celana dalam warna hitam yang aku pakai. Tapi bukannya melawan, aku malah mengangkat bokongku supaya celana dalamku mudah dilepas. Kini aku benar-benar telanjang bulat. Norman seketika berhenti dan terdiam. Lalu secara perlahan, dia membuka kedua pahaku, lalu mengamati vaginaku yang ditumbuhi bulu-bulu lembut dan tipis, yang selalu kurawat. Rupanya vaginaku sudah basah. Aku merasa malu sekali. Norman adalah lelaki pertama yang melihat alat kelaminku selain suamiku sendiri.
“Res.. memekmu bagus banget! Gurih sekali kelihatannya..” ujar Norman dengan nada kagum.
“Te.. terima kasih.. B.. b.. bang..” aku tersipu malu mendengar kata-kata pujiannya. Lalu dia membuka bibir vaginaku dengan jarinya.
“Itilmu pernah ada yang jilatin?” tanyanya lagi.
Aku yang tidak mengerti pertanyaan Norman hanya bertanya, “Maksudnya?”
Tiba-tiba, kepala Norman masuk ke pangkal pahaku, lalu mencium dan menjilati vaginaku. “Aaakhhh…ssshhh” aku yang kaget dengan perlakuan itu hanya bisa menjerit kecil sambil menggigit bibir. Baru kali ini liang kewanitaanku dicumbui dengan mulut dan lidah lelaki. Bahkan Mas Hendra pun belum pernah melakukannya sama sekali. Aku serasa terbang di awang-awang. Rasanya sungguh nikmat.1799Please respect copyright.PENANAvj6xB2VRrB
Norman sepertinya tahu di mana titik-titik sensitif seorang wanita. Saat itu aku benar-benar hampir tidak mempedulikan statusku lagi sebagai istri orang. Aku mengencangkan kedua pahaku hingga kepala Norman jadi agak terjepit. Meski demikian, hal itu tidak menganggu aktivitasnya. Ia tetap menjilati kelentitku dan menyeruput cairan kewanitaanku yang keluar semakin deras, sementara jarinya keluar masuk vaginaku dengan beringas. Aku tidak bisa membayangkan, apa yang terjadi jika Mas Hendra melihatku dalam kondisi seperti ini. Apakah ia akan diam saja atau melawan Norman? Ah, aku tidak mampu membayangkan.1799Please respect copyright.PENANALSLmtu1Ly5
Tak beberapa lama kemudian, Norman berhenti menjilati liang kewanitaanku. Lalu dia berdiri dan melepas celana panjangnya. Aku gak tau harus ngomong apa ketika aku melihat gundukan besar daging dibalik celana dalamnya. Daann... Masyaallaahh... bahkan leher dan kepala penisnya sampai menyembul keluar dari balik celana dalamnya.
Sepertinya Norman sengaja berlama-lama berbuat demikian untuk membuatku kagum dan terpesona. Dan ketika akhirnya Norman melepas celana dalamnya, aku hanya bisa berucap dalam hati, “Subhanallah...!!” sambil kelihatan sekali kalau aku menelan ludah. Batang kejantanan Norman besar sekali.. Tegak, kencang, kokoh, gagah, melengkung ke atas, dan urat-uratnya benar-benar terlihat keras, sangat serasi dengan tubuhnya yang hitam kekar itu. Sempat terbersit pikiran liar di kepalaku, seandainya barang itu dipaksa masuk ke dalam liang kewanitaanku yang mungil ini, Apakah bisa masuk semua? Akan terasa sakit atau malah nik.. Aaahh.. jauh-jauh aku buang pikiran itu..
Norman membimbingku untuk bangun, dan memintaku dengan sopan untuk berlutut dihadapannya.. di hadapan batang zakarnya yang besar itu, lebih tepatnya. Setelah sedikit memainkan dan memutar-mutarkan batangannya itu, dia segera merabakannya ke mulut dan wajahku.. bahkan dia sempat menoel hidungku yang bangir ini dengan kepala zakarnya. Lalu dia memintaku membuka mulut untuk mengulum dan menjilati batangannya itu.. “Masukin ke mulutmu Res.. isep.. nikmatin kontolku pake mulutmu!” katanya.
Dengan herannya, aku menuruti kemauannya, walaupun dengan setengah terpaksa. Lagi-lagi ini adalah pengalaman pertamaku. Aku mencium kepala penis Norman dengan canggung, lalu mulai mengulumnya. Rasanya asin. Norman sepertinya suka sekali dengan cara mulutku memanjakan kontolnya.1799Please respect copyright.PENANAuEYPQvEn0i
Tangannya meremas lembut kepalaku, menjambak pelan rambutku, dan sesekali menyingkirkan helai rambut yang terjatuh menutupi mukaku. Tiba-tiba saja aku merasa hina. Aku adalah seorang istri baik-baik, tapi sekarang malah mengulum zakar seorang preman yang amat kubenci. Bahkan aku tidak pernah melakukan hal ini pada suamiku sendiri. Tak lama kemudian, Norman menarik penisnya dari mulutku, lalu melumat bibirku. Namun sekali lagi dengan herannya, aku membalas ciumannya itu dengan penuh gairah. Lidahku dan lidahnya saling terpagut.
Aku tidak tahu apa yang terjadi denganku, semuanya berjalan begitu cepat. Tanganku secara spontan merangkul kedua lehernya. Siapapun yang melihat kami pasti sepakat bahwa adegan ini adalah adegan suami istri yang sedang memadu kasih.. sedang bercinta. Atau paling tidak, adegan dari sepasang sejoli yang sedang memanjakan birahi.. bukan merupakan sebuah pemerkosaan.
Norman lalu menidurkanku, dan membuka kedua pahaku yang sintal dan padat berisi. Vaginaku pun terbuka lebar. Rambut hitam yang ada disekitar bibir vaginaku terlihat halus dan rapih, tampak kontras dengan pahaku yang putih. Aku sudah benar-benar pasrah. Ia menjilati leher dan ketiakku, lalu perlahan-lahan mulai menggosok-gosokkan kepala penisnya di kelentit vaginaku. “Jangan… jangan….” di mulut, memang aku menolak, bahkan pinggulku sedikit meronta untuk menghindari disetubuhi olehnya, namun yang nggak aku sangka, otakku memerintahkan kakiku untuk terus mengangkang lebar-lebar, karena vaginaku sudah terasa gatal sekali.
Di satu sisi, hati nuraniku berkata untuk menjaga kesucianku sebagai istri Mas Hendra. Tapi di sisi lain, otak dan tubuhku penasaran sekali ingin merasakan zakar raksasa milik Norman yang jauh lebih besar, jauh lebih panjang dan jauh lebih gagah dari milik suamiku sendiri. Bahkan liang kewanitaanku seperti sudah tak sabar ingin segera di masuki dan di rojok oleh batang zakar itu..
“Res... apa ini namanya?” tanya Norman seraya memukul-mukul lembut bibir vaginaku dengan penisnya. Aku tidak menjawab. “Restii.. jawab!” sahutnya lagi agak membentak. Aku kaget sekali dengan perubahan nada bicaranya.
Aku hanya menjawab dengan pelan, “Titit..”
“Hah? Apa?” bentaknya lagi.
Aku kembali menjawab dengan pelan, “kontol...”
“Yang keras dong sayang...” ujar Norman, kali ini dengan lembut, seraya menggosok kelentitku dengan ibu jari tangan kanannya.. “Ulangi lagi..!!”
“KONTOL!” jawabku singkat dan tegas.
“Hahahaha... bagus!” Ujar Norman sambil tertawa. “Tadi di tempat kondangan, aku kan bilang ke orang-orang kalau kamu adalah calon istriku, iya kan?” lanjut Norman. Aku hanya mengangguk-angguk lemah. “Sekuat apapun kamu menolak, sekarang memekmu sudah basah Res.. Dan kontolku mau masuk ke dalam memek ‘calon istrinya’... boleh kan?” Tanyanya dengan nada agak memaksa. Aku yang sudah dalam keadaan begini, tidak menjawab. Aku hanya mengangguk lemah memberikan persetujuan. Daann....
“Aaaaaaah….” Aku menjerit tertahan saat kontol Norman berhasil masuk ke liang kenikmatanku. Walaupun sepertinya hanya baru setengahnya saja. Aku menengadah dan membusungkan dadaku. Nikmatnya sungguh tidak terkatakan! Selanjutnya Norman mulai menggenjotku. Aku mendesah-desah dengan penuh gairah saat kontol Norman menikmati jepitan kelaminku yang sempit ini. Tubuhnya bersimbah peluh. Begitu pula dengan tubuhku. Saat itu, aku sudah tidak bisa mendengarkan hati nuraniku lagi, aku hanya bisa larut dalam nikmatnya birahi terlarang ini. Setelah beberapa lama, wajah suamiku seperti sudah benar-benar hilang dari pikiranku. Kemudian Norman meminta berganti posisi.
Dia menyuruhku menungging, dan mulai menggenjotku dari belakang. Tangannya mencengkeram kedua pinggangku. Desahanku pun semakin keras saja karena ini juga adalah pertama kalinya aku di senggamai dengan posisi ini. Rasanya nikmat banget. Aku bahkan sudah hampir tidak peduli lagi, bila sampai ada orang yang mendengarnya. Tubuhku mulai meliuk-liuk tak beraturan.
Setelah beberapa lama, kami berpindah posisi lagi. Kali ini aku kembali berada di bawah, sementara Norman menggenjotku dari atas sambil mengamati wajahku yang terlihat memerah karena keenakan. Aku merasa malu sekali dipandangi dalam keadaan seperti ini. Tapi, aku sudah tidak peduli lagi. Aku malah menyunggingkan senyum, yang aku yakin malah terkesan nakal dan menggoda. Norman membalas senyumanku. Disinilah aku baru menyadari bahwa, Norman punya paras wajah yang sebenarnya cukup enak dilihat. Sangat laki-laki sekali. Nggak ganteng memang, namun jauh dari wajah sangar yang sering ia tampilkan tiap hari. Aku kemudian merangkulkan tanganku di lehernya. Lalu Norman meminta aku untuk membuka mulutku. Untuk apa aku tidak tahu, tapi aku menurut saja. Setelah mulutku terbuka, Norman meludah kedalam mulutku.. tidak dengan kasar, tapi dengan sangat lembut dan berkesan seksi. Tiga kali ia melakukan hal itu, aku menelannya dengan sadar. Lalu ia melumat mulutku dengan beringas. Disinilah aku kalah…1799Please respect copyright.PENANAmKbNMHRn1z
Aku hampir orgasme karena perlakuan Norman, namun lelaki ini masih saja terus menggenjotku dengan beringas, “Lebih cepat lagi, Bang… lebih cepat lagi….” Ujarku, lirih. “Nanti keluarin di luar, ya Bang.” lanjutku lagi sambil terengah-engah. Tak disangka, Norman malah memperlambat genjotannya. Hal ini malah membuatku belingsatan.
“Ayo Bang, dicepetin lagi tolong bang..” aku menatap Norman dengan pandangan sayu sambil memohon kepadanya, sungguh aku benar-benar merendahkan harga diriku sendiri.
“Aku mau ngeluarin di dalem. Boleh, kan? Kamu kan belom punya anak. Aku aja yang hamilin kamu ya..” kata Norman sambil menyeringai. Aku tersentak kaget. Ucapannya terdengar sangat kurang ajar.
“Jangan, Bang! Aku mohon, keluarin di luar aja,” ucapku, sambil berusaha menggoyang-goyangkan pinggulku sendiri, sebab genjotan Norman menjadi sangat lambat. Norman diam saja, bahkan akhirnya benar-benar menghentikan genjotannya.
“Bang, ayo Bang….” aku benar-benar memohon kepadanya supaya dia melanjutkan genjotannya. Seperti ada sesuatu yang mau meledak di dalam vaginaku, tapi tertahan sehingga membuatku gelisah. Norman malah mengeluarkan batangannya dan memain-mainkannya diatas vaginaku. Aku yang sudah tidak tahan lagi, berkata dengan lirih dan pasrah kepadanya, “Ya udah, Abang boleh keluarin di dalem.”
“Apanya Res? Ngomong yang jelas!” seru Norman.
“Sperma kamu..”
“Apa?” tanyanya lagi.
“Peju.. peju kamu keluarin di dalem aja!” ujarku dengan kesadaran penuh.
Rupanya aku benar-benar sudah dikuasai nafsu sehingga mengucapkan kata-kata itu, betapa murahnya aku menyadari diriku menjadi seperti ini. Norman tersenyum penuh kemenangan, seraya berkata, “Kamu yang minta ya Res... jangan salahin aku kalo kamu hamil.. hahahaha...” lalu dia kembali memasukkan batangannya dan menggenjot vaginaku, yang sepertinya sudah mulai bisa beradaptasi dengan ukuran zakarnya. Aku menganggguk mengiyakan kata-katanya sambil mendesah-desah tak karuan.
“Sedikit lagi… sedikit lagi… ayoo Baang….” aku terus menyerocos. Aku mulai mendekati puncak kenikmatan. Belum pernah aku merasakan proses yang sedemikian hebat ini, sebab selama ini Mas Hendra tidak mampu melakukannya. Sepertinya Norman juga mau keluar. Ia memelukku dari atas, lalu melumat bibirku. Aku membalas ciumannya dengan panas. Aku pun memeluk punggungnya dengan erat. Dadaku menempel dengan erat di dadanya yang kekar.
Sementara kedua kaki jenjangku aku lingkarkan dipinggangnya dengan kencang sekali. Norman semakin mempercepat genjotannya. Desahanku semakin keras, tapi tidak terdengar jelas karena bibirku sedang dilumat oleh Norman. Beberapa detik kemudian….
“AAAaaahhhh!!!” aku menjerit sambil membusungkan dada. Tubuhku melengkung ke atas. Pangkal pahaku bergetar hebat. Jari-jari tanganku mencengkeram punggung Norman dengan kuat. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Kenikmatan yang belum pernah aku rasakan. Aku benar-benar terbang ke puncak kenikmatan dunia. Tubuh Norman juga terasa bergetar. Rupanya kami orgasme bersama-bersama. Sperma milik preman itu memancar dengan kuat dan deras membanjiri liang kehormatanku. Sampai 5 kali si Norman mengejan untuk menyemprotkan spermanya. Aku telah membiarkan cairan kelelalakian orang yang bukan suamiku ini masuk ke dalam vaginaku. Kami sama-sama diam, mungkin masih menghayati sisa-sisa kenikmatan yang ada. Napas kami terengah-engah.
Setelah itu, Norman mencabut kontolnya dari dalam memekku, aku merasa ada cairannya yang mengalir keluar. Aah.. pejunya Norman.. mungkin memekku yang sempit ini tidak muat menampung semua lahar panasnya. Norman lalu menciumku mesra, dan aku hanya bisa membalasnya dengan kuluman lembut pada bibir bawahnya.1799Please respect copyright.PENANAjSe8c6ICGd
Tiba-tiba aku ingat bahwa aku sudah terlalu lama pergi. Mas Hendra pasti mencariku. Aku lihat jam, sudah jam ½ 5 sore. Supaya suamiku tidak curiga, aku sengaja menelfonnya. Bang Norman juga mengizinkan. Sambil masih berbaring di atas kasur, aku segera menelfon suamiku. Dengan nada bicara yang sangat aku jaga, aku berbicara dengan Mas Hendra. Norman yang melihat hal ini, segera bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Aku berbicara dengan suamiku sambil meraba selangkanganku yang terasa sangat penuh. Dan benar saja, pas aku masukkan jariku, ada banyak sperma Norman yang mengalir keluar. Menyikapi hal ini, dengan terburu-buru aku mematikan hape. Setelah menarik nafas panjang, aku segera bangun dan berjalan menuju kamar mandi untuk menyusul si Norman membersihkan diri.
Dalam diam, kami membersihkan tubuh kami masing-masing, walaupun dia akhirnya menyabuni dan membilas tubuhku. Jujur aku mengakui.. saat ini, Norman sangat berwibawa sekali. Dia bersihkan setiap jengkal tubuhku dengan lembut. Setelah selesai, kami pun bergantian mengeringkan tubuh kami dengan satu-satunya handuk yang ada di rumah biadab ini. Lalu, sebelum kami keluar dari kamar mandi, kami sempat berpelukan dengan mesra sekali. Bahkan aku sempat mengulum bibirnya. Setelah itu, sambil dia menggandengku, kami menuju ruangan dimana aku tadi di eksekusi, untuk kembali mengenakan pakaian.
Baru saja kami sampai di kamar itu, hapeku berbunyi. Rupanya suamiku menelfonku, mungkin karena tadi pembicaraan kami terputus tiba-tiba. Setelah meminta persetujuan Bang Norman, aku mengangkat hape dan kembali berbicara dengan suamiku. Sambil demikian, Norman mengambil semua pakaianku. Dia memakaikan celana dalam dan beha-ku. Bahkan memakaikan kembali terusanku. Sementara suamiku sedang menasihati aku supaya berhati-hati. Jangan sampai aku lengah, hingga bisa di lecehkan oleh Norman. Dia benar-benar meminta maaf karena tidak sanggup menjagaku.
Aku hanya membatin.. aku sudah bukan di lecehkan lagi, Mass.. Aku menarik nafas panjang dengan kesadaran bahwa tubuhku sudah di nodai. Dan gilanya, aku menikmati semuanya..
Setelah aku selesai berbusana kembali, gantian Norman yang memakai baju. Aku tahu aku sedang berbicara dengan suamiku di telfon, tapi wajahku tidak bisa menyembunyikan kekagumanku pada batang kontol Norman yang sekarang menggantung lemah, walaupun masih saja terlihat besar. Norman yang baru saja akan memakai celana dalamnya, melihat aku memperhatikannya. Dia malah tidak jadi memakai celana dalamnya, kemudian dia duduk di kursi dan mengocok lembut batangan besarnya itu seraya menyunggingkan senyum yang terlihat nakal dan penuh kemenangan. Lalu dia menyodorkan batangannya itu kearahku. “Res.. cium kontolku.. bilang terima kasih!” bisiknya tegas. Sambil berbicara dengan suamiku, aku berlutut untuk mengecup... tidak hanya itu.. aku juga menggenggam, mengocok lembut, bahkan menjilati leher dan mengulum kepala kontolnya. Karena menurutku mengganggu, makanya aku segera menutup pembicaraanku dengan suamiku ditelfon, sementara dia sedang berbicara.1799Please respect copyright.PENANAirbTyWK5U3
Sedang enak-enaknya mengulum, tiba-tiba pintu rumah di ketok. Rupanya, temannya Bang Norman sudah balik. Bang Norman hanya memakai celana dalamnya dan beranjak ke depan untuk membuka pintu. “Nor.. udah selesai?” tanya temannya sambil tersenyum.
Bang Norman tertawa seraya membakar rokok. “Udah… sekali aja dulu. Anggap aja perkenalan.. hahahaha….”
Lalu temannya itu melihatku dengan tatapan seolah ingin menerkam. “Gileee… barang kayak gini, gue juga mau..” ujarnya sambil mengelus selangkangannya. “Boleh nggak gue nyobain?” lanjutnya.
“Berani megang, gue hajar lo!” sahut Bang Norman pura-pura marah.1799Please respect copyright.PENANASfRwitiurM
“Eh.. lo udah kawin?” tanya si Bondes, teman Bang Norman kepadaku. Aku hanya bisa mengangguk. “Bangkek.. lo bini orang? Tapi mau diajak ngewe sama Norman? Lo perek?” tanyanya lagi. Aku benar-benar tersinggung dengan pertanyaannya itu. Namun baru saja aku mau menjawab, Bang Norman membelaku.
“Nggak.. Resti ini perempuan baik-baik. Dia gue perkosa tadi.. awalnya nolak, tapi abis ngerasain batangan gue, nih betina jadi doyan.. gitu Ndes. Jangan nuduh yang enggak-engak.”
Si Bondes mengangguk-angguk sambil tersenyum. “Yaudahlah kalo gitu.. Eh.. perek..” katanya sambil menatap wajahku, “.. kapan-kapan kalo Gue pengen ngerasain memek lo, lo harus mau ya.. kalo enggak, gue laporin kejadian ini sama laki lo! Ok?”
Aku ketakutan setengah mati. Secara naluriah, aku menatap wajah Bang Norman memohon pertolongan. Tapi Bang Norman hanya berkata, “Kamu mau gak mau harus nurut Res.. Bondes sahabat baik gue..!” Aku sudah nggak tau harus berkata apa. Lalu, Norman menyuruhku mengambil celana panjangnya. Setelah dia pakai, Bang Norman menarik tanganku untuk keluar dari rumah. Seraya berjalan, si Bondes meremas bongkahan pantatku. Norman hanya ketawa melihat kelakuan temannya itu. “Ini yang enak Ndes!” katanya sambil meremas payudara kananku. Aku nggak bisa apa-apa. “Tapi ini punya gue.. hahahahah…” lanjutnya.1799Please respect copyright.PENANAKDLEbMgxBu
Setelah itu kami pulang. Sudah jam 5. Dalam perjalanan, aku hanya diam, sebab masih ketakutan namun terpesona dengan kenikmatan luar biasa yang baru saja aku rasakan.
“Res, makasih, ya,” ujar Norman dengan lembut sambil menyunggingkan senyum saat dia menurunkan aku di pojokan sepi dekat kandang kambing sekitar 10 meteran dari belakang rumahku. Dia masih duduk di atas motor ketika dia berbisik sambil menarik kasar tubuhku hingga menempel dengan tubuhnya, otomatis perutku merasakan lagi tonjolan besar di selangkangannya. Lalu kedua tangannya merengkuh pinggangku dan meremas-remas bongkahan pantatku dengan gemasnya, “Aku gak nyangka, ternyata memeknya Resti masih sempit..” katanya sambil tersenyum nakal. “..kayak memek anak-anak.. Berarti titit suamimu kecil banget ya? Atau emang kamu nggak pernah di entot sama si Hendra? Hahahaa….”
Aku tadinya tidak ingin menjawab apa-apa. Norman malah sedikit menyakitiku dengan meremas pantatku kencang sekali, lalu aku dengan pasrahnya mengangguk sambil tersenyum kecut. Namun, kulihat wajahnya mulai menegang seperti menahan marah. Makanya, daripada aku di dipukul atau apa, aku merespon dengan sejujur mungkin kata-kata si preman itu, “Iya Bang.. nggak seperti punya abang..“ bisikku lemah.1799Please respect copyright.PENANAGqfrQ37v4Q
“Haha… benar dugaanku..” sahut si Norman, “..beda kan rasanya kalau memekmu dientot pakai kontol seperti punya aku?” ujarnya lagi, sementara aku cuma bisa mengangguk lemah.
Mungkin karena suasananya sudah mulai gelap dan sepi, Norman mulai nekat mengulum bibirku, dan ia lakukan dengan lembut dan mesra sekali, sambil tangan kirinya tetap meremas bongkahan pantatku. Sementara tangan kanannya masuk ke dalam terusanku dari bawah dan langsung merogoh celana dalamku.
Lalu dia dengan lembut, mengelus-elus selangkanganku. Tanpa sadar, aku juga membalas kulumannya. Sementara otakku memerintahkan tanganku untuk menggenggam erat daging besar di selangkangannya, seiring dengan jarinya yang dia mainkan keluar masuk vaginaku.
Lumayan lama juga bajingan ini memainkan jarinya didalam vaginaku.. dan akhirnya, keluarlah kembali cairan pelumasku dengan derasnya. Aaahh.. nikmat sekali rasanya, batinku berkata, seraya aku memejamkan mata serta menghisap lidah Norman ke dalam mulutku. Lalu. dia mencabut jarinya, dan menorehkan jarinya yang berlumuran cairan kewanitaanku diatas lidahku yang dia suruh keluarkan. Aahh... ternyata begini rasa cairan pelumasku.. gurih.. hmmm... pantesan bajingan ini senang sekali ketika tadi dia menyeruput cairanku langsung dari tempatnya, dan meminumnya.
“Enak Res?” tanyanya sambil tersenyum. Aku hanya mengangguk dengan mata sayu. “Mau lagi? Kalau mau, aku ambilin lagi...” lanjutnya. Aku kembali mengangguk. Tak lama kemudian, dia kembali memasukkan 2 jarinya kedalam vaginaku dan segera menyuruhku untuk menghisap seluruh cairan kewanitaanku yang menempel di jarinya. Dengan kesadaran penuh akupun mengulum jarinya.
“Boleh ya aku ambil lagi? Buat aku...” tanya si Norman. Aku kembali hanya mengangguk lemah. Tak berapa lama kemudian, dia berlutut di hadapan vaginaku, dan menyeruput dengan kencang cairanku langsung dari sumbernya. Jujur saja... sebenci apapun aku sama bajingan ini, kelakuannya barusan terlihat amat seksi bagiku.
Memekku sudah amat sangat basah sekarang. Basah karena cairanku sendiri dan ludah Norman. Namun aku tak punya tissue atau apapun untuk membersihkannya. Sepertinya Norman memahami hal ini. Lalu dia kembali memasukkan tangannya ke dalam rokku dan mengelap memek basahku ini dengan celana dalamku sendiri, tentu saja tidak dapat kering sempurna, tapi mau gimana lagi..
“Yaahh.. makin basah kemana-mana deh Bang..” ujarku.
“Nggak apapa lah, nanti dirumahmu aja kamu cebok..” jawabnya singkat tapi nggak jelas. Sementara aku hanya bisa mengangguk lemah. “Eh, Res..” ujarnya lagi. “Kamu enak udah keluar barusan, aku belom nih…” katanya sambil tersenyum nakal.
“Mmm.. mm.. maksud Abang?” tanyaku bingung. Norman tidak menjawab pertanyaanku. Yang dia lakukan hanya berdiri sambil bersandar di motornya, lalu membuka relsleting celananya. Karena dia tadi nggak jadi pakai celana dalam, maka penis besarnya langsung berontak keluar. Dia lalu memberi kode kepadaku untuk kembali mengulum batang besarnya itu. “Bang.. aku nggak mau.. nanti kita bisa dilihat orang.”
“Norman tersenyum licik. “Ini udah mau maghrib.. gak akan ada orang yang akan lewat sini.. lagipula, kamu nggak mau bikin salam perpisahan sama ini?” ujarnya sambil memutar-mutarkan penisnya.
Aku udah nggak tau lagi mau bilang apa. Aku sekuat tenaga menolak perintahnya itu, tapi hati kecilku mengatakan untuk melakukan saja apa perintah Bang Norman.. karena jujur.. di lubuk hatiku yang paling dalam, ada bisikan; ‘Udah Res.. isepin lagi aja.. masa kamu nggak mau ngerasain pejunya lagi.. kan enak toh?”
“Eh Res.. ayo dong!” suara Norman tiba-tiba mengagetkanku. Ternyata, batangannya udah tegak, kencang sempurna. Diluar dari apapun resiko dan pikiran-pikiranku, yang aku lakukan sekarang adalah berlutut di hadapan Norman dan menggenggam batang zakarnya dengan kedua tanganku lalu mengocoknya dengan lembut, sementara mulutku mulai menelan kepala zakar perkasa itu. Norman mengelus rambutku dengan lembut, sementara matanya terpejam menahan nikmat ketika lidahku menyapu seluruh batangnya. Akupun mulai merasakan kenikmatan tersendiri saat air liurku aku hisap kembali setelah membalurkannya di sekujur batang hitam keras ini. Aaahhh… sensasinya gila sekali.1799Please respect copyright.PENANA3nuLEpKvO6
Ada sekitar 10 menitan aku menikmati batangannya. Tak lama setelah itu, bagian dalam mulutku merasakan sensasi yang lain. Aku merasakan semua urat di kontol Norman menegang dan mengencang. Dia mau keluar.. namun, begitu aku mau melepasnya, tangan Norman menarik kepalaku sehingga hampir seluruh batangannya tertelan masuk ke dalam mulutku.
Dan pada saat yang bersamaan, spermanya muncrat dengan liar sekali di dalam mulutku. Aku benar-benar gelagepan.. seandainya aku tidak mengontrolnya, mungkin aku akan tersedak cairan panas dan lengket itu. Ada sekitar 3 kali si Norman mengejan untuk menyelesaikan semprotannya. Semuanya masuk ke dalam mulutku, dan aku telan dengan sadar. Diluar dari kasarnya si Bajingan ini, tapi aku gak bisa bohong, rasa spermanya benar-benar gurih dan nikmat sekali.
Dan setelah kontolnya berhenti muntah-muntah, segera aku keluarkan batang besar yang masih saja besar itu, untuk aku bersihkan dengan menjilatinya.. mulai dari kedua bijinya sampai kepala kontolnya.. pokoknya sampai bersih.
Lalu Norman membimbingku berdiri. Dia tersenyum sambil bertanya, “Kamu telan semuanya sayang?” Aku mengangguk lemah. “Enak kan pejuku?” tanyanya lagi. Aku kembali mengangguk sambil berusaha tersenyum.1799Please respect copyright.PENANAht16IRiRcP
Mulutku masih beraroma sperma.. bahkan aku yakin masih ada yang tersisa di dalam rongga mulutku, namun aku terkejut ketika dengan tiba-tiba, Norman memelukku dan mengulum bibir dan mulutku dengan bernafsu sekali. Lidah kami saling terpagut untuk kesekian kalinya. Sebagai respon, aku juga memeluk leher bajingan ini.
Ketika Norman melepaskan pelukannya, secara spontan aku melihat ke bawah, ke arah penisnya. “Dimasukkin lagi Bang itunya..” kataku lemah.
“Apanya” tanya Norman.
Aku nggak mau berargumen seperti siang tadi. “Kontol Abang..”
“Hehehe.. takut bikin kamu pengen di entot lagi ya?”
Aku mengangguk sambil tersenyum pasrah. Namun Norman tidak segera memasukkan lagi kontolnya kedalam celananya. Akhirnya dengan inisiatifku sendiri, aku yang memasukkan kontolnya Norman kembali kedalam sarangnya. Berbarengan dengan suara Adzan dari Mesjid di ujung kampung, Aku dan Norman segera merapihkan pakaian kami.
Setelah aku aku dan Norman rapih, secara sadar aku memeluk dan mengecup bibirnya, aku minta izin untuk masuk kedalam rumah. “Aku masuk ya Bang..” Norman tidak menjawab, dia cuma mengangguk sambil tersenyum penuh kemenangan. Tak lama setelah itu, diapun langsung pergi dengan motornya setelah sebelumnya memukul lembut pantat kananku.1799Please respect copyright.PENANAQlj1aQ7HEc
Akhirnya aku masuk kedalam rumah dengan memek dan celana dalam yang lumayan becek, bahkan ada yang masih keluar dan mengaliri paha kananku. Aku mendapati Mas Hendra sedang keluar dari dalam kamar dengan menggunakan sarung dan peci. “Kok lama sayang?” tanya Mas Hendra.
“Iya Mas, tadi Bang Norman ngobrol lama sama teman-temannya di tempat hajatan. Dan dia juga sempat mengajakku mampir ke rumah temannya yang sedang sakit.” jawabku, berbohong. “Mau sholat Maghrib ya Mas?” lanjutku. Mas Hendra mengangguk dan tersenyum lembut, lalu menyuruhku masuk. Katanya dia sudah menyiapkan teh hangat untukku.
Aku terharu, lalu buru-buru aku pamit untuk masuk ke kamar mandi dan membersihkan tubuhku lagi. Aku tidak mau melihat Mas Hendra melihatku menitikkan air mata.
“Mas Hendra, seandainya kamu tahu…. Tubuh Istrimu tercinta ini baru saja dinodai.. bahkan alat kelaminku yang seharusnya punya kamu, malah dinikmati oleh kelamin pria lain. Di dalam rahim istrimu ini ada benih-benih preman yang selama ini sering mengancammu. Maafkan aku, Mas….” aku membatin sambil berusaha menahan tangis.
ns 18.68.41.179da2